Area ehem ehem! Yang bocil harap Skip!!!
Bagi Candra, sang Casanova, tidak ada perempuan yang bisa dia ajak serius untuk menjalin suatu hubungan setelah merasa hidupnya hancur karena perceraian sang ayah dan ibunya.
Perempuan bagi Candra adalah miniatur, pajangan sekalian mainan yang hanya untuk dinikmati sampai tetes terakhir.
Namun, kehadiran Lila, seorang gadis yang kini menjadi adik tirinya, membuat dia harus memikirkan ulang tentang cinta. Cinta dan benci hadir bersamaan dalam indahnya jalinan kasih terlarang.
Lalu bagaimana jika larangan itu tetap dilanggar dan sudah melampaui batas?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Undangan Pesta
Suka?
Kata-kata yang diungkapkan penuh emosi oleh Bella bertanda cemburu tadi masih terngiang-ngiang di kepala Kalila.
Candra memang suka kurang ajar kepadanya, sering memperhatikannya dengan tatapan mes*m seperti singa jantan yang lupa di kebiri sampai tega merebut ci*man pertamanya.
Namun, bukan berarti lelaki itu suka dengan dia. Malah yang Kalila tahu semenjak ia dan ibunya datang ke rumah itu, Candra malah menunjukkan sikap yang sangat dingin malah cenderung mengabaikan mereka. Itu artinya dia benci Kalila bukan?
Jadi, Kalila tidak yakin sama sekali kalau kakak tirinya itu menyukainya. Kepada perempuan-perempuan cantik, Candra memang suka memberikan senyuman maut dan terkadang perhatian, hanya untuk menegaskan bahwa dirinya adalah seorang playboy yang terkenal dalam mempermainkan hati perempuan.
Kalila datang kembali ke meja Jessy, baru saja mereka hendak melanjutkan ghibah tiba-tiba saja pintu ruangan Candra terbuka, semua mata menatap ke arah lelaki itu.
"Kamu, masuk!" katanya kepada Kalila sambil menunjuk.
"Saya enggak sekalian diajak, Pak?" goda Jessy yang disambut pelototan oleh staff yang lain. Mereka saja tidak berani menggoda Candra seperti itu walaupun mereka ingin, lah ini anak magang bertubuh gembul itu malah berani-beraninya menggoda atasan mereka yang kelewat ganteng itu.
Berani-beraninya lo godain atasan kita yang ganteng. Kita aja yang udah berabad-abad kerja di sini belum pernah godain Pak Candra kayak gitu. Keki mereka dalam hati dan ngedumel dengan gondok.
"Aku udahan dulu ya, Jess. Susah nih kalau dia manggil. Permasalahan jadi tambah panjang," ujar Kalila malas sambil menatap kakak tirinya yang masih menunggu di depan pintu ruangan itu.
Kalila melangkah dengan gontai padahal tadi ia sudah bersyukur dan suka sekali saat Candra menyuruhnya keluar. Dia juga berharap jika Candra meminta mejanya dipindahkan sekalian keluar tidak lagi satu ruangan bersama kakak tiri dan sekretarisnya yang suka menuduh sembarangan itu.
Candra masuk duluan lalu diikuti oleh Kalila. Di sana, ia melihat Bella nampak mengerjakan laporan kemarin yang belum sempat ia selesaikan semuanya karena keduluan pingsan.
Wajah perempuan itu tampak ditekuk saat Kalila masuk, wajahnya bertambah muram seperti langit mendung di luar sana, tidak ada manis-manisnya dilihat.
"Duduk lo!" titah Candra sembari membuka jendela ruangannya. Khusus untuk ruangan Candra, memang didesain dengan jendela karena sesekali lelaki itu juga akan merokok dan suka dengan hembusan angin dari luar.
"Ada apa ya, Pak?" tanya Kalila.
"Gak usah formal gitu, lagian lagi enggak ada orang. Panggil aja gue kayak lo biasa," ujar Candra santai sambil menghembuskan asap rokoknya membuat Kalila jadi terbatuk-batuk. Cerobong asap memang tidak tahu aturan!
"Ada apa, Mas Candra?" ulang Kalila.
Sesekali, Kalila bisa merasakan kalau Bella melihat ke arahnya dengan tajam melalui ekor matanya.
"Malam ini, lo temenin gue. Ada acara rekan bisnis gue dan gue nggak punya partner buat diajak ke sana."
Baru saja Kalila hendak menyuarakan protes, tiba-tiba saja Bella menyela.
"Kamu ada janji sama aku, Can. Kita bakal pergi malam ini dan kalaupun kamu mau pergi ke acara temen bisnis kamu, kamu bisa sama aku. Kenapa mesti dia?"
Candra menoleh ke arah Bella, pandangannya tidak suka sama sekali. Candra adalah tipikal laki-laki yang tidak pernah suka omongannya disela apalagi oleh perempuan.
"Terserah gue mau pergi sama siapa, Bella. Gue sengaja minta dia yang temenin gue," sahut Candra santai.
"Tapi, Mas, aku kayaknya nggak bisa deh malam ini. Aku ada acara juga bareng Yuda. Dia ngajak aku keluar malam ini."
