Bereinkarnasi Ke Dunia Tensura

Setelah perayaan kemenangan mereda, Luke merasa ada sesuatu yang masih mengganjal di hatinya. Ia teringat akan orang tuanya, yang selama ini tidak pernah ia temui sejak bereinkarnasi di dunia ini. Ia ingin memperkenalkan Diablo kepada mereka, tetapi juga merasa khawatir tentang bagaimana mereka akan menerima pasangannya yang seorang iblis primordial.

"Diablo," kata Luke suatu malam, saat mereka sedang menikmati waktu berdua di taman rahasia mereka, "ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu."

Diablo menoleh ke arah Luke dengan tatapan lembut. "Ada apa, Luke? Kau terlihat khawatir."

Luke menarik napas dalam-dalam. "Aku ingin bertemu dengan orang tuaku. Aku ingin memperkenalkanmu kepada mereka."

Mata Diablo melebar mendengar perkataan Luke. Ia tahu betapa pentingnya keluarga bagi Luke, dan ia merasa terhormat bahwa Luke ingin memperkenalkannya kepada orang tuanya. Namun, ia juga merasa gugup dan tidak yakin apakah orang tua Luke akan menerimanya.

"Luke, aku... aku tidak tahu harus berkata apa," kata Diablo dengan gugup. "Aku merasa terhormat bahwa kau ingin memperkenalkanku kepada orang tuamu, tetapi aku juga khawatir tentang bagaimana mereka akan menerimaku. Aku adalah seorang iblis primordial, dan aku tidak yakin apakah mereka akan bisa menerima kenyataan itu."

Luke menggenggam tangan Diablo dengan erat. "Aku tahu ini sulit bagimu, Diablo, tetapi aku yakin bahwa orang tuaku akan menerima dirimu apa adanya. Mereka adalah orang-orang yang baik dan pengertian, dan mereka hanya ingin aku bahagia. Aku yakin bahwa mereka akan menyukaimu."

Dengan dukungan dari Luke, Diablo akhirnya setuju untuk bertemu dengan orang tua Luke. Mereka memutuskan untuk melakukan perjalanan ke desa tempat Luke dilahirkan, yang terletak di pegunungan yang jauh dari Tempest.

Setelah beberapa hari perjalanan, mereka akhirnya tiba di desa itu. Desa itu kecil dan sederhana, tetapi dipenuhi dengan kehangatan dan keramahan. Luke membawa Diablo ke rumah orang tuanya, sebuah rumah kayu yang sederhana namun nyaman.

Saat Luke mengetuk pintu, seorang wanita paruh baya dengan senyum lembut membuka pintu. Wanita itu adalah ibu Luke, dan ia langsung memeluk Luke dengan erat.

"Luke, anakku! Aku sangat merindukanmu!" kata ibunya dengan air mata haru.

Luke membalas pelukan ibunya dengan erat. "Aku juga merindukanmu, Ibu."

Kemudian, ibunya menoleh ke arah Diablo, yang berdiri di belakang Luke dengan gugup. Ibunya tersenyum ramah kepada Diablo.

"Siapa dia, Luke?" tanya ibunya dengan rasa ingin tahu.

"Ibu, perkenalkan, ini Diablo. Dia adalah pasanganku," jawab Luke dengan bangga.

Ibu Luke terkejut mendengar perkataan Luke. Ia tidak menyangka bahwa Luke akan memiliki pasangan seorang iblis primordial. Namun, ia tetap tersenyum ramah kepada Diablo.

"Senang bertemu denganmu, Diablo," kata ibunya dengan sopan. "Aku adalah ibunya Luke."

Diablo membungkuk hormat kepada ibu Luke. "Senang bertemu denganmu juga, Ibu."

Saat itu, seorang pria paruh baya keluar dari rumah. Pria itu adalah ayah Luke, dan ia memiliki tatapan yang tajam dan berwibawa. Ayahnya menatap Diablo dengan tatapan menyelidik.

"Siapa dia, Luke?" tanya ayahnya dengan nada serius.

"Ayah, perkenalkan, ini Diablo. Dia adalah pasanganku," jawab Luke dengan gugup.

Ayah Luke terdiam sejenak, menatap Diablo dari atas hingga bawah. Kemudian, ia menghela napas panjang.

"Baiklah," kata ayahnya dengan nada datar. "Masuklah. Kita akan bicara di dalam."

Luke dan Diablo mengikuti orang tua Luke masuk ke dalam rumah. Mereka duduk di ruang tamu, dan suasana menjadi tegang dan canggung.

Ayah Luke memulai pembicaraan dengan mengajukan berbagai macam pertanyaan kepada Diablo. Ia ingin tahu tentang latar belakang Diablo, kekuatannya, dan tujuannya. Diablo menjawab semua pertanyaan ayahnya dengan jujur dan sopan.

Setelah beberapa jam berbicara, ayah Luke akhirnya berkata, "Diablo, aku harus mengakui bahwa aku terkejut mengetahui bahwa kau adalah pasangan Luke. Aku tidak pernah menyangka bahwa anakku akan jatuh cinta dengan seorang iblis primordial."

"Namun," lanjut ayahnya, "aku melihat bahwa kau benar-benar mencintai Luke. Aku melihat bahwa kau bersedia melakukan apapun untuk melindunginya dan membuatnya bahagia. Jika Luke bahagia bersamamu, maka aku juga bahagia."

