Mengisahkan Keyla Ayunda seorang janda yang baru saja kehilangan saja kehilangan suaminya namun harus menghadapi kenyataan bahwa sang adik ipar rupanya menyimpan perasaan padanya. Drama pun terjadi dengan penuh air mata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keadilan Pun Ditegakan
Keyla Ayunda mendapati Rezi di apartemen pria itu. Ia tidak menunggu, tidak mengetuk. Ia menerobos masuk, flash drive berisi rekaman mengerikan itu tergenggam erat di tangannya yang dingin.
Rezi sedang berkemas untuk kembali ke kantor, tetapi ia segera menyadari kepanikan di mata Keyla.
“Apa yang terjadi, Keyla?” tanya Rezi, suaranya cemas.
“Jangan berpura-pura!” Keyla melemparkan flash drive itu ke sofa. “Aku tahu semuanya! Aku tahu kau tidak membunuh Ardito, tapi aku tahu siapa yang melakukannya! Nazlian Inci! Wanita gila itu!”
Keyla kini mendekat, matanya dipenuhi air mata dan kengerian. “Dia menginginkan Ardito! Dia yang menyabotase mobilnya! Dia yang memeras teknisi itu dan menggunakan rekeningmu sebagai alibi!”
Rezi mendengarkan, wajahnya berubah pucat. Ia melihat amarah Keyla yang murni, bercampur rasa ngeri. Ia telah menduga Nazlian berada di balik e-mail fitnah, tetapi ia tidak menyangka akan ada mengirimkan bukti kejahatan wanita gila tersebut.
Rezi menghela napas panjang, duduk di sofa. “Aku sudah menduga hal itu, Keyla. Setelah kau menuduhku, aku langsung mencari konfirmasi dari tim investigasiku. Mereka baru saja mengirimkan laporan balasan. Semua data itu benar.”
Rezi mengangguk berat. “Aku sudah mengkonfirmasi transfer dana itu memang digunakan Nazlian sebagai umpan. Dia mengatur semuanya. Dia adalah dalang di balik kecelakaan Ardito. Dia ingin membersihkan Ardito, menjebakku, dan membuatmu berada di bawah kendalinya. Dia tidak hanya menghancurkan bisnis, dia adalah seorang pembunuh yang didorong oleh hasrat dan obsesi.”
Keyla jatuh ke lantai, memeluk lututnya, bahunya bergetar karena tangisan yang tertahan. “Ya Tuhan, Ardito… Ardito dibunuh? Karena wanita itu menginginkannya?”
Rezi berlutut di hadapannya, mencoba menyentuh Keyla, tetapi Keyla menepisnya.
“Semua ini gila, Rezi! Dunia ini gila! Kau mencintai aku, Nazlian mencintai Ardito, dan semua orang menggunakan kita sebagai pion dalam permainan kotor!” teriak Keyla. “Kenapa kau tidak memberitahuku tentang upgrade rem itu? Kenapa kau harus berbohong?”
“Ardito memintanya, Keyla! Dia tahu kau tidak akan setuju jika dia ikut balapan off-road yang ekstrem. Dia memintaku untuk merahasiakannya demi kebahagiaanmu. Aku hanya mencoba melindungi rahasia kecilnya!” Rezi memohon. “Aku tidak tahu itu akan menjadi alat untuk pembunuhan!”
Melihat kejujuran dan rasa sakit Rezi, Keyla mulai percaya. Rezi tidak bersalah atas kematian Ardito, tetapi ia bersalah karena menutupi kebenaran. Keyla berdiri, menatap dingin pada Rezi.
“Kita harus membawa ini ke polisi, Rezi. Kita harus memenjarakan Nazlian Inci,” kata Keyla, suaranya kini kembali tajam, menggantikan tangisannya dengan tekad. “Aku tidak peduli tentang Zehra atau bisnis, aku hanya ingin keadilan untuk Ardito.”
“Aku akan urus, Keyla. Aku akan gunakan semua sumber dayaku. Kita akan hancurkan Nazlian di pengadilan,” janji Rezi, berdiri, siap untuk kembali berperang.
****
Sementara Keyla dan Rezi bersiap untuk melawan kejahatan global, Zehra Magnolia kembali menghadapi kegilaan di tingkat lokal.
Di kantor polisi Bandung, Zehra datang bersama pengacaranya untuk menyerahkan semua bukti yang ia miliki tentang Bu Runi Rosilawati, termasuk rekaman CCTV dan catatan telepon yang mengikatnya pada preman pembakar.
Namun, Bu Runi sudah lebih dulu membuat kekacauan. Ia menolak hadir, tetapi pengacaranya mengeluarkan pernyataan yang memekakkan telinga.
“Klien kami, Bu Runi Rosilawati, adalah seorang guru pensiunan yang terhormat. Tuduhan pembakaran ini adalah upaya kotor dari Zehra Magnolia yang tidak waras!” seru pengacara Bu Runi di hadapan wartawan.
