NovelToon NovelToon
Ketika Suamiku Jatuh Cinta

Ketika Suamiku Jatuh Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Ibu Pengganti / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Hasriani

Dinda memilih untuk menikah dengan seorang duda beranak satu setelah dirinya disakiti oleh kekasihnya berkali-kali. Siapa sangka, awalnya Dinda menerima pinangan dari keluarga suaminya agar ia berhenti di ganggu oleh mantan pacarnya, namun justru ia berusaha untuk mendapatkan cinta suami dari hasil perjodohannya itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian 22

Dinda menggelengkan kepalanya berusaha menyadarkan dirinya, jantungnya yang berdetak cepat pun perlahan mulai tenang.

"Papa kamu bikin kaget saja Ciara." Gumam Dinda berbicara pada Ciara yang menatapnya sembari tersenyum.

"Malah senyum kamu." Ucap Dinda mencubit gemas pipi Ciara.

Ia pun berjalan masuk sambil memperhatikan sekeliling rumah Indra.

Lelah berjalan sambil menggendong Ciara, ia pun meletakkan Ciara di sofa bayi yang ada diruang keluarga. Sepertinya Indra meletakkan sofa itu untuk Ciara kalau mereka sedang bersantai di hari libur, Dinda cukup terkesan melihat Indra yang begitu peduli pada putrinya dilihat dari caranya memperlakukan Ciara, semua kebutuhan Ciara dirumah ini pun ada dimana-mana.

"Wah Ciara, kalian benar-benar cuma tinggal berdua yah. Mirip seperti aku sama Papa aku yang cuma tinggal berdua, sepertinya kita bisa jadi teman yang baik." Ucap Dinda yang duduk di bersila di depan sofa bayi Ciara.

Dinda menatap lekat wajah Ciara yang begitu menggemaskan, merasa iba pada bayi kecil itu. Walaupun nasib mereka sama, setidaknya Dinda masih mengingat wajah Ibunya. Tapi Ciara, ia bahkan tidak pernah melihat wajah Ibunya sekali saja.

Ia lalu tersenyum lembut mengelus wajah mulus Ciara, ada perasaan ingin menciumi wajah bayi itu, sayangnya Dinda tidak pernah berani melakukannya karena ia menerapkan batasan untuk dirinya karena Ciara hanya sebatas anak kenalannya saja.

***

Disatu sisi, seperti dugaan Indra. Yuda datang ke rumah Dinda, mobilnya berhenti tepat didepan pagar rumah Dinda yang tertutup rapat, Ia kemudian turun dari mobilnya dan berjalan ke arah pagar.

Sorot mata Yuda terlihat kecewa mendapati pagar rumah Dinda yang tergembok. Merasa tidak percaya Dinda tidak ada dirumahnya, ia pun mencari mobil Dinda dan benar saja mobil itu tidak ada di sana.

"Dinda kemana yah?, perasaan dia sudah tidak ada kegiatan lagi dikampusnya, tinggal tunggu jadwal saja." Gumam Yuda yang ternyata mengetahui semua kegiatan Dinda entah darimana.

Yuda berpikir keras kemana perginya Dinda, cafe yang biasa didatangi oleh Dinda menjadi tempat pertama yang terlintas di ingatan Yuda. Dengan cepat ia masuk ke dalam mobil, menyalakan mesin mobilnya dan beranjak pergi menuju ke cafe favorit Dinda yang tidak jauh dari rumahnya.

Begitu sampai disana, ia langsung turun dari mobil dan masuk ke cafe tersebut, sayangnya ia tidak menemukan Dinda disana.

"Dinda kemana sih, tidak biasanya dia meninggalkan rumah kalau tidak ada keperluan." Gumamnya kesal, ia pikir kegiatan Dinda yang monoton akan terulang dan memudahkannya untuk bertemu dengan Dinda.

Ia pun beranjak berniat keluar dari tempat itu tapi langkahnya terhenti saat melihat pelayan yang melewatinya membawa sepotong cheesecake kesukaan Dinda.

Yuda lalu mengurungkan niatnya dan berbalik ke counter pemesanan untuk memesankan satu slice cheesecake untuk Dinda.

Setelah mendapatkan yang Ia mau, Y omuda langsung keluar dari cafe dengan perasaan senang, harapannya Dinda mau menerima pemberiannya itu dan memaafkannya.

***

Siang harinya Dinda merasa mulai lapar, ia teringat pesan Indra tadi. Melihat Ciara yang tertidur pulas di kasur kecil samping sofanya, ia pun langsung berjalan ke arah dapur dan mencari meja makan Indra.

Setelah menemukannya, ia mendapati tiga tempat makan tertutup di atas meja makan. Dinda membukanya satu persatu dan terkejut melihat isinya.

