NovelToon NovelToon
Cinta Datang Dari Kakak Mantan

Cinta Datang Dari Kakak Mantan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Pengantin Pengganti / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:7.7k
Nilai: 5
Nama Author: Ira Adinata

Perselingkuhan antara Kaivan dan Diana saat tiga hari menjelang pernikahan, membuat hati Alisa remuk redam. Keluarga Kaivan yang kepalang malu, akhirnya mendatangi keluarga Alisa lebih awal untuk meminta maaf.

Pada pertemuan itu, keluarga Alisa mengaku bahwa mereka tak sanggup menerima tekanan dari masyarakat luar jika sampai pernikahan Alisa batal. Di sisi lain, Rendra selaku kakak Kaivan yang ikut serta dalam diskusi penting itu, tidak ingin reputasi keluarganya dan Alisa hancur. Dengan kesadaran penuh, ia bersedia menawarkan diri sebagai pengganti Kaivan di depan dua keluarga. Alisa pun setuju untuk melanjutkan pernikahan demi membalas rasa sakit yang diberikan oleh mantannya.

Bagaimana kelanjutan pernikahan Alisa dan Rendra? Akankah Alisa mampu mencintai Rendra sebagai suaminya dan berhasil membalas kekecewaannya terhadap Kaivan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ira Adinata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Konsekuensi

"Kaivan! Keluar kamu! Hadapi kakakmu ini sekarang juga!" teriak Rendra dari ruang tamu rumah Bu Ani. Kesabarannya sudah habis. Kemarahan telah melalap kebijaksanaan dalam dirinya.

Bu Ani yang baru saja selesai salat magrib, segera menghampiri si sulung. Wajah kesal Rendra dengan alis saling bertaut dan bibir melengkung ke bawah, membuat Bu Ani cemas.

"Ada apa kamu datang-datang malah marah begini?" tanya Bu Ani dengan meninggikan suaranya.

"Mana Kaivan, Bu? Aku harus bikin perhitungan sama dia!" geram Rendra sembari menengok ke kamar adiknya.

"Kaivan ... dia ...." Bu Ani sesekali memandang ke arah dapur.

"Jangan bilang kalau dia nggak ada di rumah," kata Rendra dengan terengah-engah.

"K-Kaivan ... a-ada di belakang," ucap Bu Ani dengan suara gemetar dan terbata-bata.

Maka bergegaslah Rendra dengan cepat berjalan menemui adiknya. Ia tak berhenti berteriak memanggil adiknya sampai matanya menangkap sosok Kaivan sedang menyeduh kopi di dapur.

Tak ambil tempo, pria itu melangkah cepat dan melayangkan pukulan tepat mengenai wajah sang adik tatkala menoleh. Sontak, Kaivan pun terhuyung, tangannya menumpu ke dekat wastafel. Bu Ani yang terperangah melihat si sulung murka, segera menghampiri Kaivan dan melindungi putra bungsunya.

"Rendra, apa-apaan kamu ini? Kaivan ini adikmu!" sungut Bu Ani mendekap Kaivan.

"Jangan halangi aku, Ibu! Dia ... Si bajingan ini harus diberi pelajaran!" tukas Rendra menunjuk-nunjuk Kaivan yang sedang meringis memegangi rahangnya.

"Tapi, kenapa? Memangnya apa yang sudah diperbuat oleh Kaivan sampai kamu semarah ini?" Bu Ani mengerutkan dahi.

"Apa Ibu nggak tau? Tadi dia memukuli Diana, Bu! Apa pantas dia menganiaya perempuan yang sedang mengandung?" jelas Rendra dengan nada tinggi.

Tercengang Bu Ani dan melepaskan dekapan dari tubuh Kaivan. Ia menatap putra bungsunya dengan mata membulat, seraya bertanya, "Apa benar itu, Kaivan?"

"Enggak, Bu. A-Aku nggak mungkin melakukan hal seburuk itu," kelit Kaivan membela diri.

