NovelToon NovelToon
Benih Pahit Berbuah Manis

Benih Pahit Berbuah Manis

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta setelah menikah / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Cinta Seiring Waktu / Menikah Karena Anak
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Volis

Shanaira Monard tumbuh dalam keluarga kaya raya, namun cintanya tak pernah benar-benar tumbuh di sana. Dicintai oleh neneknya, tapi dibenci oleh ayah kandungnya, ia menjalani hidup dalam sepi dan tekanan. Ditengah itu ada Ethan, kekasih masa kecil yang menjadi penyemangatnya yang membuatnya tetap tersenyum. Saat calon suaminya, Ethan Renault malah menikahi adik tirinya di hari pernikahan mereka, dunia Shanaira runtuh. Lebih menyakitkan lagi, ia harus menghadapi kenyataan bahwa dirinya tengah mengandung anak dari malam satu-satunya yang tidak pernah ia rencanakan, bersama pria asing yang bahkan ia tak tahu siapa.

Pernikahannya dengan Ethan batal. Namanya tercoreng. Keluarganya murka. Tapi ketika Karenin, pria malam itu muncul dan menunjukkan tanggung jawab, Shanaira diberi pilihan untuk memulai kembali hidupnya. Bukan sebagai gadis yang dikasihani, tapi sebagai istri dari pria asing yang justru memberinya rasa aman.

Yuk ikuti kisah Shanaira memulai hidup baru ditengah luka lama!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Volis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24. Ke Supermarket Bersama

Pagi itu, cahaya matahari mengintip malu-malu dari balik tirai kamar, menari di wajah Shanaira yang masih terlelap. Perlahan ia membuka mata, membiarkan cahaya hangat itu menyapa kulitnya. Masih ada sisa kelelahan, tapi juga kehangatan dari malam sebelumnya—makan malam yang romantis bersama Karenin di Aurore Resto.

Setelah mandi dan mengenakan pakaian santainya, Shanaira berjalan ke meja rias. Pandangannya langsung tertuju pada sebuah kotak kecil berwarna hitam yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Di atasnya, terdapat pita perak dan secarik kartu mungil bertuliskan namanya.

Perlahan, ia meraih kartu itu dan membacanya.

"Untukmu. Maaf karena baru bisa kuberikan hari ini. Aku harap kamu menyukainya."

—K

Shanaira mengerutkan kening kecil, lalu membuka kotaknya. Di dalamnya, terbaring sepasang anting berlian mungil dengan desain elegan dan berkilau halus, dia tidak tahu itu dari merek mana, kelihatannya sangat mahal.

Ah, bagaimana mungkin Karenin punya uang sebanyak itu untuk membeli perhiasan mahal? Mungkin imitasi kualitas tinggi. Pikir Shanaira.

Shanaira tersenyum kecil membelai sepasang anting itu.

Bukan karena nilai dari perhiasaan itu, tapi karena perhatiannya. Karena Karenin tidak memberikannya dengan cara yang mencolok, tidak menuntut reaksi apa pun. Hanya diam-diam, lembut, dan tepat waktu.

Tangannya menyentuh permukaan beludru tempat anting itu terletak, lalu dengan hati-hati ia mengangkatnya, mencobanya di telinga, menatap pantulan dirinya di cermin. Untuk sesaat, Shanaira merasa... hangat. Dicintai tanpa tekanan. Dipahami tanpa banyak kata.

Mungkin... untuk pertama kalinya, ia mulai melihat Karenin bukan hanya sebagai suami karena pernikahan dan ayah bayi dalam kandungannya, tapi juga seseorang yang tulus menemaninya, bahkan di tengah bayangan luka.

Shanaira memandangi dirinya sejenak di cermin, memperhatikan anting berlian yang kini menghiasi telinganya. Ia tersenyum kecil, merasakan sentuhan keindahan yang halus. Setelah itu, dengan langkah ringan, ia keluar dari kamar dan menuju ruang makan.

Karenin yang tengah menata piring terakhir di meja makan, berbalik begitu mendengar langkah kaki Shanaira. Matanya langsung tertuju pada anting yang terpasang di telinga Shanaira, kilau berlian yang sempurna semakin menambah kecantikannya. Karenin terdiam sejenak, terpesona oleh penampilan Shanaira yang semakin memukau.

