NovelToon NovelToon
Dua Hati Satu Takdir

Dua Hati Satu Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / CEO / Cinta setelah menikah / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Dinar

Ketika cinta dan takdir bertemu, kisah dua hati yang berbeda pun bermula.
Alya gadis sederhana yang selalu menundukkan kepalanya pada kehendak orang tua, mendadak harus menerima perjodohan dengan lelaki yang sama sekali tak dikenalnya.

Sementara itu, Raka pria dewasa, penyabar yang terbiasa hidup dengan menuruti pilihan orangtuanya kini menautkan janji suci pada perempuan yang baginya hanyalah orang asing.

Pernikahan tanpa cinta seolah menjadi awal, namun keduanya sepakat untuk menerima dan percaya bahwa takdir tidak pernah keliru. Di balik perbedaan, ada pelajaran tentang pengertian. Di balik keraguan, terselip rasa yang perlahan tumbuh.

Sebab, cinta sejati terkadang bukan tentang siapa yang kita pilih, melainkan siapa yang ditakdirkan untuk kita.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dinar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26

Terlihat jika saat ini Alya sudah tertidur dengan tenang, nafasnya kini terlihat teratur ringisan diwajahnya sudah mulai berkurang bahkan keringat diwajahnya telah dibersihkan oleh Raka dengan lembut agar tidak menggangu tidur sang kekasih.

Kuris disamping bangkar yang tadi sempat didorong kebelakang kini sudah simpan kembali ke tempatnya, baru saja duduk dengan tangan yang masih menggenggam erat kemarin Alya kini fokusnya teralihkan setelah mendengar suara pintu ruang rawat terbuka.

Kllliikkkkk.....

Raka yang terlihat fokus menatap wajah sang kekasih menolehkan suaranya kearah sumber suara.

Kini saat pintu ruangan terbuka dengan perlahan agar tidak menimbulkan suara, terlihat sosok sepasang suami istri yang memancarkan wajah khawatir dan juga nafas terengah setelah berjalan setengah berlari sejak sampai rumah sakit.

Kedua tangan Harun dan Maya terlihat penuh dengan segala keperluan yang dibutuhkan oleh Alya dan tidak lupa membawa makanan serta minuman untuk mereka yang menemani, karena tidak mungkin jika harus bolak-balik keluar ruangan untuk membeli makanan bukan?.

Kini tatapan seorang Ayah yang penuh dengan kekhawatiran dan juga kesedihan, bagaimana tidak saat ini dirinya harus melihat kondisi sang anak yang tengah tertidur dengan tangan kini yang terpasang selang infus. Wajah yang biasa terlihat segar kini pucat pasip dengan sesekali masih ada ringisan pelan, meskipun jarang namun terasa sekali perih dan sakitnya bahkan sampai disesi tidurnya masih terasa.

Kedua tangan Harun kini mengepal kuat menahan gelombang perasaan yang tidak bisa dijelaskan, bola matanya kini terlihat memerah basah seolah menahan air mata yang telah menumpuk. Nafasnya sedikit memburu menahan sesak didadanya, dan kini pandangan itu beralih kepada Raka yang kini menghampirinya.

" Ayah... Ibu..." Raka kini menghampiri keduanya dengan sopan tidak lupa memberikan salam hormat.

Maya dan Harun menerima uluran tangan Raka, barang bawaan jatuh sembarangan karena keduanya kini berjalan menghampiri sang anak perempuan mereka dengan perlahan.

" Bagaimana kondisinya sekarang, Raka?".

Harun yang mengelus lembut kepala sang anak masih betah menatap wajah pucatnya, Maya kini terlihat tersedu karena merasa sedih dengan kondisi Alya.

Raka yang mendapatkan pertanyaan kini menatap wajah Harun dengan tenang meskipun rasa khawatirnya saat ini begitu besar, tidak ingin membuat suasana semakin sendu.

" Al baru saja tidur Yah, Asam lambungnya naik cukup parah seperti biasa jika sedang sibuk lupa makan dan Al minum kopi. Tapi dokter mengatakan sudah memberikan penangan mungkin butuh beberapa waktu untuk reaksi obatnya".

