NovelToon NovelToon
Suddenly Become A BRIDE

Suddenly Become A BRIDE

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Nikahmuda / CEO / Nikah Kontrak / Keluarga / Romansa
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: boospie

Liliana, gadis biasa yang sebelumnya hidup sederhana, dalam semalam hidupnya berubah drastis. Ayahnya jatuh sakit, hutang yang ia kira sudah selesai itu tiba-tiba menggunung. Hingga ia terpaksa menikah i Lucien Dravenhart , seorang CEO yang terkenal dingin, dan misterius—pria yang bahkan belum pernah ia temui sebelumnya.

Pernikahan ini hanyalah kontrak selama satu tahun. Tidak ada cinta. Hanya perjanjian bisnis.

Namun, saat Liliana mulai memasuki dunia Lucien, ia perlahan menyadari bahwa pria itu menyimpan rahasia besar. Dan lebih mengejutkan lagi, Liliana ternyata bukan satu-satunya "pengantin kontrak" yang pernah dimilikinya…

Akankah cinta tumbuh di antara mereka, atau justru luka lama kembali menghancurkan segalanya?

Cerita ini hanyalah karya fiksi dari author, bijaklah dalam memilih kalimat dan bacaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon boospie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 28 Insiden

"Eyang! What are you doing?" seru Lucien dengan nada tinggi didepan pintu kamar Dewi yang tertutup.

Tidak lama pintu itu bergerak terbuka, memunculkan Dewi dengan raut penuh tanda tanyanya, "What? Lux?"

"The elixir of love?" lirih Lucien terlihat canggung saat mengatakan kalimat tersebut, terlihat jelas dari wajahnya yang perlahan memerah.

"I don't know," kata Dewi sambil tampak berpikir keras, "Jangan-jangan eyang salah masukin gula!" Memasang wajah terkejut, tapi tidak terlihat penyesalan didalamnya.

"Eyang! Come on!" rengek Lucien, terdengar kesal tapi ia tidak bisa marah.

"Ya gimana? Sudah terlanjur diminum Liliana—" Dewi menjeda kalimatnya, ia menggaruk kulit kepalanya dengan menatap Lucien.

Ia tersenyum, menepuk bahu Lucien kemudian mengatakan, "Selesaikan ya sayang, eyang mau tidur."

Brakkk

Wanita tua itu menutup pintunya, membiarkan Lucien dengan rasa panik yang mulai menggerogoti pikirannya. Tidak pernah sekalipun pria itu kesulitan mencari jalan keluar dari berbagai masalah, tapi kali ini ia mengakui bingung.

Tangannya mengacak-acak rambut, wajahnya tampak sangat frustasi. Kakinya pun bergerak kesana-kemari seperti tidak ada tujuan pasti.

Sampai dimana ia berpikir untuk tidur dikamar lain, langkahnya pun menyetujui, ia pergi menuju tangga. Namun, tiba di tengah-tengah anak tangga, kepalanya menoleh kearah pintu kamarnya. Ia merasakan suatu hal yang membuatnya ingin kembali. Detik berikutnya, Lucien menolak kembali, ia melanjutkan langkahnya hingga ke lantai bawah.

Sepertinya hati keras itu menolak mentah-mentah untuk menjauhi Liliana, belum ada satu jam pria dengan pakaian tidur itu berlari menaiki tangga, kali ini sampai memasuki kamar.

Hening menyelimuti ruangan itu, perasaan Lucien semakin campur aduk. Tidak ada suara dari arah kamar mandi, dan tidak ada pula sosok perempuan disana.

"Lili?" panggil Lucien dengan harapan ada sahutan dari pemilik nama.

Berlalu selama beberapa menit tidak ada balasan apapun dari sang empu, kecuali suara pintu kamar mandi terbuka. Lucien bersiap menundukkan wajahnya.

"Lucien," panggil Liliana dengan suaranya yang sangat lembut, suara yang pertama kali Lucien dengar.

"Iya?" tanya Lucien.

"Bantu resletingkan baju ini, sulit sekali," ucap Liliana.

Dengan perlahan Lucien membuka matanya, ia melihat pemandangan dimana punggung mulus yang sangat bersih itu berada tepat didepan matanya. Jakunnya bergerak naik turun, ia menelan ludah begitu keras. Seakan dunia berhenti berjalan saat itu, Lucien tidak tahu harus berekspresi seperti apa kecuali tatapan terlampau kaget.

"Pakai baju lain," titah Lucien dengan suara yang lebih berat.

"Eumm—" Gadis itu merengek sambil memutar tubuhnya menghadap Lucien. Kali ini Lucien lebih kaget dengan penampilan Liliana, wajah gadis itu tampak lebih indah dengan rona merh yang menghiasi kedua pipinya, hidungnya serta dagu dan kedua mata cantiknya.

Lucien langsung membuang wajah, sedingin apapun pria itu, ia tetap pria sesuai kodratnya sebagai pria yang melihat pemandangan seperti itu.

"Aku mau pakai ini, nyaman~" pinta Liliana dengan nada manjanya, seperti suara bayi yang imut.