Shanaira, yang merasakan tatapan terkejut itu, tersenyum lugu. "Bagaimana? Apakah aku terlihat cantik dengan anting ini?" tanyanya, suaranya terdengar ringan, tapi ada sedikit keinginan untuk mendengar pujian.

Karenin, setelah beberapa detik terperangah, akhirnya tersenyum. "Kamu selalu cantik, Shanaira," jawabnya dengan nada lembut, matanya tetap terfokus pada anting yang ia berikan. "Anting itu sangat cocok denganmu."

Karenin sangat senang Shanaira menyukai anting pemberiannya bahkan memakainya. Bisakah dia berpikir Shanaira mulai menerimanya?

Shanaira tertawa kecil, sedikit malu mendengar pujian itu, meski hatinya terasa hangat. "Terima kasih, Karenin. Aku suka sekali anting ini."

Karenin mendekat, mengulurkan tangan untuk mempersilakan Shanaira duduk di meja makan. "Aku senang kamu suka," ujarnya. "Mari makan dulu. Aku sudah menyiapkan sarapan spesial untukmu."

Shanaira duduk dengan senyum lebar, menikmati kehangatan pagi itu, merasa dihargai dan diperhatikan.

Aroma roti panggang dan teh herbal memenuhi udara di apartemen kecil mereka. Shanaira mengaduk teh dalam cangkirnya dengan gerakan lambat, menikmati ketenangan setelah beberapa hari yang melelahkan. Karenin duduk di seberangnya, melahap telur dadar yang masih hangat.

"Aku mau ke supermarket setelah ini," ujar Karenin sambil menyisip kopi. "Beberapa barang sudah habis—susu, sayur, dan beberapa bumbu dapur."

Shanaira mengangguk, lalu meletakkan cangkirnya. "Aku ikut. Aku butuh beberapa barang pribadi juga."

Karenin melirik sekilas, sedikit terkejut tapi tidak menolak. "Oke. Kita berangkat sebentar lagi."

Tak lama setelah sarapan selesai dan Karenin membereskan meja, Karenin meraih kunci mobil dan mereka berangkat menuju supermarket terdekat. Jalanan pagi masih cukup lengang, dan sesekali sinar matahari yang hangat masuk melalui jendela mobil. Shanaira menatap ke luar, menikmati perjalanan yang terasa ringan setelah segala kesibukan yang terjadi selama beberapa hari terakhir.

Sesampainya di supermarket, Karenin mengambil troli dan langsung menuju bagian bahan makanan. "Aku mulai dari sayuran dulu," katanya sambil melirik daftar belanjaannya.

"Kalau kamu butuh sesuatu, ambil saja."

Shanaira mengangguk, "Aku akan ke sana. Kita ketemu di kasir nanti," ujar Shanaira lalu berjalan sendiri menuju bagian perawatan tubuh. Saat melihat rak penuh dengan berbagai produk perawatan wajah dan tubuh, ia tiba-tiba merasa bingung. Ia belum pernah mengalami kehamilan sebelumnya, dan sekarang, ia mulai khawatir—apa produk yang selama ini ia gunakan masih aman?

Ia mengambil satu botol pelembab yang biasa ia gunakan, membaca bagian belakangnya dengan seksama. "Ada bahan kimia ini... apakah aman untuk ibu hamil?" gumamnya pelan. Ia mengambil produk lain, membaca ulang, tetapi semakin ia mencari, semakin ia merasa bimbang.

Tanpa Shanaira sadari dia mulai menaruh hatinya pada bayi yang tidak pernah dia harapkan.

Di sisi lain supermarket, Karenin telah menyelesaikan belanjanya dan sedang menunggu di kasir. Ia melihat ke sekeliling, tetapi Shanaira belum datang. Ia melirik jam tangannya, lalu mulai merasa khawatir.

"Dia ke bagian mana tadi?" gumamnya, lalu meninggalkan troli di antrean dan berjalan mencari.

Saat melewati lorong-lorong penuh produk rumah tangga dan makanan ringan, ia akhirnya menemukannya—Shanaira berdiri diam di depan rak perawatan wajah, memegang dua botol pelembab dengan ekspresi ragu.

Karenin mendekat dengan alis sedikit berkerut. "Shanaira, kamu baik-baik saja?" tanyanya, nadanya lembut namun penuh perhatian.