Maya dan Harun hanya terdiam, ada rasa bersalah bagaimana bisa mereka lupa untuk mengingatkan sang anak makan siang. Padahal ini bukan kesalahan yang lain, memang Alya yang ceroboh dan sedikit nakal.

Harun dan Raka kini keduanya duduk di sofa setelah merapihkan barang bawaannya yang tadi sempat jatuh sembarangan, sedangkan Maya meminta untuk bisa duduk disebelah bangkar menjaga sang anak.

Suasana terasa sepi bahkan hening karena ketiga orang sedang berperang dengan pikirannya masing-masing, saling menyalahkan diri sendiri atas kejadian yang menimpa Alya.

Harun masih menatap sendu kearah wajah sang anak yang masih tertidur lemah, rasa bersalahnya semakin dalam. Bagaimana selama ini dirinya tidak mengetahui jika sang anak sering melupakan makan jika sudah fokus bekerja, hal kecil tetapi dirinya tidak mengetahui kebiasaan itu bahkan sampai masuk rumah sakit.

" Nak Raka, Tolong untuk sementara jangan dimarahi Alya ya. Ayah tahu, Al memang bersalah tetapi untuk kondisi saat ini jangan terlalu keras memberitahunya".

Sejak tadi memang sesekali Harun melirik wajah sang calon menantu, terlihat ada emosi yang terpendam diwajah Raka membuat Harun khawatir jika akan ada suasana emosi.

" Ayah, Raka memang marah tapi bukan kepada Alya".

Mendengar jawaban Raka kini wajah Harun terangkat menatap dalam wajah Raka dengan tatapan bingungnya.

" Raka yang bersalah karena tidak bisa menjaga Alya dengan baik, seanda Raka tidak keluar kota pasti Alya tetap makan siang". Raka menarik nafasnya dalam.

" Padahal saya tahu jika Alya sering melupakan makan siang, tapi siang tadi saat kami bertukar pesan Alya mengirimkan foto makanan bekal dari Ibu dan Saya percaya jika Al makan. Biasanya kami akan makan bersama dengan panggilan video, tapi siang tadi saya sedikit sibuk jadi saya percaya...."

Raka menarik nafas dalam menetralkan emosi yang mulai naik kembali, tidak mungkin jika dirinya harus marah didepan calon mertuanya bisa-bisa izin menikahi akan dicabut.

" Terimakasih kamu sudah memperlakukan Alya dengan sangat baik, bahkan lebih baik dari saya sebagai seorang Ayah. Sekarang tidak perlu menyalahkan diri sendiri mari kita jaga Alya bersama-sama". Harun menepuk pundak Raka pelan.

Maya yang mendengarkan obrolan kedua lelaki berbeda zaman itu hanya bisa menangis tersedu-sedu, ia tidak lupa membawakan bekal untuk anaknya. tetapi ia lupa mengingatkan, seandainya ia mengirimkan pesan dan lebih memberikan perhatian mungkin ini tidak akan terjadi.

1
Wang Lee
Semangat dek
Wang Lee
Kenapa ngak bisa
Wang Lee
Biar tenang dulu iya
Wang Lee
Istirahatlah
Wang Lee
Kok diam
Wang Lee
Pasti angin sesat nih
Wang Lee
Jangan khawatir
Wang Lee
Jangan tatap
Wang Lee
Lihat aja sendiri
Wang Lee
Untuk apa
Wang Lee
Hampiri saja
Wang Lee
Kalau ngak jelas biarkan saja
Wang Lee
Rasa itu pasti timbul
Wang Lee
Terpenuhi semuanya
Wang Lee
Sudah jelas
Wang Lee
Siapa
Wang Lee
Biarkan saja
Wang Lee
mulai terlihat
Wang Lee
Semangat dek🌹🌹🌹🌹🌹
Dinar Almeera: terimakasih kakakkkuuuuu
total 1 replies
Wang Lee
Belum
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!