NovelToon NovelToon
Bidadari Pilihan Zayn

Bidadari Pilihan Zayn

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Hania

“Le, coba pikirkan sekali lagi.”

“Aku sudah mantap, Umi.”

Umi Shofia menghela nafas berkali-kali. Dia tak habis pikir dengan pilihan Zayn. Banyak santri yang baik, berakhlak, dan memiliki pengetahuan agama cukup. Tetapi mengapa justru yang dipilihnya Zara. Seorang gadis yang hobinya main tenis di sebelah pondok pesantren.

Pakaiannya terbuka. Belum lagi adabnya, membuatnya geleng-geleng kepala. Pernah sekali bola tenisnya masuk ke pesantren. Ia langsung lompat pagar. Bukannya permisi, dia malah berkata-kata yang tidak-tidak.Mengambil bolanya dengan santai tanpa peduli akan sekitar. Untung saja masuk di pondok putri.

Lha, kalau jatuhnya di pondok putra, bisa membuat santrinya bubar. Entah lari mendekat atau lari menghindar.

Bagaimana cara Zayn merayu uminya agar bisa menerima Zara sebagaimana adanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hania, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Siapa Dia

Zayn pucat pasi antara malu dan juga panik. Bukannya rapi, tapi tambah berantakan. Bagaimana ia akan menyembunyikan mukanya di hadapan wanita yang baru saja ia nikahi.

Zara mengangkat alisnya dan tertawa kecil. Dia melihat Zayn yang sudah pucat pasi, menyaksikan baju-bajunya sedang berjatuhan dan barang-barang pribadinya tidak terselamatkan.

“Aa Gus, biar Neng saja yang membereskan.”

“Neng kan capek.”

“Nggak apa-apa Aa Gus.”

Zara segera memungut semua baju, mengangkatnya ke ranjang.

“Baik bener istri hamba ya Allah. Terima kasih, Neng.”

“Iya.”

“Aa Gus, ini diletakkan di mana?”tanya Zara sambil menenteng handuk basahnya.

“Di luar, Neng. Tapi biar Aa saja yang meletakkannya.”

“Sudah Aa duduk saja. Biar Neng yang melakukannya.”

Zara segera membawa handuk basah itu ke luar dan membentangkannya di  tempat jemuran. Lalu kembali lagi ke kamar, untuk melipat dan merapikan baju Zayn yang masih tergeletak di atas kasur.

“Aku letakkan di lemari ya.” kata Zayn menawarkan diri.

Dia ingin membantu. Tapi selalu dicegah oleh Zara. Zayn hanya disuruh duduk manis di kursi, menyaksikan Zara membereskan semuanya.

“Biar Neng saja, Aa Gus.”

Dia tak mau Zayn melakukannya. Bisa jadi akan berantakan lagi. Dan akhirnya, dia harus bekerja dua kali.

Zayn terbengong bengong dengan semua yang dilakukan Zara. Dia begitu cekatan mengatasi keadaan kamar yang berantakan.

Kruyuuuuuk...cacing cacing yang bersemayam di perutnya sedang menyajikan sebuah orkestra dengan nyanyian yang menyayat hati.

“Neng, Aa tinggal dulu ya. Mau ambil makanan.”

“Iya Aa Gus.”

Inilah saatnya balas dendam. Karena sejak subuh, dirinya dibuat kelaparan. Apalagi saat di pelaminan, dia juga telah dibuat sengsara. Dia dijadikan penonton yang duduk manis menyaksikan bagaimana lezatnya menu yang dia rancang. Semua menikmati hingga tandas. Tak ada sebutir nasi pun yang tersisa di atas piring.

Dia segera pergi ke meja makan. Mencari menu yang dia cari.

“Umi, apakah nasi rames nya masih ada?” tanya Zayn pada Umi Shofia.

“Wah Zayn. Kamu telat. Sudah dihabiskan Abahmu?”kata Umi Shofia sambil membereskan meja makan.

“Yach...sudah habis,” kata Zayn kecewa.

Tak berputus asa, Zayn pun segera pergi ke dapur.

“Gus, pengantin kok ke sini?” sapa bik Narti. Art satu-satunya yang menemani keluarga nya sejak dirinya dilahirkan.

“Lapar, Bik,” jawab Zayn dengan muka cemberut.

Apa hubungannya. Meskipun jadi pengantin kalau laper, ya harus makan.

“Masih ada nasi rames nya, Bik.” 

“Wah, sudah sudah habis Gus. Bibik saja nggak kebagian.”

“Lha, Bibik nggak nyimpan.”

“Nyimpan, tapi bibik kasih ke santri. Kasihan mereka belum makan.”

Lemas sudah tubuhnya. Keinginan makan rames bersama istri tercinta, tidak kesampaian.

“Ini masih ada nasi berkat. Apakah Gus mau?”

“Oke lah. Dari pada tidak makan,” kata Zayn dengan sedih.

Ia pun mengambil 2 nasi berkat yang terbungkus tas kresek dari bik Narti. Dengan gontai dia membawanya ke kamar. Ia tak mungkin membawa Zara keluar dari kamarnya. Bisa-bisa nanti dibuat olok-olokan keluarganya. Pasti Zara malu.

Dari jauh, dia melihat 2 orang gadis keluar dari kamarnya. Siapa dia?...dan siapa yang mengijinkannya masuk ke kamarnya. Apakah Zara?... Berani-beraninya dia memasukkan wanita yang belum tentu aku ijinkan untuk masuk.

Zayn menghentikan langkahnya sejenak. Mengamati apa yang dilakukan mereka. Mereka terlihat cipika-cipiki dengan Zara. Dia mencoba sabar menunggu sampai keduanya meninggalkan kamarnya.