Shanaira menoleh, terlihat sedikit terkejut melihat Karenin sudah ada di sana. "Aku... aku bingung," katanya pelan sambil menunjukkan dua produk yang ia pegang. "Aku tidak tahu mana yang aman untuk ibu hamil. Takutnya ada bahan yang bisa membahayakan bayi."

Karenin menghela napas pendek, lalu mengulurkan tangan mengambil salah satu botol itu. Ia membaca bagian belakangnya dengan teliti. "Aku pernah baca soal ini," ujarnya, matanya masih fokus pada tulisan kecil di kemasan. "Beberapa bahan yang harus dihindari selama kehamilan itu retinol, paraben, dan hidrokuinon..."

Shanaira menatap Karenin dengan heran. "Kamu tahu tentang itu?"

Karenin menoleh dan tersenyum kecil. "Tentu saja. Aku banyak baca soal kehamilan dan bayi. Aku nggak mau kamu pakai sesuatu yang bisa berisiko."

Shanaira merasakan sesuatu menghangat di dalam dirinya. Tanpa ia sadari, perhatian kecil ini membuatnya nyaman. "Jadi... produk ini aman?" katanya, menunjuk salah satu pilihan yang masih ia pegang.

Karenin mengangguk, lalu mengambil produk lain dari rak. "Tapi kalau kamu masih ragu, yang ini lebih direkomendasikan buat ibu hamil. Bahannya alami, tanpa zat yang bisa berbahaya."

Shanaira menatapnya beberapa detik sebelum akhirnya tersenyum tipis. "Karenin, serius... aku nggak nyangka kamu bisa tahu sebanyak ini."

Karenin mengangkat bahu santai. "Aku mau pastikan kamu dan bayi baik-baik saja, Nai. Jadi ya, aku belajar."

Tanpa berkata lebih jauh, Shanaira mengambil produk yang Karenin rekomendasikan dan memasukkannya ke dalam keranjang belanjaan. Saat mereka berjalan kembali menuju kasir, perasaan dalam dirinya terasa sedikit berubah.

Di antara keraguan dan ketakutan yang masih sering datang, satu hal mulai terasa lebih jelas—ia tidak menjalani ini sendirian. Ada seseorang di sampingnya, seseorang yang peduli bahkan pada hal-hal kecil yang mungkin tidak pernah terpikirkan sebelumnya.

1
Marifatul Marifatul
ko dikt
Marifatul Marifatul
lanjut lagi dooong
Miu Nih.
kayaknya Karenin baik nih. aku suka cowok grenflag... jgn patahkan ekspektasiku ya tor /Determined//Determined/
Miu Nih.
Hehe, bikin ethan mabuk aja kalo gituuu 😘😘
Miu Nih.
semoga Karenin baik 😌
Miu Nih.
wah, orang yang berpengaruh ini pastiny 🤩🤩
Miu Nih.
aaahh... kasihan banget shanaria... ethan juga kasihan 😭😭
Miu Nih.
iklin liwittt~ trabas aja, aku lanjut author 🤗🤗
Miu Nih.
ya wis lah, Claira sama ethan wae...
shanaria biar ketemu bapak dari adek bayi yang ada diperutnya 😌
Miu Nih.
Ha? ya ampun thor,, kisah kamu plot twist banget... cukaaa 🥶🥶
Miu Nih.
aaahh 😫😫 penyesalanku berakhir dengan penyesalan... kasihan shanaria ku, huhu...
Miu Nih.
aduh, bahaya nih
Miu Nih.
sip ini, semoga jadi cinta sejati /Determined//Determined/
Miu Nih.
Kamu pantas bahagia Shanaria,, nama kamu cantik banget 🥰🥰
Miu Nih.
Holla kak, aku mampir...

baca pelan2 ya sambil rebahan 🤭
salam kenal dari 'aku akan mencintaimu suamiku,' jangan lupa mampir 🤗
范妮
ak mampir kak..
jangan lupa mampir jg di Menaklukan hati mertua mksh
Marchel
kasian shan. semoga shan mendapatkan kebahagiaan yang sempurna
Marchel
Anak siapa itu shan?
Marchel
Kasian shan, di awal cerita harus menanggung bawang.. semoga shan bahagia ya dan yang jadi lakinya tetap setia
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!