Ratu Primora Anastasia, harus menghadapi kenyataan, bahwa suaminya membawa selir dari perjalanan perangnya.
Seolah kurang untuk menyakitinya, selirnya juga sedang hamil.
Usia pernikahannya yang memasuki 5 tahun saja tidak membuahkan seorang pewaris.
Kejadian demi kejadian akhirnya membuatnya harus diturunkan tahtanya.
Primora yang memiliki harga diri yang tinggi, tidak akan menerima semua ini dengan sia sia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Peri Bumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Memang orang yang lemah itu bisanya hanya mengadu domba. Tukang lapor dan peling merasa tersakiti. Robert datang ketika Esme sudah sendiri. Dia menangis karena kesal dan marah, tapi Robert menilai lain, dia pasti menangis karena disakiti oleh Primora. Lelaki kalau sudah buta, pasti gampang berasumsi dan menilai sendiri.
"Jangan menangis ya..." Dia memeluk wanitanya yang terlihat rapuh itu.
Robert semakin geram dengan Primora. Lama-lama dia keterlaluan. Mentang-mentang dia duduk di kursi Ratu, dia bisa bertindak seenaknya sendiri!
"Hiks... Hiks...Yang Mulia..." Tentu saja, yang bisa Esme lakukan hanya menangis dan mengadu. Memangnya dia bisa apalagi. Tapi bahkan dengan jurus menangis nya ini pun, dia membalikkan keadaan . Di mata Esme, Ratu adalah wanita yang tidak bisa membantah kata-kata Raja, jadi selama dia bisa memegang Raja dengan baik, dia bisa membuat dunia wanita itu sengsara.
Memang benar, bahwa dekapan bahu lebar itu selalu menenangkan. Esme akan mengakui itu. Robert yang rajin berperang memiliki otot tubuh yang bagus. Dia bugar dan beringas di ranjang. Setidaknya, itulah yang dia rasakan.
***
Primora tengah bersiap. Desi pelayannya sedang menata rambutnya. Kali ini digerai setengah nya. Karena cuaca cukup sejuk, dia tidak akan merasa kepanasan dengan model rambut yang seperti ini.
Brak...
Primora langsung tahu siapa orang yang masuk ke dalam kamarnya.
"Dia pasti sudah mengadu." Kata Primora pelan, tapi bisa didengar Desi, pelayannya.
Sang Pelayan kemudian langsung mundur ketika Raja masuk ke dalam kamar Ratu.
"Lancang kamu! Berani-beraninya ingin membuat penerus tahta celaka."
Rasanya sangat melelahkan. Kalau dia bisa, rasanya dia ingin langsung berdiri dan menampar wajah suaminya dengan tangannya sekeras mungkin.
Primora yang masih duduk itu kemudian melihat telapak tangan kanannya.
"Mungkin dengan tangan ini ya?"
"Kamu tidak mendengar ku?" Merasa diabaikan, Robert menaikkan nada bicaranya satu oktaf.
"Dengar, memangnya ini hutan teriak-teriak."
Primora yang dulu sangat amat menjaga martabat dan cara bicara itu telah hilang. Tersisa dirinya yang lebih suka bertindak asal.
"Apa?" Robert semakin tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Apa yang dia katakan sampai Yang Mulia mengambil kesimpulan seperti itu?"
"Kamu membuatnya menangis!"
"Oh ya? Kenapa dia bisa menangis?"
"Apa?" Primora malah mengajukak pertanyaan balik kepadanya, "Kamu yang sudah membuatnya menangis!'' Kata Robert lagi.
"Memangnya apa yang sudah aku lakukan sampai dia menangis?"
"Kamu pasti sudah mengancamnya!"
"Apa Yang Mulia sudah menangkannya? Kenapa bisa sampai menangis, tolong tanyakan, kenapa dia menangis?"
"Aku? Menyentuhnya seujung kuku pun tidak!"
"Jangan bohong!"
"Aku? berbohong? Untuk apa?"
"Kmu pasti menginginkan simpati ku dan perhatianku!"
"Aku?" Kata Primora tak percaya.
"Dulu mungkin iya!" Katanya menatap tajam kepada Robert.
"Tapi sekarang aku sudah menyerah!" Primora menatap cermin dan merapikan rambutnya. Dia mengelus rambutnya yang sedikit tergerai.
"Buat apa mengemis cinta apa orang yang sudah buta?"
"Kau..."
"Desi..." Panggil Primora.
Dari balik pintu, Desi mendekat.
"Kalau Yang Mulia hanya marah-marah pada masalah yang belum jelas. Saya tidak bisa meladeninya. Yang Mulai tahu kan, jadwal saya padat dan saya sibuk. Saya tidak cukup punya waktu untuk mengelola emosi seperti itu." Kata Primora cuek.