Namun setelah sekian lama menunggu, tak juga mereka pergi. Akhirnya dengan langkah yang mantap, dia melanjutkan langkahnya.

Langkahnya makin dekat, namun kedua gadis itu pun belum menyadari akan kehadirannya. Dia masih asyik bercanda. Membuat Zayn makin gemas.

“Maaf, kalian siapa?” tanya Zayn penuh wibawa.

Bukannya menjawab, justru mereka lari ketakutan.

“Wuaaaahhh...Gus Zayn,” teriak mereka sambil berlari, seperti melihat hantu.

Zara tersenyum simpul, menyaksikan 2  teman yang akan menemani dirinya menginap di rumah mertua, lari ketakutan.

Bukan dirinya tak berani menginap sendiri di rumah mertua, tapi itu adat. Dia hanya menuruti apa kata bundanya. Mereka akan pulang ketika menjelang fajar.

Cuman yang jadi masalah adalah di mana mereka akan tidur nanti malam.

“Siapa mereka, Neng?”tanya Zayn sambil mengajak Zara masuk.

“Teman-teman Zara di kampung,” jawab Zara dengan penuh ketakutan. Tak biasanya Zayn berbicara seperti ini. Kata-katanya mengeluarkan aura kecurigaan.

“Ada urusan apa mereka ke sini?” tanya Zayn sambil mengajak Zara duduk dilantai. Dia membuka bungkusan yang dibawanya.

“Mengantarkan pakaian Zara,” jawab Zara terus terang. Dia sedih, melihat suaminya yang biasanya berwajah menyejukkan. Sekarang berubah, Dia tampak dingin. Hilang sudah senyuman yang biasa menghiasi bibirnya..

“Apakah mereka masuk ke kamar Aa?” Dia memandang Zara tajam. Dadanya terasa sesak. Bukan karena keadaannya yang berantakan saat dia tinggalkan. Bukan itu, karena saat ini kamarnya telah rapi. Zara mengubahnya lebih berwarna dengan sprei baru dan hiasan-hiasan kecil miliknya.

Tapi ada satu hal yang belum sempat dia jelaskan pada Zara, yang menurutnya itu penting.

“Iya.” Dia kehabisan kata untuk menjawab pertanyaan Zayn. Dia tertunduk sedih. Matanya tampak berkaca-kaca. Dia terlalu lemah untuk dimarahi. Tapi yang pasti dia akan berubah, jika diberi kesempatan apalagi jika dibimbingnya pula.

Zayn  merasa dadanya sesak. Bukan maksudnya membuat Zara menangis. Tapi dia terlalu khawatir dengan kemungkinan yang akan terjadi.

Zayn mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan berlahan-lahan untuk mengurai kegundahan yang menghimpit jiwa karena telah membuat menangis gadis yang seharusnya dia jaga.

“Maafkan Zara, Aa Gus. Kalau Zara berbuat salah.”ucapnya sambil menangis.

Zayn tak tahan. Dia langsung memeluknya. Membiarkan Zara menangis di dadanya. Biarlah bajunya basah. Akan dia jadikan sebagai saksi dihadapan Penguasa alam. Bahwa dirinya bukan hanya bisa membuat orang dia cintai menangis tapi dia juga mampu menghapus air matanya.

Dia membiarkan Zara menangis sampai puas. Dia hanya mendengarkannya tanpa berkata apa-apa. Sesekali dia mengecup pucuk kepalanya untuk menenangkan kegundahan hati Zara.

Setelah beberapa saat, Zara pun melepaskan diri. Masih ada sisa-sisa air mata di pipinya. Dia pun mengusapnya dengan jari-jarinya.

“Maaf Aa Gus. Zara cengeng.”

“Tidak Neng. Zara tidak cengeng. Hanya Aa yang belum bisa mendalami apa yang Neng rasakan. Maaf Aa ya,” kata Zayn dengan lembut.

Dia menarik kembali tubuh Zara ke dalam dekapannya. Dia memejamkan mata, untuk menyembunyikan kesedihannya karena telah membuat wanita yang dicintai menangis karenanya.

Zara melepaskan diri dan mengangguk. Lalu Dia pun tertawa sambil memukul dada Zayn.

“Aaiii...sudah berani pukul-pukul Aa,” kata Zayn sambil menghindar. Jangan sampai dadanya menjadi korban lagi.

“Habis Aa Gus sih,” kata Zara manja. Ia masih berusaha untuk menyerang Zayn. Zayn segera menangkap tangannya. Membuat Zara tersipu malu.

“Besok lagi jangan dilakukan ya. Kamar ini hanya untuk kita berdua. Aku khawatir bila kamu ceroboh memasukkan seseorang, baik itu laki-laki atau perempuan akan menjadikan fitnah bagi kita berdua."

“Iya, Aa Gus,” jawab Zara.

Kalau bicara dalam suasana seperti ini lebih mudah dan lebih bisa diterima. Tidak perlu drama dan air mata.

1
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
Rian Moontero
mampiiiir🖐🤩🤸🤸
Titik Sofiah
awal yg menarik ya Thor moga konfliknya nggak trlalu berat dan nggak ada drama'' poligami.a ya Thor
hania: Beres kakak 😍
total 1 replies
hania
terimakasih kakak
❤️⃟Wᵃfℛᵉˣиᴀບͤғͫᴀͣⳑ🏴‍☠️ꪻ꛰͜⃟ዛ༉
bagus ceritanya seru kayaknya lanjut kak
hania: ok kakak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!