Diablo tersenyum lega mendengar perkataan ayah Luke. Ia tahu bahwa ia telah berhasil meyakinkan orang tua Luke bahwa ia layak untuk bersanding dengan Luke.

"Terima kasih, Ayah," kata Diablo dengan tulus. "Aku berjanji akan selalu mencintai dan melindungi Luke. Aku akan melakukan yang terbaik untuk menjadi pasangan yang baik baginya."

Ayah Luke tersenyum tipis. "Aku harap kau menepati janjimu, Diablo," kata ayah Luke, matanya menyorotkan ketegasan namun tersirat kehangatan. "Luke adalah segalanya bagi kami. Dia adalah anak yang baik, penuh kasih, dan selalu memikirkan orang lain. Kami tidak ingin melihatnya terluka."

Ibu Luke menambahkan dengan senyum lembut, "Kami hanya ingin yang terbaik untuk Luke. Jika kau bisa membuatnya bahagia, maka kami akan merestui hubungan kalian."

Setelah percakapan yang panjang dan emosional itu, orang tua Luke memutuskan untuk menguji Diablo. Mereka ingin melihat seberapa besar Diablo bersedia berkorban untuk Luke, dan seberapa kuat ia dalam melindungi orang yang dicintainya.

"Diablo," kata ayah Luke, "kami memiliki sebuah permintaan untukmu. Kami ingin kau mengikuti sebuah ujian. Jika kau berhasil melewatinya, maka kami akan memberikan restu kami sepenuhnya."

Diablo mengangguk dengan mantap. "Aku bersedia melakukan apapun untuk mendapatkan restu kalian," jawabnya dengan tekad yang kuat.

Ujian yang diberikan orang tua Luke bukanlah ujian biasa. Mereka membawa Diablo ke sebuah hutan terlarang yang dipenuhi dengan monster-monster buas dan jebakan mematikan. Mereka meminta Diablo untuk melewati hutan itu seorang diri, tanpa bantuan dari Luke atau siapapun.

"Diablo," kata ayah Luke, "di dalam hutan ini, kau akan menghadapi berbagai macam bahaya. Kau harus menggunakan semua kemampuanmu untuk bertahan hidup dan mencapai ujung hutan. Jika kau berhasil, maka kau akan membuktikan bahwa kau layak untuk bersanding dengan Luke."

Diablo memasuki hutan terlarang itu dengan hati-hati. Ia tahu bahwa ia harus waspada dan siap menghadapi segala kemungkinan. Hutan itu gelap dan sunyi, dipenuhi dengan suara-suara aneh yang membuat bulu kuduk merinding.

Tidak lama kemudian, Diablo mulai menghadapi monster-monster buas yang menghuni hutan itu. Monster-monster itu sangat kuat dan agresif, menyerang Diablo tanpa ampun. Namun, Diablo tidak gentar. Ia menggunakan pedang iblisnya untuk melawan monster-monster itu, menebas mereka dengan gerakan cepat dan mematikan.

Selain monster-monster buas, Diablo juga harus menghadapi berbagai macam jebakan mematikan yang dipasang di dalam hutan itu. Jebakan-jebakan itu sangat licik dan berbahaya, mampu membunuh siapa saja yang tidak berhati-hati. Namun, Diablo dengan indra iblisnya yang tajam mampu mendeteksi jebakan-jebakan itu dan menghindarinya dengan gesit.

Selama berhari-hari, Diablo berjuang untuk bertahan hidup di dalam hutan terlarang itu. Ia menghadapi berbagai macam bahaya dan rintangan, tetapi ia tidak pernah menyerah. Ia selalu mengingat Luke, dan ia tahu bahwa ia harus berhasil melewati ujian ini demi cintanya kepada Luke.

Akhirnya, setelah melewati perjuangan yang panjang dan berat, Diablo berhasil mencapai ujung hutan terlarang itu. Ia keluar dari hutan itu dengan tubuh penuh luka dan memar, tetapi dengan senyum kemenangan di wajahnya.

Orang tua Luke menyambut Diablo dengan hangat. Mereka terkesan dengan ketangguhan dan keberanian Diablo, dan mereka tahu bahwa Diablo benar-benar mencintai Luke.

"Diablo," kata ayah Luke, "kau telah berhasil melewati ujian kami. Kau telah membuktikan bahwa kau layak untuk bersanding dengan Luke. Kami memberikan restu kami sepenuhnya untuk hubungan kalian."

Diablo tersenyum bahagia mendengar perkataan ayah Luke. Ia merasa lega dan terharu, dan ia tahu bahwa ia telah mendapatkan restu dari orang tua Luke.

"Terima kasih, Ayah," kata Diablo dengan tulus. "Aku berjanji tidak akan mengecewakan kalian. Aku akan selalu mencintai dan melindungi Luke, dan aku akan melakukan yang terbaik untuk menjadi pasangan yang baik baginya."

Setelah mendapatkan restu dari orang tua Luke, Luke dan Diablo kembali ke Tempest dengan hati yang bahagia. Mereka tahu bahwa mereka telah melewati rintangan yang besar, dan mereka semakin yakin bahwa cinta mereka akan mampu mengatasi segala hal. Mereka akan terus berjuang untuk kedamaian dan keadilan, dan mereka akan selalu bersama, sebagai pasangan yang saling mencintai dan mendukung.