Cinta Lelaki Sempurna

Qiya yang baru saja tiba di rumah, segera menuju dapur selain untuk mengambil air minum, dia juga ingin segera bersantai setelah menerima siksaan batin, menyaksikan kisah komedi romantis dan dramatis sepasang pasutri baru menikah.

Sedangkan saat memasuki ruang dapur, sudah ada dua pembantu lain menikmati waktu bercengkerama, seakan-akan tidak ada pekerjaan untuk mereka lakukan saat ini.

Menyaksikan Qiya datang dan menenggak air minun dari dalam kulkas, muncul senyum lebar tidak biasa ke arahnya. Mereka berdua tidak lain dan tidak bukan adalah Ersi, sang pembantu untuk urusan kebersihan tata busana, atah lebih sederhananya, tukang cuci baju. Dan Susi selaku pembantu dalam hal sajian kuliner Nusantara, tukang masak.

Untuk Susi, Qiya bisa memahami kalau dapur adalah wilayah kekuasaannya. Tapi Ersi, dia benar-benar memiliki cukup banyak waktu luang dengan bergosip-gosip ria kepada pembantu lain, salah satunya adalah Susi.

"Ada apa ?." Tanya Qiya risih melihat Senyum di wajah Ersi.

"Kau beruntung sekali, tuan Ryan selalu mengajakmu pergi keluar." Ucap Ersi dengan suara terdengar iri.

Meletakan gelasnya sebelum menjawab, takut terbawa emosi gelas ditangan melayang ke kepala Ersi...."Ini soal pekerjaan, aku tidak mungkin menolak permintaan tuan Ryan untuk menemaninya."

"Tapi tetap saja, pergi dengan lelaki tampan seperti tuan Ryan, cukup itu, aku anggap sebagai kebahagiaan." Ucap Ersi.

Qiya malas, menanggapi perkataan Ersi, dia tidak tahu apa yang sudah dilaluinya.

"Tuan Ryan sudah memiliki nyonya Rea, jadi jangan berpikir tentang hubungan terlarang, skandal atau drama perselingkuhan." Tegas Qiya meninggikan suara.

"Kau tahu, sekali pun Nyonya Rea adalah istri tuan Ryan, bukan berarti tuan tidak tertarik dengan wanita lain." Ersi jelas semakin menggoda Qiya.

Berjalan mendekat dan saling menatap, tapi Qiya sendiri menjadi ragu-ragu saat harus beradu argument dengan wanita satu ini.

"Kau itu cantik, tinggi dan aduhai, hubunganmu juga sangat dekat dengan tuan Ryan, teman sekolah dulu. Diantara kami semua, Aku pikir kau lah yang memiliki kesempatan." Ucap Ersi memancing Qiya.

Siapa pun tahu watak Ersi, dia adalah Rubah betina, kucing garong atau pun musang berbulu domba. Dia tidak kalah cantik dari pembantu lain. Tapi satu sifat buruk Ersi adalah dia pandai dalam hal jilat menjilat dan mempermainkan orang.

Ekspresi di wajah Qiya begitu pahit..."Kesempatan apa ?, aku tidak ingin melakukan hal buruk. Terlebih tuan Ryan mungkin hanya melihatku seperti seorang teman, atau juga pembantu rumah."

Senyum Ersi tidak turun, dia "Tapi bagaimana jika ternyata, tuan Ryan tidak puas dengan nyonya Rea dan mungkin akan mendekati mu untuk mengisi ketidakpuasannya, apa kau tetap akan menolak ?."

Ucapan itu memberi dampak besar bagi mental Qiya, sekilas bayangan sosok Ryan berada dalam pelukannya, meski pun sadar itu tidaklah nyata ..."Jangan bicara sembarangan, kalau nyonya Rea tahu, kau bisa dipecat."

Sejenak Qiya merenung dan mengingat kembali masa-masa sekolah, ketika dia mengenal Ryan sebagai seorang teman biasa bahkan tidak ada hal spesial antara mereka. Tapi pertemuan dua tahun lalu seakan mengubah pandangan Qiya dan mulai jatuh cinta kepada Ryan.

Baru saja, Qiya membayangkan, Tiba-tiba sosok yang ada dalam pikirannya muncul dari belakang, tanpa suara atau pun tanda-tanda.

Qiya terkejut.…"Tuan Ryan..."

