Tiba tiba seorang laki laki datang meminta Arumi Bunga Cantika menjadi istrinya. Sebagai balas budi karena Arumi sudah mendapatkan kornea mata dari mendiang adiknya.
Arumi menolak karena sudah memiliki kekasih hati yang bernama Michael. Akan tetapi masalah timbul saat Armellya teman Arumi mengirim foto pengkhianatan Michael.
Orang tua Arumi pun menerima lamaran Ernastan Alfred Warren, kakak dari pendonor kornea mata Arumi.
Apakah Ernastan tulus mencintai Arumi atau ada motivasi lainnya? Apakah Arumi akan mendapatkan kebahagiaan dengan pernikahannya? Jika tidak bagaimana cara Arumi untuk meraih kebahagiaannya?
Yukkk guys kita ikuti kisah Arumi..🙏🙏🙏🙏🙏♥️♥️♥️♥️♥️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 28.
Michael yang tidak mengenal suara orang yang memanggil Arumi, terus melangkah sambil menggandeng tangan Arumi yang melangkah lebih cepat.
“Mich mereka. “ ucap Arumi lirih dan terus mempercepat langkah kakinya.
Michael pun menoleh ke arah belakang.
“Mereka.” Gumam Michael yang kini mengenal dua orang yang melangkah dengan cepat di belakangnya.
Dua orang yang pernah Michael lihat sekilas waktu dia mendatangi acara resepsi pernikahan Arumi. Dan dia lihat di foto foto acara pernikahan Arumi yang di unggah di media.
“Arumi, tunggu!” teriak seorang perempuan dengan penuh permohonan.
“Arumi please tunggu kami Nak! Tolong kami!” teriak seorang laki laki juga dengan nada penuh permohonan.
Michael pun memperlambat langkah kakinya..
“Kita tunggu mereka Arumi, kasihan orang tua.” Ucap Michael.
Akhirnya Arumi dan Michael pun menghentikan langkah kakinya. Dan membalikkan tubuh mereka berdua. Perempuan dan laki laki setengah baya itu tampak berjalan tergopoh gopoh. Dada kedua nya tampak kembang kempis, akibat nafas yang terasa berat.
“A.. A... rumi te te...rima kasih..” ucap seorang laki laki paruh baya, terputus putus kalimat nya karena nafas yang masih ngos ngos nya.
“Om dan Tante mau apa? Saya mau gugat cerai, saya sudah ditipu.” Ucap Arumi sambil menatap dua orang paruh baya itu yang tidak lain adalah Om dan Tante nya Ernestan.
“Arumi maafkan semua ini. Kamu boleh cerai dengan Ernestan tapi tolong selamatkan perusahaan ini Arumi..” ucap Om nya Ernestan dengan nada serius dan ekspresi wajah yang sangat sedih.
“Iya tolong Arumi.. keluarga kami juga hidup dari perusahaan ini. Sejak meninggalkan Kakak Warren tiga tahun lalu, kondisi perusahaan memburuk karena perusahaan dipegang oleh Ernestan dan Viona...” ucap Tantenya Ernestan dengan kedua mata yang berkaca kaca.
“Investor banyak yang lari menarik dana mereka. Akhirnya rumah kami juga ikut digadaikan di bank.. Saya juga menanam modal di perusahaan itu sejak dulu meskipun dana saya tidak banyak. Tolong kami Arumi.. Tolong ya.. “ ucap Om nya Ernestan yang kini kedua matanya juga tampak berkaca kaca.
“Dan dengan adanya kasus yang baru saja terjadi, harga saham perusahaan langsung negatif, Arumi.. “ ucap Om nya Ernestan selanjutnya sambil mengusap wajahnya dengan kasar. Air mata pun sudah mulai menitik di wajah nya.
“Huu... huuu... huuu... andai Mamanya Ernestan dan Audrey masih hidup.. masih ada yang bisa kami ajak bicara untuk mengatasi masalah ini .. Audrey dulu anak yang baik dan pintar sayang sekali hu... hu... hu... “ ucap Tantenya Ernestan yang mulai berlinangan air mata nya menangis tersedu sedu.
Mendengar kata nama Audrey di sebut. Arumi teringat pada kornea mata milik Audrey yang menempel di kedua matanya. Kornea mata yang sangat berarti bagi dirinya. Kornea mata yang telah membuat dirinya melihat indahnya dunia.. Dunia yang dulu gelap gulita hanya ada warna hitam, menjadi berwarna warni sangat indah dan mengagumkan.
Arumi teringat saat pertama kali bahagianya bisa melihat wajah cantik Sang Bunda. Pertama kali melihat indah dan cantik nya bunga bunga yang sebelumnya hanya bisa dibayangkan saja..
Arumi menatap wajah Om dan Tantenya Ernestan secara bergantian. Tantenya Ernestan masih menangis tersedu sedu satu tangannya sibuk menghapus air mata yang terus meleleh. Dia tidak hanya sedih ingat kematian adik ipar dan keponakannya. Namun lebih dari itu sedih dengan nasib ekonomi keluarganya. Padahal dua anaknya masih butuh biaya pendidikan yang tidak sedikit.