Masakan rumahan yang berada didalam piring itu membuat Dinda kembali takjub pada Indra.

"Wah ini kak Indra yang masak?, Aku yang perempuan saja tidak bisa memasak." Gumam Dinda masih dalam ketakjubannya.

Ia mulai mengambil piring, berjalan ke counter dapur dan mengambil nasi di rice cooker lalu ia kembali ke meja makan untuk mengambil lauk.

Ayam kecap dan sayur capcay menjadi pilihan lauknya sedangkan lauk satunya ia tidak tau apa itu jadi ia tidak mengambilnya karena Dinda tidak terbiasa memakannya.

Setelah mengambil makanan, Dinda kembali ke ruang keluarga karena khawatir Ciara akan terbangun dan menangis jika tidak ada orang disekitarnya.

Dinda kembali duduk si lantai beralasakan karpet bulu yang tebal dan mulai memakan makanannya.

Pada suapan pertama, untuk kesekian kalinya ia takjub pada Indra, masakannya sangat enak dan pas di lidah Dinda.

Dinda menikmati makan siangnya dengan begitu lahap.

Ditengah aktivitas makannya, teleponnya berbunyi, nama Indra terlihat dilayar pemanggil, dengan cepat Dinda mengangkat teleponnya.

"Halo kak Indra." Sapa Dinda saat panggilannya terhubung.

"Kamu sudah makan?, mau aku pesankan sesuatu?." Tanya Indra tanpa berbasa-basi.

"Tidak usah kak, ini aku sedang makan. Ini yang masak kak Indra yah?." Jawab Dinda sembari mengunyah makanannya, terdengar jelas dari seberang sana.

"Iya, tapi takutnya kamu tidak suka jadi aku mau pesan makanan saja buat kamu." senyum samar terbentuk dibibir Dinda mendengar Indra begitu perhatian padanya.

"Tidak perlu kak, masakan kak Indra sangat enak. Aku saja yang perempuan tidak bisa memasak, aku jadi minder sama kak Indra." Kata Dinda tidak berhenti memuji masakan Indra.

"Syukurlah kalau kamu suka, makan yang banyak yah." Sekali lagi Dinda dibuat berdebar tidak karuan mendengar kata-kata Indra yang begitu lembut padanya, belum lagi suara beratnya yang membuat Dinda salah tingkah.

"Iya kak Indra." Ucap Dinda menggigit bibir bawahnya karena salah tingkah.

"Ciaranya mana?." Tanya Indra mencari putrinya.

"Ciara lagi tidur, nanti aku fotokan buat kak Indra." Jawab Dinda dengan cepat.

"Ya sudah, aku kembali kerja yah." Kata Indra ingin mengakhiri panggilan telepon mereka.

"Iya kak." Jawab Dinda menganggukkan kepalanya walaupun ia menyadari Indra tidak melihatnya.

Setelah panggilannya dimatikan, ia pun meletakkan handphonenya dan kembali menyendok sesuap lagi makanannya dan memakannya dengan lahap.

Senyum mengembang di wajahnya mengingat panggilan telepon mereka tadi, dengan cepat Dinda menggelengkan kepalanya membuang pikiran aneh di kepalanya.

"Sadar Dinda, foto pernikahannya saja sebesar itu, disetiap sudut ruangan juga ada foto mereka, sadar Dinda sadar." Ucap Dinda pada dirinya sendiri.

Ia berusaha menyadarkan dirinya agar tidak terjatuh dalam perasan yang hanya akan membuatnya terluka. Ia menyadari rasa cinta Indra pada istrinya begitu besar, ia pun dengan cepat memperingatkan dirinya perhatian Indra dan kebaikannya untuk dirinya itu hanyalah sebuah bentuk terima kasih karena ia selalu bersedia menolongnya.

***

Sore hari pukul lima lewat sedikit, mobil Indra terlihat memasuki halaman rumahnya. Ia segera masuk ke dalam karena membawa kunci cadangan, ditangannya terlihat ia membawa kotak kecil transparan berisi sepotong kue.

Dengan cepat ia berjalan masuk mencari keberadaan Dinda dan Ciara. Langkahnya terhenti saat tiba diruang keluarga, matanya terpaku menatap Dinda yang tengah tertidur pulas di samping Ciara yang juga tertidur dengan lelapnya.

Indra berjalan pelan agar tidak mengganggu tidur kedua perempuan itu kemudian ia meletakkan kotak kue tadi di kursi dan ia pun berbalik melangkah menuju ke kamarnya.

1
kalea rizuky
lanjut donk
Evi Lusiana
emng d rmh dinda gk ada ART dn satpam ny y kak?
Hasriani: Gak ada kak, Dinda sama Papanya cuma tinggal berdua.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!