NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta Teman Serumah

Terjerat Cinta Teman Serumah

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Kantor / Romansa
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Cahaya Tulip

Kinara Kinanti seorang perantau yang bekerja sebagai tim redaksi di sebuah kantor Berita di Kota Jayra. Ia lahir dari keluarga menengah yang hidup sederhana. Di jayra, ia tinggal disebuah rumah sewa dengan sahabatnya sejak kuliah yang juga bekerja sebagai seorang model pendatang baru, Sheila Andini. Kinara sosok yang tangguh karena menjadi tulang punggung keluarga semenjak ayahnya sakit. Ia harus membiayai pendidikan adik bungsunya Jery yang masih duduk dibangku SMA. Saat bekerja di kantor ia sering mewawancarai tokoh pengusaha muda karena ia harus mengisi segmen Bincang Bisnis di kolom berita onlinenya. saat itulah ia bertemu dengan Aldo Nugraha, seorang Pengusaha yang juga ketua komunitas pengusaha muda di kota Jayra.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cahaya Tulip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penilaian Yang Mengusik

Aldo terpekik, "Astaga kenapa datang mendadak?" Kinara heran melihat ekspresi Aldo. "Siapa?" Aldo menatap Kinara, "Mamaku di depan pagar." Kinara buru-buru menghabiskan Makanannya. Lalu membereskan piring makanan di atas meja. "Cepat buka pagarnya." Aldo tersadar dari lamunannya. "Ah iya," tukas Aldo. Kinara melap meja dan merapikan rambut untuk menutupi leher jenjangnya. "Mama..kok ga kasih kabar dulu?" tanya Aldo sambil membukakan pagar dan mempersilahkan masuk ke rumah. Tante dan adiknya juga ada disana. "Mama khawatir kakak belum menelpon lagi beberapa hari," ujar Meli adik Aldo yang juga ikut. "Terus kamu kenapa ikut? Memangnya ga ngurus skripsimu?" tanya Aldo pada adiknya. Meli tersipu, "Rehat dulu lah kak, jalan-jalan sebentar." Aldo mencubit hidung adiknya.

"Selamat malam Tante." Kinara berdiri didepan pintu kamarnya menyapa mereka. Hilda, Mama Aldo menatap Kinara dari ujung kepala sampai ujung kaki dan hanya tersenyum. "Kenalin Ma ini Kinara yang Aldo ceritakan." Kinara mengulurkan tangannya, Hilda menyambut dengan enggan. "Salam kenal Tante saya Kinara Kinanti, Halo" sapanya pada Meli. "Halo Kak Kinara, Kakak bener pacar Kak Aldo?" tanyanya sambil berbisik. Kinara hanya tersenyum. Widi yang melihat reaksi Kinara, tersenyum sinis. Mereka duduk di sofa, Kinara ke dapur.

"Dalam rangka apa Mama ke Jayra? Ga mungkin cuma buat nengokin aku aja." Aldo tahu mamanya sangat perhitungan soal uang. Kalau tidak penting sekali, dia tidak akan pergi ke Jayra. "Mama ada janji ketemuan sama Mamanya Mita." Aldo tertegun, " Janji temu? Mau bahas apa?" Aldo heran Mita tidak membahas apa-apa dengannya. "Nanti Kamu ikut sekalian ya." Aldo makin bingung, "Kapan?" tanyanya. "Sabtu Besok." Aldo menatap Kinara. "Tapi sabtu besok Aku sudah ada janji Ma," elaknya. "Janji dengan siapa?" Kinara datang membawa teh dan kudapan untuk mereka.

"Silahkan Tante, Meli." Kinara menata cangkir dan piring di atas meja. "Aldo ada janji mau ketemu Paman Kinara," jawab Aldo. Hilda terkejut, "Mau bahas apa?" tanyanya menatap Kinara. "Oh cuma mau kenalan aja Tante, tapi nanti Kinara sampaikan ke Paman kalau Aldo sudah ada janji. Tante tenang saja," jawab Kinara sambil mengangguk pada Aldo untuk mengalah. Aldo menghela nafas kesal. "Baguslah, Mama jauh-jauh kesini supaya bisa ajak kamu sekalian. Mamanya Mita mau ketemu dan kenalan langsung." Kinara melihat ekspresi Aldo makin marah. "Maaf Kinara ijin pamit ke kamar ya Tante." Ia tidak mau memperburuk situasi.

Saat melihat Kinara sudah masuk ke kamarnya, "Mama heran kamu memilih dia, jelas-jelas dia terlalu biasa buat kamu. Aldo, citra kamu akan terpengaruh jika kamu tidak memilih perempuan dengan benar," ujar Hilda setengah berbisik. "Aldo, Mita itu dari keluarga yang sangat cocok dengan keluarga kita. Tante yakin setelah kamu berkenalan dengan mamanya kamu mantap memilih Mita daripada Kinara ini. Kemarin dia cerita kan, Orangtuanya pensiunan Guru dan sekarang sedang sakit. Kalau kamu menikah dengannya, semua hartamu akan berpindah ke keluarganya. Kamu harus menghidupi banyak keluarga. Apalagi adiknya sekarang masih kuliah. Tanggungan akan sangat banyak," tambah Widi.