Sedangkan Om nya Ernestan tampak menatap Arumi dengan ekspresi wajah penuh permohonan..
“Tolong ya Arumi.. kami juga tidak suka dengan Viona, sudah sejak lama dia memberi pengaruh tidak baik pada Ernestan. Kami tidak suka dengan hubungan mereka tetapi Ernestan lebih mendengar suara Viona dari pada kami yang menjadi wali orang tuanya.” Ucap Om nya Ernestan masih dengan nada serius.
“Baiklah, Om nanti saya pikirkan.” Ucap Arumi.
Michael yang mendengar kalimat Arumi tampak sangat khawatir dan menoleh ke arah Arumi..
“Arumi..” ucap lirih Michael untuk mengingatkan jika Arumi dalam bahaya berada di dekat Ernestan dan Viona yang merupakan orang penting di perusahaan itu.
Arumi menggenggam erat tangan Michael sebagai kode kalau semua akan baik baik saja
“Terima kasih Arumi, tolong kami ya.. “ ucap Om dan Tantenya Ernestan dengan penuh harapan akan bantuan Arumi.
“Akan saya usahakan Om, Tan.. sekarang kami pamit ya..” ucap Arumi karena perutnya sudah sangat lapar..
Dua orang paruh baya itu pun akhirnya mengizinkan Arumi meninggalkan tempat itu..
“Arumi kamu pikirkan baik baik ya.” Ucap Michael yang kembali menggandeng tangan Arumi menuju ke mobilnya.
“Iya Mich.. bagaimana pun ada sebagian di hati nurani ku yang ingin membantu mereka karena ada kornea mata Audrey di mataku.” ucap Arumi sambil menggenggam dengan erat telapak kekar Michael.
Michael membukakan pintu samping buat Arumi saat sudah sampai di mobil yang dia sewa.
“Terima kasih ya Mich.. untung Kamu belum pulang ke Indonesia atau balik ke Eropa.” Ucap Arumi sambil masuk ke dalam mobil.
Michael tidak menjawab namun tangannya mengusap usap dengan lembut puncak kepala Arumi. Lalu menutup pintu mobil dengan rapat. Setelah Michael masuk ke dalam mobil. Mobil pun berlalu meninggalkan tempat parkir itu.
Saat sampai di dekat pintu gerbang. Tampak Chynthia berdiri di dekat sebuah mobil milik KBRI yang sedang berhenti menunggu.
“Ayo Chyn..” teriak Arumi yang membuka kaca jendela sambil melonggarkan kepalanya ke arah Chynthia.
Dan bersamaan dengan itu dari arah luar masuk sebuah mobil ambulance ke dalam lokasi perusahaan itu. Ambulance yang akan membawa Ernestan ke rumah sakit, karena da rah te rus mengucur dari luka tembak di bahu kanannya.
Sementara itu di rumah mewah Ernestan. Semua pelayan dan karyawan terlihat heboh. Karena kabar berita Tuan Ernestan yang terkena tembakan. Ada orang perusahaan yang datang ke rumah, minta diambilkan baju baju untuk Tuan Ernestan yang dirawat di rumah sakit.
Bu Supri yang tidak diberi kabar terlihat sangat panik dan khawatir. Dia tanya kabar Arumi dan Chynthia pada orang yang datang itu tetapi dijawab tidak tahu.
“Haduh Mbak Arumi dan Chynthia di sana kok malah ada tembak tembakan.” Ucap Bu Supri yang belum juga diberi kabar oleh Arumi dan Chynthia.
“Dua anak itu kenapa juga malah tidak telpon ke rumah.” Ucap Bu Supri lalu melangkah menuju ke tempat pesawat telepon rumah.
Berkali kali dia mencoba menelepon nomor hand phone Arumi dan Chynthia tetapi dua nomor hand phone itu sedang tidak aktif.
“Pasti hand phone malah mati, sudah berkali kali dipesan agar batere penuh dan bawa power power kok tidak nurut juga.” Ucap Bu Supri tampak kesal dan masih panik.
Sesaat terdengar bunyi bel tamu..
“Itu mungkin mereka yang datang atau Chynthia kalau Mbak Arumi ikut menemani Mas Ernestan di rumah sakit.” Ucap Bu Supri segera meletakkan ganggang telepon dan berlari tergopoh gopoh ke pintu depan.
Saat sampai di pintu depan. Pintu sudah dibukakan oleh salah satu pelayan di rumah itu.
Jantung Bu Supri berdetak lebih keras, dan tubuh gemetaran saat melihat empat orang laki laki berseragam namun dengan seragam yang beda.
“Ada apa ya?” tanya Bu Supri dengan suara bergetar karena jantung berdebar debar sangat kencang.
Jhon & Armeliya selamat atas di tangkapnya kalian berdua... Nikmatilah hadiah buat kalian menginap di 🏨 prodeo gratis buat kalian