Larasati, sering di sapa Rasti atau Laras seorang dokter residen, yang sedang cuti dan bekerja di Beauty wedding planner and organizer. Dia bisa menjadi MC, fotografer, ketua tim Planner, bagian konsumsi. Bertemu kembali dengan Lettu Arjuna Putra Wardoyo, lelaki yang pernah menjadi cinta masa kecil saat masih SD.
Arjuna anak kesayangan papa Haidar Aji Notonegoro( papa kandung), dan ayah Wahyu Pramono( ayah sambung). "Kamu Laras yang pernah sekolah di?"
"Sorry, salah orang!" Ucap Rasti memotong ucapan Juna, sambil berlalu pergi dengan kameranya.
"Seorang Arjuna di cuekin cewek, ini baru pertama dalam sejarah pertemanan kita." Ucap Deri sambil memukul bahu Juna.
"Aku yakin dia Laras adik kelas ku, yang dulu ngejar-ngejar aku." Ucap Juna dengan pandangan heran.
Apa yang membuat Laras tidak mau mengenal Juna, padahal pesona seorang Arjuna tidak pernah ada tandingannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eed Reniati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Kehangatan Keluarga
"Kamu ada perlu apa ke Jogja?"
"Berburu ilmu sambil liburan," jawab Laras sambil berdiri untuk bersiap turun dari pesawat.
"Kamu sendirian?"
"Sama profesor pembimbingku."
"Mana dia," tanya Juna, sambil melihat kesekitar.
"Di kelas bisnis."
Laras dan Juna mengobrol sambil berjalan keluar dari dalam pesawat.
"Kamu mau ambil barang di bagasi?"
"Tidak, aku hanya membawa tas ransel yang aku bawa ini. Tapi aku nungguin profesor yang sedang ambil bagasi ."
"Kamu hanya membawa ransel, aja?"
"Aku di Jogja cuma 1 malam 2 hari, bukan 2 Minggu ngapain bawa baju banyak-banyak."
"Cepat sekali, tidak ingin keliling liburan ke Jogja, dulu? Jika ingin berkeliling di Jogja, aku siap jadi tour guide mu!"
"Hahaha aku tidak sanggup membayarmu, jika tour guide sekelas kamu," canda Laras .
"Gratis."
"Mungkin besok aku akan sibuk di rumah sakit dari pagi sampai sore, malamnya langsung pulang ke Jakarta jika sudah dapat tiket. Habis itu, aku bisa berhibernasi, menghabiskan sehari ijin ku dengan memulihkan tenagaku, sebelum beraktivitas kembali."
"Kamu tidak ingin berkeliling Jogja, beneran?"
"Mungkin nanti tidak untuk sekarang, aku tinggal dulu assalamualaikum!"
"Walaikumsalam," jawab Juna , sambil mengamati Laras yang berjalan menyambut lelaki paruh baya, seperti menyambut ayahnya. Nampak Laras menghormati orang tersebut, "Syukur profesor pembimbingnya suda tua, aku kira masih muda." gumam Juna.
"Mas Juna !!" Panggilan seorang remaja membuyarkan lamunan Juna, membuat Juna tersenyum dan menghampirinya.
"Naya kangen," manja Naya.
"Mas juga," ujar Juna sambil memeluk remaja yang masih sekolah di bangku SMP, adik perempuan satu ibu dengan Juna.
"Bohong! Kalau kangen kenapa mas jarang pulang?"
"Ya, itu sudah resiko pekerjaan yang mas pilih. kamu sama siapa?"
"Sama ayah, ayah sedang mengantar Huda beli es krim!"
"Bunda ke mana kok gak ikut?" Tanya Juna sambil berjalan dan melihat kearah kesekeliling.
"Bunda lagi di rumah sakit."
"Bunda sakit?" Tanya Juna sambil menghentikan langkah kakinya.
"Tidak, bunda hanya menjenguk orang tua pak Dhe selamet yang sedang di rawat di rumah sakit. Tadi kami berangkat bersama, kok."
Mendengar penjelasan Naya membuat Juna bernafas lega dan menghampiri ayahnya, yang berdiri dengan adik lelakinya yang masih kelas 5 sekolah dasar.
"Kita ke rumah sakit menjemput bunda, setelah itu baru pulang!"
"Hmm," jawab Juna.
"Apa tentara tidak membawa pistol jika pergi ke mana-mana?" Tanya Huda membuat Juna langsung tertawa ngakak.
"Jika sudah besar kamu akan tahu, jika sekarang mas jelaskan kamu akan bertanya lagi dan bertanya lagi," jawab Juna .
"Buat apa bawa senjata, jika tanpa senjata saja mas Juna sudah bisa melumpuhkan lawan." Ucap Naya membela Juna, membuat Juna memeluknya sayang.
"Bambang!" Panggil ayah Juna membuat langkah Juna dan kedua adiknya ikut berhenti, dan melihat ayahnya menyapa seseorang. Juna sendiri langsung memperhatikan Laras yang berdiri di samping, orang yang di sapa ayahnya.