Candra Menatap tajam ke arah Kalila ketika gadis itu sedang membicarakan laki-laki lain. Kenapa tiba-tiba saja ia jadi cemburu? Hal itu malah membuatnya semakin menginginkan Kalila pergi dengannya malam nanti.
"Kalo lo nggak mau ikut gue malam ini, ya udah terserah. Tapi gue nggak bakalan mau Acc kerjasama sama orang ini. Dia orangnya papa, lo tahu kan gue sama papa pasti bakal berantem lagi karena gue yang bakal wakilin papa. Gimana kalo gue gak dateng? Lo bisa bayangin? Lo pengen lihat itu?" ancam Candra santai.
Kalila melotot, kenapa masalah bisnis jadi melibatkan dirinya? Dirinya yang hanya seorang anak magang yang belum tahu apa-apa tentang bisnis dan sekarang Candra sengaja membawa-bawa papa Mahesa agar Kalila tidak bisa menolak permintaannya itu.
Kenapa harus dia? Benar juga apa kata Bella, kenapa bukan Bella saja? Kalila benar-benar tidak habis pikir dengan kakak tirinya itu. Sedang Candra yang ditatap begitu jengah oleh Kalila hanya mengulum senyum menunggu jawaban dari Kalila yang sudah tahu pasti jawabannya apa itu. Kalila pasti akan menuruti keinginannya.
"Aku bilang dulu ke Yuda, Pak Candra. Karena aku nggak enak aku udah janji sama dia. Padahal kami mau dinner malam ini, tapi batal karena kamu," dengus Lila sebal.
"Ya udah sana."
Candra mengibas-ngibaskan tangannya mengizinkan Kalila pergi menemui Yuda. Lelaki itu menyeringai, ekspresi yang biasa ia keluarkan setiap keinginannya terwujud.
Sementara itu, Bella mengerjakan laporan dengan hati mendidih. Ia tidak suka dengan Kalila, kepada gadis yang sudah mencuri hati Candra. Candra sendiri kemudian keluar dari ruangan. Ia melirik ke arah Yuda yang tengah memegang tangan Kalila.
Lelaki itu tampak murung karena Kalila membatalkan janji pergi dengannya. Candra sendiri menatap tangan Yuda yang menggenggam tangan Kalila dengan tatapan yang seperti tidak rela. Entahlah, Candra seketika jadi tidak suka bila ada lelaki lain menyentuh gadis itu selain dirinya.
"Ehem!" Candra berdeham membuat Kalila dan Yuda juga menoleh bersamaan.
"Perusahaan ini melarang para karyawannya bermesraan di jam kerja kayak gini," ujar Candra dengan wajah yang sama sekali tidak enak dipandang. Wajahnya tertekuk dan juga nampak cemburu melihat Kalila bersama Yuda saat ini.
Yuda hanya bisa melepaskan genggamannya pada tangan Kalila, lalu ia segera melanjutkan pekerjaannya sementara itu Kalila kembali lagi ke dalam ruangan Candra dengan Bella yang menyambutnya dengan tatapan ingin membunuh.
Kalila ngeri ditinggal berduaan dengan Bella, bisa-bisa nanti dia mati dimutilasi oleh perempuan yang sedang terbakar cemburu ini. Ia berusaha mengabaikan Bella yang terus saja menatapnya dengan kesal tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Nampaknya Candra sudah mengatakan banyak hal yang akhirnya membuat perempuan itu menjadi diam seperti sekarang. Biasanya akan ada saja yang disuruh oleh Bella untuk Kalila.
Saat makan siang, Kalila menemukan Candra sedang makan siang bersama beberapa kolega bisnisnya yang kebetulan berkunjung ke perusahaan. Kebetulan meja yang ia pilih bersama Jessy itu berhadapan pula dengan meja Candra dan teman-teman bisnisnya.
Beberapa saat keduanya saling acuh tak acuh dan menikmati makanan masing-masing.
Tapi pada detik berikutnya, saat kedua mata tak sengaja bertemu pandang, keduanya jadi saling memperhatikan. Kalila merasa canggung, ia segera mengalihkan pandangan sementara Candra hanya tersenyum simpul menatap Kalila sambil sesekali menyesap kopinya.
"Itu karyawan baru ya?" tanya seorang rekan bisnis menuju Kalila yang sedang makan sambil bersenda gurau bersama Jessy.
"Anak magang," sahut Candra malas ke arah rekan bisnisnya itu. Kenapa pula ia bisa melihat Kalila? Kan banyak perempuan lain di sana! Ah, Candra menggerutu dalam hati.
"Cantik, seksi pula. Kenalin dong."
Candra melengos, ia segera menghabiskan kopi yang melewati kerongkongannya dengan sedikit panas. Dia kemudian berdiri dan beranjak meninggalkan kantin lalu menatap Kalila dengan pandangan menyalahkan seolah berkata: Ngapain sih lo di sini? Mau godain cowok lain ya?
Kalila sendiri hanya membalas Candra dengan tatapan tidak mengerti. Kenapa kakak tirinya itu seperti seorang lelaki yang memergoki kekasihnya sedang selingkuh dengan lelaki lain? Tampak gondok dan seperti ingin mengajak duel orang sampai mati!