"Bayangkan saja saya harus marah-marah. Bukankah lebih baik saya mengurus sesuatu? Seperti inventaris barang di gudang misalnya. Musim panas akan datang, dan kita bahkan tidak tahu, sisa persediaan makanan di lumbung alam cukup untuk berapa tahun ke depan. Baru pulang dari perang, dan mengadakan pesta begitu mewah. Memangnya Yang Mulia pikir itu semua bisa diatasi dengan gampang?"
Primora yang selama ini banyak bekerja kemudian mulai mengeluh bahwa pekerjaan nya segudang. Dia ingin memberi tahu suaminya bahwa urusan mereka itu tidak lebih penting.
"Saya tidak akan cemburu sama sekali. Saya tidak perduli bahkan kalau dia hidup dan terus menempel pada Yang Mulia."
"Kurang ajar! perkataan mu itu..."
"Yang Mulia... Apa Yang Mulia sudah memeriksa kan diri? Saya takut sebenarnya anda terkena tekanan darah tinggi. Marah-marah itu tidak baik untuk kesehatan. Ah... saya harus segera bergegas." Kata Primora kemudian berpamitan ingin pergi.
"Kalau Yang Mulia nyaman berada di kamar saya, Yang Mulia bisa tinggal lebih lama."
Primora lalu tersenyum dan melenggang pergi.
"Dia pasti dirasuki oleh setann!" Kata Robert tak percaya.
Primora yang dia kenal adalah sosok halus dan lembut. Dia banyak diam dan tidak pernah menentangnya. Tapi lihatlah sekarang. Sosok itu telah hilang. Digantikan dengan orang yang suka menantangnya. Dia menjadi berani dan tidak mudah ditindas. Robert merinding melihat banyak perubahan pada istrinya.
***
Cuaca sejuk itu berubah menjadi gerah. Primora berjalan menuju kereta sembari mengibarkan kipasnya. Rambutnya setengahnya berkibar. Aroma wangi menyebar disetiap dia lewat. Dibelakangnya, Desi masih saja tertegun. Apakah Ratu yang dia layani dari dulu memang seperti ini? Kehidupan seseorang memang bisa berubah dalam sekejap, apakah sifat dan karakter juga sama? Atau selama ini dia hanya menutupinya saja.
Tiba di kediaman Marquis, Primora langsung disambut oleh Tuan Rumah. Meksi tadi mereka sempat bersitegang di taman, tapi Ratu sepertinya biasa saja. Dia bukanlah orang yang menaruh dendam. Jadi Marquis merasa sedikit tenang, padahal dia sudah menduga kalau Ratu kemungkinan besar tidak akan datang. Tapi nyatanya salah.
"Selamat datang Yang Mulia..."
Primora tidak datang sendiri, karena acara hari adalah untuk merayakan ulang tahun anjingg kesayangan nya. makanya Primora datang dengan membawa banyak hadiah untuk anjinggg itu. Dia adalah jenis anjingg pemburu yang sudah sangat terlatih dan sangat berjasa dalam perang. Makanya, para bangsawan mau hadir meski itu adalah ulang tahun hewan.
"Astaga ... Merepotkan Yang Mulia Ratu saja."
"Tidak merepotkan Marquis, bagaimana pun, Dodo sudah sangat berjasa di garis pertempuran."
Karena Ratu telah menyinggung hal tersebut, Marquis semakin bangga. Ratu adalah orang yang akan terus mengenang kebaikan yang sudah diberikan. Dia tidak pernah melupakan jasa orang-orang. Mungkin, dia sudah salah memahami Sang Ratu karena sekilas melihat saja.
"Ratu... Saya mau minta maaf sekali lagi atas insiden tadi pagi."
Primora hanya tersenyum, "Saya harap, Marquis tidak akan salah mengenali saya lagi."
"Terimakasih Yang Mulia. Saya senang, Yang Mulia memiliki kekuasan hati untuk memaafkan orang tua ini."
"Saya juga masih belajar untuk menjadi orang yang lebih baik lagi. Marquis sebagai orang yang hidup lebih lama, tolong jangan mudah terpancing sesuatu yang belum jelas kebenarannya."
"Saya akan mengingat itu Yang Mulia."
Kesalahpahaman mereka akhirnya sudah terurai. Harusnya, Robert juga akan datang, tapi jadwalnya tabrakan dan sama pentingnya untuk bertemu dengan diplomat dari negara tetangga untuk membahas kerjasama wilayah perbatasan. Dia juga sudah mengirim hadiah untuk sang Marquis. Lagipula, kedatangan Primora sudah lebih dari cukup.
Di kejauhan mata, Primora bisa melihat Ibu tirinya. Dia dengan bangga memakai pakaian mewah dan memamerkan nya. Tapi kemudian Duchess Broker juga mendatanginya.
"Desi... Sebentar lagi akan ada pertunjukan seru!"
"Ya? kenapa Yang Mulia?" Desi bingung dengan celoteh Sang Ratu.
"Lupakan saja! Mari kita nikmati pestanya!"
setuju 👍
semoga ini bs bikin semangat othorr untuk up lg 😍😍😍😍
love se kebon thorr