Pengacara Bu Runi menuduh balik Zehra, dengan mengatakan: “Zehra Magnolia adalah wanita yang diceraikan suaminya, yang mengalami trauma berat akibat perceraian suaminya. Dia berhalusinasi. Dia melihat musuh di mana-mana. Dia melihat saingan bisnis sebagai dalang pembakaran! Bukti yang dia kumpulkan adalah rekayasa untuk menutupi kegagalannya sendiri dan kondisi mentalnya yang tidak stabil!”
Fitnah itu berhasil membuat polisi ragu. Meskipun bukti Zehra kuat, keributan publik yang diciptakan Bu Runi membuat kasus itu menjadi rumit. Media lokal mulai mengutip pernyataan bahwa Zehra mungkin memang tidak stabil secara emosional, mengingat sejarah perceraian dengan suaminya.
Zehra, yang melihat laporan berita itu di ponselnya, merasakan amarahnya mencapai titik didih.
“Aku tidak gila!” teriak Zehra, memukul meja di kantor pengacaranya. “Aku melihat preman itu! Aku melihat kebencian Bu Runi! Dia mencoba menghancurkanku! Dan kini dia mencoba menghancurkan kewarasanku!”
Zehra menyadari, perjuangannya lebih berat dari yang ia kira. Ia tidak hanya melawan kejahatan, ia melawan persepsi publik dan kekuatan uang yang bisa membeli kebohongan. Zehra telah memutus ikatan dengan Rezi, tetapi ia harus berjuang sendirian melawan kejahatan yang kini mengancam untuk merenggut segalanya darinya.
****
Di Jakarta, Keyla Ayunda dan Rezi Deja kini memiliki tujuan yang sama: keadilan untuk Ardito. Kebenaran yang brutal ini telah menyatukan mereka dalam misi balas dendam yang dingin.
Mereka tidak menyadari, di Bandung, Zehra sedang berjuang menghadapi kejahatan yang tidak kalah brutal, sambil menghadapi fitnah yang secara tidak sengaja diperkuat oleh sejarah trauma yang ia alami bersama Rezi dan Keyla. Dua wanita, dua pertempuran.
****
Bandung. Zehra Magnolia, yang dituduh tidak waras dan berhalusinasi oleh Bu Runi, tidak membuang waktu untuk berdebat di media. Ia tahu, tindakan yang jelas lebih kuat daripada kata-kata.
Dengan tekad yang membara, Zehra mengerahkan semua koneksi medianya dan tim investigasi sederhananya. Ia tidak hanya mencari preman, tetapi mencari bukti video dan pengakuan yang tidak terbantahkan.
Dalam waktu dua hari yang intens, Zehra dan timnya berhasil menemukan dan mencegat salah satu preman bayaran Bu Runi di pinggiran kota. Preman itu, setelah dihadapkan pada bukti CCTV dan janji imbalan ringan dari Zehra, akhirnya menyerah.
“Saya yang membakar warung itu, Bu. Saya disuruh Bu Runi. Dia kasih saya uang tunai. Saya disuruh menghancurkan semuanya,” aku preman itu dalam rekaman video yang dibuat Zehra. Wajahnya terlihat jelas, pengakuannya gamblang.
Zehra segera membawa preman itu—yang kini menjadi saksi kunci—bersama semua bukti transfer bank dari Bu Runi, ke kantor polisi. Polisi tidak punya pilihan selain menahan Bu Runi Rosilawati atas tuduhan pembakaran yang disengaja dan menyewa jasa preman.
Saat berita penangkapan Bu Runi Rosilawati tersiar, media lokal dan nasional langsung heboh. Zehra Magnolia, yang tadinya dituduh gila, kini membuktikan bahwa ia adalah korban kejahatan yang kejam.
****
Wawancara dengan Zehra membanjiri layar kaca. Ia tidak menggunakan momen ini untuk balas dendam, melainkan untuk menegaskan integritasnya.
“Saya harap, ini menjadi pelajaran bagi kita semua,” kata Zehra, dengan tatapan lurus dan penuh martabat. “Kesuksesan yang diraih dengan kerja keras tidak perlu difitnah. Saya bersyukur kebenaran terungkap. Saya terbukti waras, dan saya akan terus berjuang untuk membuktikan bahwa kejujuran adalah bumbu terbaik dalam hidup.”
Opini publik berbalik total. Masyarakat meminta maaf atas keraguan mereka dan memuji keberanian Zehra. Fitnah ‘gila’ yang dilancarkan Bu Runi justru membuat Zehra menjadi lebih kuat, menjadi simbol perlawanan terhadap kecemburuan yang merusak. Zehra kini bukan hanya Chef Selebriti, ia adalah pahlawan yang menemukan keadilan sendiri.
