Tunangannya mengkhianatinya. Bukannya meratapinya, Dheandita atau yang kerap dipanggil Dhea memutuskan untuk membalas rasa sakit hatinya tersebut dengan menjadi ibu dari wanita yang telah merebut sang tunangan.
"Aku akan menggoda ayahmu dan menjadi ibu tiri mu. Lihat saja apa yang aku lakukan nanti padamu, Virya," ucap Dhea
Drake Adiwitama pria matang nan rupawan adalah ayah dari Virya. Dan Dhea akan membuat Drake menjadi suaminya.
Bagaimana cara Dhea menggoda sang pria matang. Akankah Drake tergoda dengan gadis muda yang usianya jauh dibawahnya itu?
Lalu, bagaimana tanggapan Virya dan Jayan melihat kedekatan Dhea dan Drake?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menggoda 28
"I-ibu?"
Mata Dhea membulat sempurna melihat seseorang yang dikenalnya berdiri di depan rumah. Dia yakin tidak ada yang mengetuk pintu rumahnya sedari tadi, sehingga Dhea beranggapan bahwa wanita paruh baya itu pasti baru aja datang.
Tapi bukan itu yang jadi pemikiran Dhea. Untuk apa ibunya dari sang mantan itu datang kemari.
"Ibu, sudah dari tadi apa baru aja? Kenapa nggak ngetuk pintu?" Dhea memang membenci Jayan, tapi tidak dengan Sri. Meskipun tidak tinggal berdekatan, bahkan mereka beda kota tapi Sri adalah orang yang baik. Dhea bisa merasakan kasih sayang dari wanita yang sebenarnya akan jadi mertuanya jika tidak ada peristiwa itu.
"Nggak apa-apa, Dhea. Ibu baru aja datang juga kok. Bagaimana kabarmu, Nak?" Mata Sri tampak berkaca-kaca. Saat ini dalam hatinya merasa sangat bersalah dan malu kepada gadis yang berdiri di depannya ini. Gadis yang baik ini, bagaimana bisa bertemu dengan pria buruk yang tak lain adalah putranya sendiri.
"Kabar baik, Ibu. Ayo Ibu masuk dulu," pinta Dhea. Dia ingin mengajak Sri untuk masuk dan duduk lebih dulu di dalam. Tapi agaknya Sri menolak, wanita itu menggelengkan kepalanya pelan. Dan hal selanjutnya yang dilakukan Sri membuat Dhea terkejut.
Sri memeluknya dan tergugu dalam pelukan Dhea.
"Ibu minta maaf, Nak. Ibu sungguh malu sama kamu. Maafin Ibu ya Nak yang nggak bisa besarin Jayan dengan baik. Ibu beneran malu sama kamu."
Aaah
Dhea kini paham, sepertinya Sri sudah tahu apa yang dilakukan Jayan. Tentu saja Sri harus tahu, pernikahan Jayan yang gagal dengan Dhea dan malah akhirnya menikah dengan Virya pasti memiliki alasan yang besar,.
Tap tap
Dhea menepuk-nepuk punggung Sri. Sekali lagi, Jayan memang salah tapi ibunya tidak ada andil di dalamnya. Jadi Dhea tidak memiliki rasa benci terhadap Sri.
"Bu, ini semua sudah takdir dari Tuhan. Ibu nggak perlu merasa bersalah dan minta maaf ke Dhea. Dhea sudah ikhlas buat menerimanya. Mungkin memang Dhea tidak berjodoh dengan Jayan dan Jayan ternyata berjodoh dengan Virya. Tapi Bu, Dhea senang karena bisa kenal dengan Ibu. Dhea jadi merasa dapat kasih sayang orang tua dari Ibu. Terimakasih ya Bu, terimakasih sudah sangat baik dan sayang sama Dhea selama ini."
Hiks
Tangi Sri semakin hebat dalam pelukan Dhea setelah mendengar kata-kata itu. Dan rasa bersalah dalam dirinya juga semakin bertambah besar mendengar Dhea yang menerima semua ini.
Setidaknya 15 menit lamanya mereka ada di posisi itu. Meta yang melihat pun tak memberikan komentar sama sekali karena dia tahu Sri adalah orang yang baik.
Meta memilih segera membuka toko. Dia tidak memiliki urusan dengan Sri sehingga dalam keadaan seperti ini juga tidak harus menyapa. Meta yakin Sri hanya ingin memiliki waktu dengan Dhea lebih lama.
"Maafin Ibu ya, Nak."
"Nggak Bu, Ibu nggak perlu minta maaf. Dhea sudah bisa nerima ini semua kok. Dhea juga berdoa semoga pernikahan Jayan dan Virya lancar juga langgeng. Ibu nggak usah mikirin Dhea, Dhea sungguh baik-baik aja. Jadi Ibu bisa tenang ya."
Sri menganggukkan kepalanya. Dia merasa sudah cukup ada di sana, dan tak berselang lama pun akhirnya pamit pulang.
Dhea masih bisa merasakan hangatnya pelukan Sri meskipun Sri sudah tak lagi terlihat oleh matanya.