Rendra mendengus sebal, kemudian menghampiri Kaivan dan menarik kerah baju adiknya. "Nggak usah mengelak, Kaivan! Aku tahu betul bagaimana kamu memperlakukan Diana. Kamu nggak mau, kan, bertanggung jawab atas kehamilan dia. Atau jangan-jangan ... kamu ingin Diana sampai keguguran. Katakan!" tuntutnya.

Dengan kasar, Kaivan berusaha melepaskan cengkeraman sang kakak dari kerah bajunya, lalu berkata, "Memangnya kenapa kalau Diana sampai keguguran? Setidaknya aku tidak perlu bertanggung jawab atas kehamilan dia, kan? Aku belum siap menjadi orang tua!"

"Bajingan!" bentak Rendra, kemudian menghajar lagi wajah adiknya sampai meninggalkan luka lebam.

"Cukup, Rendra!" tegur Bu Ani menarik mundur putra sulungnya yang masih terengah-engah setelah menghajar Kaivan. "Apa tidak bisa, kita bicara dengan baik-baik?"

"Percuma bicara baik-baik dengan lelaki keparat macam Kaivan. Dia saja berani menganiaya perempuan sampai babak belur," sanggah Rendra, sembari menunjuk adiknya.

"Sudah, cukup! Sekarang kita ke depan. Ibu mau bicara serius sama kalian berdua," perintah Bu Ani menatap Rendra dan Kaivan secara bergantian. "Rendra, tenangkan diri mu dulu!"

Rendra mendelik tajam pada Kaivan. Keduanya saling beradu pandang untuk sesaat, lalu mengikuti ibunya ke ruang depan.

Ketika berada di ruang tamu, Rendra duduk berjauhan dengan Kaivan. Matanya masih menatap tajam sang adik, yang rupanya masih berusaha mengalihkan pandangan ke arah lain. Adapun Bu Ani, memperhatikan kedua putranya dengan saksama, sebelum akhirnya membuka pembicaraan.

"Jadi, sekarang apa maumu, Kaivan? Lari dari tanggung jawab?" Bu Ani menatap lurus pada putra bungsunya. Nada bicaranya yang tegas, menunjukkan keseriusannya dalam membahas hal penting ini.

"Tidak, Bu. Aku cuma butuh waktu," jawab Kaivan dengan lesu.

"Butuh waktu berapa lama lagi, Kaivan? Kamu mau menunggu Diana sampai melahirkan? Atau membiarkan kekasihmu itu menderita sendirian?" cecar Rendra memelototi Kaivan.

"Rendra, tenanglah dulu," tegur Bu Ani, menatap Rendra.

Rendra mendesah kasar, kemudian membuang muka. "Aku butuh kejelasannya sekarang juga," katanya.

"Oke, oke. Sekarang mau kalian apa? Ingin aku menikah dengan Diana secepatnya? Baiklah! Akan aku lakukan. Tapi, jangan harap aku bisa bertanggung jawab penuh atas kehidupan perempuan itu," gerutu Kaivan bersungut-sungut.

"Apa?!" Rendra mengalihkan pandangan pada Kaivan sembari mengernyitkan kening. "Apa maksudnya kamu nggak bisa bertanggung jawab penuh atas kehidupan Diana? Kamu nggak mau menafkahi dia, begitu?"

"Kalau masalah uang, aku tidak keberatan. Tapi kalau harus mengurus wanita melahirkan dan seorang bayi, aku belum siap! Aku belum siap mendengar suara tangisan bayi apalagi sampai harus begadang dan ikut membuat susu malam-malam," keluh Kaivan, lalu menyibak rambutnya.

Rendra mendengus sebal dan mendelik pada Kaivan. "Saat bersenang-senang dengan perempuan, kamu bersemangat. Giliran harus bertanggung jawab malah nggak mau. Sudah tau konsekuensi berhubungan intim itu kehamilan, malah berani melakukannya di luar nikah. Brengsek!" cerocosnya dengan ketus.

"Rendra, sudah cukup!" tegur Bu Ani menoleh pada Rendra, kemudian beralih pada Kaivan. "Jadi, kamu siap jika dinikahkan dalam waktu dekat?"