"Tante, jujur Aldo merasa tidak cocok dengan Mita, dia terlalu agresif dan posesif. Aku lelah dia terus menghubungiku. Dengan kepribadiannya itu aku rasanya tidak sanggup sama dia terlalu lama. Kinara memang biasa saja tapi karakternya aku suka. Hal yang Tante permasalahkan tadi bisa dibicarakan. Dia bukannya mau berpangku tangan soal keluarganya, dia sangat bertanggung jawab. Mama dan Tante tau sendiri kan kenapa selama ini aku akhirnya pilih-pilih. Karena aku ga melihat fisik, latarbelakang keluarga juga hanya sekian persen yang aku lihat. Aku mengutamakan kenyamananku dengan karakter orangnya. Yang Tante dan mama sampaikan tadi ga menjamin apa-apa buatku," bantah Aldo.

Hilda menahan diri, "Oke mama mengerti maksudmu, tapi kita tidak bisa membatalkan janji temunya begitu saja. Mama minta kamu ketemu dulu dengan keluarganya, baru kamu putuskan. Nanti kita bicarakan hal-hal yang kamu tidak suka tadi dari Mita, Mama yakin dia mau mengubahnya demi Kamu." Bujukan Hilda membuat Aldo makin kesal, bukan menenangkannya. "Mama mau yang terbaik buat Kamu Aldo, begitu juga dengan Tante Widi." Aldo hanya bisa menghela nafas.

Di dalam kamar, Kinara hanya bisa terdiam. Yang dia khawatirkan terjadi. Sejak awal, tantenya sendiri sudah menunjukkan ketidaksukaannya pada Kinara. Mamanya Aldo pastilah sependapat dengan tantenya. Dia harus mencari cara supaya bisa meyakinkan pamannya sendiri. "Toktoktok." Kinara beranjak membuka pintu kamarnya, "Mamaku mau pamit," ujar Aldo. Kinara keluar dari kamarnya. "Saya pamit ya, terima kasih sudah menjaga Aldo saat dia sakit kemarin," ujar Hilda. Ekspresi kepuasan nampak dari wajahnya karena sudah berhasil membujuk Aldo. "Iya Tante, ga masalah, sudah seharusnya saya membantu," sahut Kinara.

Mereka berlalu keluar pintu. Setelah menyalami Aldo dan Kinara, mereka menaiki mobil. Kinara masuk ke rumah saat mobil Widi tak terlihat. " Kinar," panggil Aldo. Kinara menoleh, "Ada apa?" tanyanya. "Maaf ya perlakuan mamaku tadi." Kinara tersenyum, " Ga apa-apa, aku ngerti kok. Kamu ga perlu khawatirkan Pamanku. Nanti aku yang urus." Kinara berlalu ke ruang tengah membereskan meja. Aldo duduk di sofa dengan wajah lelah. Sisa Mabuknya masih terasa ditambah mamanya yang terlalu sibuk mengurusi perjodohannya. "Baiknya kamu langsung istirahat, biar besok lebih segar," ujar Kinara.

"Aku heran, kenapa perempuan terlalu sibuk mengurusi yang nampak diluar?" Kinara tertegun, dia bingung dengan perkataan Aldo. "Kamu istirahat dulu biar hatimu lebih tenang, baru kamu bisa berpikir jernih." Kinara membawa cangkir ke wastafel dan mencucinya. Ia masuk ke kamar setelah semua selesai. Aldo pun masuk ke kamarnya. Kinara tak ingin membuat Aldo makin pusing, biar dia memikirkan sendiri jawaban dari pertanyaannya.

Kinara membuka laptopnya, ia masih punya tugas merapikan hasil wawancara nya dengan pak Rudi siang tadi. Karena jadwal tayang segmen Sidak Sosial Senin depan. Ia tidak ingin menunda. Gerakan jarinya pada tuts keyboard terhenti, perkataan mamanya Aldo tadi memang sedikit mengusik hatinya. Sebagian orang masih menilai kesetaraan sosial merupakan hal penting dalam sebuah hubungan. Mereka sampai mengabaikan kenyamanan orang yang menjalaninya. Itulah yang menyebabkan angka perceraian tak pernah turun. Kinara di posisi yang lemah hanya bisa membuktikan kelayakannya dengan prestasi dan Kebagusan pribadi.

Meski rasanya tak adil, bagi kalangan menengah ke bawah hal itu juga menjadi kelumrahan yang akhirnya dinormalisasi. Jika beruntung, maka akan mendapat pengakuan. Jika tidak, maka memilih dengan yang setara lebih menjadi solusi. Kinara menarik nafas dalam, berusaha melupakannya dan melanjutkan pekerjaan. Aldo di kamarnya juga tak kalah galau. Ia merasa sangat nyaman dengan Kinara. Selama ini ia berusaha keras meyakinkan Kinara untuk membuktikan perasaannya yang tulus, namun dengan mudah dipatahkan oleh penilaian mamanya. Ia memperhatikan betul bagaimana ekspresi mamanya saat melihat Kinara, cukup terlihat merendahkan. Padahal dia sendiri tak pernah memandang Kinara seperti itu. Aldo menutup wajahnya dengan bantal, mencoba untuk tidur.

1
Dilys
Terpesona
Cahaya Tulip: terimakasih..mohon dukungan nya☺️
total 1 replies
Hikaru Ichijyo
Alur yang menarik
Cahaya Tulip: terima kasih mohon dukungan nya/Smile/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!