"Andai Ibu jadi ibu mertua ku pasti aku bakalan bahagia banget. Tap yaaah, takdir beneran nggak ada yang tahu. Mungkin aku memang nggak ditakdirkan buat punya orang tua, jadi mau dapat ibu mertua pun gagal. Hahahah, ya sudah lah. Yok semangat lagi!"
Dhea mengepalkan kedua tangannya e udara. Dia menyemangati dirinya untuk mengahadapi hari.
Dhea juga terlihat begitu bersemangat membawa kue-kue buatannya dari rumah ke toko.
Hal itu membuat seseorang tersenyum simpul. Entah sejak kapan dia tersenyum begitu melihat setiap tindakan yang Dhea lakukan.
"Kamu beneran udah gila, Drake. Kenapa coba pagi-pagi udah ada di sini buat ngelihatin bocah itu,"gumamnya lirih.
Dhea tidak tahu bahwa sedari tadi ada sepasang mata yang melihatnya. Sepasang mata itu adalah milik Drake.
Setelah bangun dari tidur, Drake tiba-tiba teringat dengan Dhea. Tindakan dan ucapan Dhea kemarin ketika di kantornya membuat Drake ingin melihat gadis itu pagi ini.
Alhasil dia langsung datang ke rumah Dhea. Awalnya Drake ingin masuk, namun dia melihat Sri yang sudah berdiri di depan pintu rumah Dhea.
Ada setidaknya setengah jam lamanya Sri berdiri di sana. Drake heran, Sri hanya diam di sana tanpa mengetuk pintu rumah Dhea. Dia bertanya-tanya apa yang sebenarnya akan dilakukan wanita itu.
Pertanyaan Drake terjawab saat Dhea membuka pintu. Kata maaf terucap dari bibir Sri. Dan sebuah kesimpulan diambil Drake, bahwa Sri datang untuk meminta maaf namun wanita itu tidak ingin mengganggu Dhea. Dia memilih menunggu Dhea sampai Dhea membuka pintu rumahnya.
"Haah bagaimana anak macam Jayan bisa lahir dari wanita yang baik kayak Sri. Ya semua itu balik lagi sih sama sifat dan karakter orang itu sendiri,"gumamnya lirih.
Klaak
Bruuum
Drake masuk ke mobilnya dan meninggalkan tempat itu. Dia tidak jadi berkunjung ke rumah Dhea. Ia rasa waktunya tidak akan tepat dan memilih untuk kembali ke rumah.
Pernikahan Virya akan dilakukan sebentar lagi. Maka akan ada banyak persiapan di rumah. Akan tetapi, Drake tidak akan mengundang teman-temannya.
Pernikahan Virya terjadi karena sebuah kesalahan, dia enggan merayakan itu bersama teman-temannya.
Lagi pula, selama ini Drake juga tidak pernah menceritakan soal Virya kepada mereka. Meski begitu, mereka pun memilih diam dan tidak bertanya dan hal tersebut adalah hal yang Drake sukai dari teman-temannya.
"Papa dari mana pagi-pagi udah keluar?" Virya mengerutkan alisnya melihat Drake yang baru saja kembali. Tidak pernah Drake menghilang begitu saja dari rumah pagi-pagi begini.
"Cari angin, ada apa?" tanya Drake.
"Pa, ada temen Papa yang mau diundang nggak?"
Baru saja Drake memikirkan akan hal itu, sekarang Virya malah sudah menanyakannya.
"Nggak ada, Papa nggak ada temen yang mau diundang. Kamu undang aja temen-temenmu."
Virya mengerutkan alisnya, ada satu hal yang membuatnya heran selama ini. Yakni dia sama sekali tidak pernah diajak bertemu dengan teman-teman Drake. Seandainya pun bertemu, itu pasti hanya saat Virya datang ke tempat kerja ayahnya saja.
Hal ini sebenarnya pernah mengganggunya. Namun Virya tak ambil pusing, karena baginya cukup dengan Drake yang sangat menyayanginya.
Akan tetapi sekarang keadaannya berbeda. Dia akan menikah, namun sang ayah tetap tidak membawa teman-temannya.
"Apa boleh begitu, Pa? Masa Papa nggak ada ngundang temen Papa satu pun?" Virya menatap Drake dengan wajah penuh curiga.
"Nggak ada, mereka orang sibuk. Susah buat ngasih undangan ke mereka. Ya sudah Papa mau siap-siap buat kerja dulu."
Drake melenggang pergi ke kamar, meninggalkan Virya dengan banyak pertanyaan.
"Kok Papa kayaknya nggak mau banget ya aku kenal sama temen-temennya?" gumam Virya.
TBc
Harusnya kamu malu lho Vir, ternyata selama ini kamu tinggal sama Drake yang bukan siapa2 kamu.
Makanya gak usah sombong gitu
untk jayan bingunglan kamu berharap tidak keluar dari rumah itu,,
dan sekarang kamu harus tau jika virya bukan anak kandung drake