"Terserah kalian saja lah. Sejujurnya aku sudah muak ditekan terus menerus." Kaivan melirik pada Bu Ani dan Rendra sebentar, lalu memalingkan muka.

"Baiklah ... kalau begitu, esok atau lusa kita undang penghulu ke rumah. Untuk sementara, Kaivan dan Diana menikah siri saja dulu. Setidaknya dengan begitu, kita sudah bertanggung jawab atas kehamilan Diana," saran Bu Ani.

Rendra berdecak dan tersenyum sinis. "Lagi-lagi aku dan Ibu yang harus bertanggung jawab. Tapi nggak apa-apa, setidaknya jika Diana tinggal di sini, Kaivan tidak bisa berbuat seenaknya lagi pada perempuan itu."

"Ya. Ibu juga akan berusaha melindungi Diana kalau sewaktu-waktu Kaivan berbuat kasar lagi pada dia," timpal Bu Ani.

Setelah Kaivan menyepakati pendapat Bu Ani, Rendra bergegas pulang. Terlalu muak ia jika harus berlama-lama melihat wajah sang adik yang sangat menyebalkan. Namun, di sisi lain, ia bersyukur kedatangannya ke rumah sang Ibu bisa memberi solusi untuk masalah yang cukup pelik ini.

Setibanya di rumah, Rendra memarkir motornya di samping mobil. Sejenak, pria itu mendesah lemah, mengetahui sang istri telah pulang.

Saat hendak memasuki kediamannya, ia terkejut mendapati Diana membukakan pintu. Wajahnya yang penuh luka lebam, meyakinkan Rendra bahwa Kaivan memang telah melakukan kekerasan pada perempuan itu.

"Loh? Diana? Kamu ada di sini? Bagaimana dengan keadaanmu? Kandunganmu baik-baik saja, kan?" tanya Rendra sambil sesekali menatap perut Diana.

"Aku baik-baik saja, Kak. Alisa sengaja mengajakku menginap di sini karena khawatir Kaivan akan datang ke kosan dan memukuliku lagi," jelas Diana.

Rendra memandang miris wajah dan tangan Diana yang terdapat bekas luka pukul. "Ya sudah, kalau begitu kita masuk."

Diana mengangguk.

"Oh, ya, mana Alisa?" tanya Rendra sambil menengok ke ruang tengah.

Tak lama kemudian, Alisa yang sudah memakai baju lengkap, keluar dari kamarnya.

"Eh, Kak Rendra sudah pulang. Bagaimana dengan Kaivan? Apa dia sudah menyesali perbuatannya?" tanya Alisa, tampak tidak sabar mendengar kabar terbaru dari Rendra.

1
irma hidayat
bahagia banget akhirnya istri Rendra udah luluh buka hati ikhlas terima takdir, lanjut up nya thor semangat
irma hidayat
lanjut up nya thor
irma hidayat
bagus ceritanya thor meskil ilfil pada karakter kaivan masa perempuan hamil sama dia tega ditendang, tak layak dapat maaf
Reni Anjarwani
lanjut thor
irma hidayat
laki2 psiko kayanya kaivan, bahaya harus dibawa ke rmhskt jiwa
irma hidayat
mimpi tinggi Chika sampai ingin dapat ceo dari keperawananmu jadi ilfil
Reni Anjarwani
lanjut
Reni Anjarwani
lanjut thor
irma hidayat
katanya perempuan cerdas Alisa bukti vidio/potonya perlihatkan
Reni Anjarwani
doubel up thor
Ah Serin
alisa bodoh jangan jadi bayangan kaivan. lupa masalalu dan bina hidup baru dengan rendra
lanjut thorrrr.
Nur Adam
lnjut
Mundri Astuti
cihhhh Diana pake ngomong cinta, mana ada cinta yg diawali perselingkuhan, kamu tu cuma dianggap selingan, bersyukurlah Alisa ngga jadi sama kaivan
Myra Myra
tunjukkan bukti PD semua org sekali...pdn muka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!