"Wahyu!"
"Aku kira sudah lupa, sama aku."
"Tidak mungkin lupa sama kamu. Lagi ngapain di bandara?"
"Menjemput anak lelakiku," jawab Wahyu dengan menepuk bahu Juna.
"Mereka bertiga anakmu?"
"Iya. Kamu mau kemana?"
"Mau ke hotel, aku ke Jogja di undang Rizwan untuk membantu mengoperasi mertuanya. Kenalkan ini murid ku, masih residen tapi kemampuannya sudah membuatku bangga."
"Larasati, Om!"
"Aku kira putri mu."
"Putriku lebih memilih manejemen rumah sakit dari pada menjadi dokter, mengobati orang sakit."
"Dia, anak Om Rio dan Tante Hanum," bisik Juna pada Wahyu.
"Bagaimana kalau kalian menginap di rumahku saja!"
"Apa tidak merepotkan?"
"Kamu sudah kenal aku dan Alya, jadi tidak mungkin kami merasa di repot kan."
"Bagaimana Laras , mau?"
"Terserah prof saja," jawab Laras, yang tidak menyangka akan terjadi kebetulan seperti ini.
Wahyu, mengemudi mobil dudu di depan bersama Bambang. Laras dan Naya duduk di bangku tengah, sedang Juna dan Huda duduk paling belakang.
"Mbak Larasati biasa di panggil Rasti apa Laras?" tanya Naya pada Laras yang duduk di sampingnya.
"Apa saja boleh," jawab Laras .
"Panggil saja Laras ," jawab Juna bersamaan dengan ucapan Laras .
"Kalian saling kenal?" Tanya Naya yang tidak di gubris oleh Juna atau Laras .
"Pasti kalian saling mengenal, buktinya kalian saling diam." Ucap Naya lagi, yang masih penasaran.
Sampai mereka sampai di rumah, baik Juna dan Laras tidak ada yang bicara.
Sesampai di rumah, Juna langsung pergi dengan Huda menjemput Alya sedang Naya mengantar Laras untuk istirahat di kamar tamu.
**
"Tante tidak sangka kamu semakin cantik saja, sekarang?" Tanya Alya pada Laras yang membantu Alya di dapur, di pagi hari. Semalam Laras tidak sempat bertemu dengan Alya, karena itu Laras berniat membantu di dapur. qq
"Tante bisa saja memujiku, aku bisa besar kepala nanti Tan."
"Haha bisa saja kamu. Coba kamu cicipi menurut mu ini rasanya kurang apa?"
Laras mengambil sendok dan mencicipi opor ayam yang sudah matang, "pas Tan."
"Kamu bisa buat sambal gak? Buat temen makan sayur opor?"
"Bisa, tapi saya takut rasanya tidak sesuai dengan lidah orang rumah."
"Sambel yang penting pedas, tolong kamu buatkan ya. Aku mau ngecek Naya sama Huda sudah siap belum, sudah jam 6 masak belum turun sarapan, nanti bisa kesiangan sampai di sekolah!"
"Baik Tan," jawab Laras dengan berat hati.
"Bibi bagaimana ini,?"tanya Laras pada asisten rumah tangga yang ada di rumah Alya.
"Ibu bukan tipe pemilih, karena ibu juga bukan orang yang mahir memasak," ujar Bibi sambil terkekeh.
"Masak sih Bi?"
"Ibu tidak mahir memasak, tapi ibu selalu membantu bibi memasak di dapur."
"Bibi bikin aku kopi hi...tam," ucap Juna terhenti saat melihat Laras di dapur.
"Iya mas tunggu sebentar."
Juna berjalan mendekati Laras yang sedang menghaluskan sambal dengan cobek, " kamu bisa masak?"
"Ala kadarnya saja sih, tahu rasanya nanti bagaimana."
"Semoga tidak lebih buruk dari masakan bunda."
"Bunda memang tidak mahir masak, tapi tidak usah buka kartu juga kali." Ucap Alya yang berjalan menghampiri Laras.
"Haha, aku tidak buka kartu, cuma bicara apa adanya."
"Apa yang apa adanya, jangan menghina istri ayah ya. Kalau mau makan makanan yang enak, sana cari chef handal." Ucap Wahyu yang baru bergabung, di dapur.
"Kamu jangan kaget melihat tingkah ayah dan bunda, yang kadang alay," ujar Juna.
"Itu bukan alay, tapi bentuk sayangnya ayahmu pada Bundamu. Karena sayang itu tidak melulu tentang hal romantis," ujar Laras.
"Aku setuju, perhatian kecil bisa membuat hubungan kita langgeng." Ucap Alya sambil memeluk lengan Wahyu.
"Tu, kan pasangan bucin."
Laras hanya tersenyum tipis, melihat kehangatan keluarga Juna di pagi ini.
bisa bahaya Juna,,, ayok Laras bongkar kebusukan BSI Serly dan emak nya
dasar jalang