Ersi kelabakan, dia kini menjadi gugup dan mengambil gelas kosong di atas meja untuk pura-pura minum. Sedangkan Susi masih sibuk dengan urusan sayur-sayuran di atas meja.

Semua orang, entah Ersi atau Qiya, kecuali Susi yang sejak awal tidak ikut-ikutan, keduanya merasa khawatir, jika ternyata Ryan tidak sengaja mendengar percakapan mereka.

"Qiya, aku akan pergi, kau temani Rea dan urus semua keinginannya." Ucap Ryan dengan nada datar, hingga membuat Ersi tidak nyaman.

"Baik tuan."

"Terimakasih, Qiya."

Lepas Ryan pergi. Ersi menghembuskan nafas berat.

Hanya dengan suara datar itu, mereka merasakan sesuatu yang aneh, di tambah lagi raut wajah Ryan sangat berbeda.

Dimana biasanya majikan mereka akan tersenyum dan bicara sopan, namun kali ini Ryan tidak menunjukkan ekspresi apa pun.

"Apa yang terjadi, apa mungkin tuan Ryan mendengar perkataan kita ?." Ersi gugup dan takut.

Qiya tahu alasan dibalik perubahan Ryan tampak lebih tenang dari pada Ersi. Tapi tetap saja, mendengar percakapan mereka karena menyindir Rea, itu akan berakibat buruk.

"Kalau benar begitu, mati kita... Bagaimana jika kita dipecat."

"Jangan bawa-bawa aku, aku tidak ikut dalam acara drama kalian berdua." Susi menolak dan kembali bekerja.

"Aku tidak mau, aku masih ingin bekerja di sini." Ersi tampak putus asa.

Qiya paham, kenapa Ersi begitu takut di pecat dari pekerjaannya. Karena, hanya di rumah Ryan saja, Ersi atau pembantu lain bisa melaksanakan tugas-tugas dengan santai, mendapat gaji cukup besar, waktu istirahat yang cukup, beserta segala macam tunjangan. Sekedar menjadi seorang pembantu.

Sekali pun ada oknum-oknum yang mengeksploitasi pekerjaan pembantu mereka, seperti menerapkan sistem multitasking, bekerja dibawah tekanan, berpenampilan menarik, mampu melayani dengan baik, selalu siap sedia dalam segala macam kondisi serta situasi, tahan banting, tahan malu, tahan emosi dan tanan lama.

Ersi dan pembantu lain, tentu merasa bersyukur karena bekerja di tempat Ryan daripada rumah para oknum tersebut.

"Mungkin tidak sampai kau di pecat, meski pun sekarang tuan Ryan memang sedang marah dari awal." Ucap Qiya dengan tenang.

"Kalau tuan Ryan marah, itu yang harusnya kita khawatirkan." Kebingungan Ersi semakin menjadi-jadi.

"Ini pertama kalinya aku merasa tuan Ryan marah. Apa yang terjadi ?." Kini Susi pun ikut penasaran.

Seorang majikan baik hati, tidak sombong, sopan santun, kaya raya dan tampan rupawan seperti Ryan Ryan pun bisa marah, hingga dianggap aneh oleh mereka.

"Masalah tentang nyonya Rea." Jawab Qiya.

"Jangan-jangan firasat ku benar, itu karena Nyonya Rea tidak bisa membuat Tuan Ryan senang." Ersi asal saja memberi tanggapan.

Qiya terkejut dan marah...."Setidaknya kau harus tahu apa yang terjadi, sebelum bicara."

"Aku beranggapan, kalau ini seperti menyesal membeli baju online, tapi tidak sesuai gambar." Jawab Ersi seenaknya sendiri.

"Aku pikir apa nyonya Rea kurang menarik, sehingga tidak berpengalaman di atas ranjang." Susi masuk kedalam mode bergosip.

"Bukan begitu...." Qiya merasa pusing, cukup Ersi saja sudah membuatnya kesal, dan sekarang, Susi pun ikut penasaran.

"Jadi apa ?." Ersi meminta penjelasan lebih rinci.

Qiya pun menceritakan kejadian yang mereka alami di pusat perbelanjaan sebelumya. Secara khusus perdebatan antara Ryan dan Sosok lelaki paruh baya saat menyalahkan Nyonya Rea karena membuat pakaian Pacarnya basah.

Selagi Qiya bercerita, hanya anggukan kepala yang menandakan bahwa Ersi dan Susi paham, dan menjelaskan isi pikiran mereka, jika masalah itu menyangkut soal kepuasan di atas ranjang.