Mendengar itupun pria itu sudah tidak tahan menghadapi Liliana, ia bangun dari duduknya menjauhi gadis itu, mengambil satu kemeja miliknya kemudian memakaikan secara paksa pada tubuh gadis itu.

"Nggak mau Lux, gak mau!" tolak Liliana yang berontak keras untuk menghindari kemeja besar milik Lucien.

"LILIANA! PAKAI!" bentak Lucien tanpa sadar, karena mulai kesal dengan gadis itu.

Liliana dengan mata memerahnya terdiam, menatap sendu pada Lucien. Bibirnya melengkung kebawah, bersamaan dengan itu bulir air mulai keluar dari sudut matanya. Ia menangis.

"No! Enggak Lili maafkan aku." Lucien kembali dibuat panik dengan tangisan Liliana yang tidak berhenti meskipun tidak bersuara.

Nyatanya pria itu tidak bisa melihat perempuan menangis dihadapannya—atau melihat Liliana menangis. Hatinya terasa dihantam pukulan sangat keras saat menyaksikan satu persatu bulir air mengalir begitu saja, perasaannya begitu sesak—meskipun ia sadar bahwa tidak seharusnya merasakan hal itu.

Tangannya terangkat meraih kedua pipi Liliana, mengusap air mata menggunakan ibunya dengan lembut, "Don't cry okey?"

Liliana mengangguk pelan, ia berucap lirih, "Ayah tidak pernah membentak, Lili."

"Aku minta maaf, aku tidak akan membentak kamu, okey," kata Lucien dengan lembut.

"Promise?" tanya Liliana sembari menunjukkan jati kelingkingnya, binar matanya terlihat jelas.

Tanpa ragu Lucien tersenyum, ia menautkan jari kelingkingnya dengan milik Liliana, "Promise."

Liliana tersenyum, ia memutar tubuhnya, membiarkan punggung yang belum tertutup itu dipandang oleh mata Lucien. Meskipun terpaksa pria itu tetap menarik resletingnya hingga menutupi sebagian punggung gadis itu, menyisakan punggung atas yang polosan.

Tubuh dengan pinggang yang lebih kecil dari bahu serta pinggulnya sejenak menarik pikiran Lucien, ia sampai tidak berkedip untuk menatapnya. Matanya menunduk, melihat kedua tangannya, membayangkan bagaimana jika tangan miliknya berputar dipinggang itu.

"Stop it, Lucien!" ucap Lucien monolog.

"Lux, dedek mau minum susu," ucap gadis itu masih dengan suara bayi, perangsang itu masih belum sepenuhnya hilang.

Dedek? Lucien seketika merona saat gadis itu memanggil dirinya dengan sebutan seperti itu. Namun, jiwa pertahanan Lucien masih begitu tebal. Cukup menangkis godaan godaan Liliana.

Namun kesadarannya kembali saat gadis itu memegang segelas susu milik Lucien, ia ingin meminumnya. Dengan secepat kilat, ia menarik gelas tersebut dari tangan Liliana, "Eh! Enggak!"

Satu gelas sudah membuat gadis itu kehilangan jati dirinya, lalu bagaimana jika Lucien membiarkan dua gelas diteguk habis olehnya, kemungkinan pasti gadis itu akan bertingkah lebih brutal kepadanya. Lucien tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

"Lux! Aku mau!" serunya.

Lucien menaikkan gelas itu setinggi mungkin, ia berencana membuangnya melalui balkon, sehingga melangkah mundur sembari mengamati gadis itu.

"Enggak!"

"Haus aku," rengeknya yang sedikit pun tidak dipedulikan oleh Lucien, pria itu bergerak cepat ke belakang.

Liliana sejenak terdiam, matanya terus menatap kearah gelas susu tersebut. Hingga ia tampak berancang-ancang, untuk melompat berusaha meraih gelas itu. Tapi naasnya yang terjadi ia jatuh diatas tubuh Lucien.

Satu kecupan mendarat tepat diatas bibir Lucien.

Keduanya saling bertatapan dengan jarak yang terkikis habis, terlihat perbandingan tatapan begitu jelas. Liliana dengan tatapan gairahnya yang tak terbendung, sedangkan Lucien dengan tatapan kagetnya.

"Mwahh mwahh, Lux bibirnya cantik." Gadis itu tersenyum senang saat memuji Lucien, ia bahkan mengulang kecupan beberapa kali dibibir Lucien.

Dan sedikit gigitan dibibir pria itu, "Akh!" pekik Lucien.

Lucien mendorong tubuh Liliana dari atas tubuhnya, lidahnya mulai terasa getir, rasa logam yang mulai menusuk. Bibirnya mengeluarkan bercak merah, darah.

Ia bangun, mengusap kasar bibirnya yang masih terasa perih itu. Dengan lembut tapi terkesan memaksa, ia menarik tubuh Liliana, menjatuhkan diatas ranjangnya. Meraih selimut untuk dibalutkan diseluruh tubuh Liliana, kecuali bagian kepala. Tidak lupa untuk menalinya dengan kuat agar gadis itu berhenti bergerak.

Lucien membanting tubuhnya diatas sofa, rasa kantuk mulai menyerang tubuhnya, ia perlahan menutup mata.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!