Married With A Stranger

Beberapa hari berlalu namun Yuke masih belum bisa menggoda Bryan mengingat Raisa dan Para papa ngekor Bryan terus namun meksipun begitu dia tidak menyerah, pasti mereka semua akan lengah.

Dimitri juga meminta Yuke untuk terus sabar, dia mendapatkan laporan kalau papa Bryan dan Raisa sangat over protektif dengan kehamilan Raisa sehingga kemana-kemana mereka selalu mengawal Raisa dimanapun Raisa pergi.

"Bagaimana ini pak, kalau setiap hari mereka selalu mengawal saya tidak akan bisa menggoda Bryan." Baik Yuke dan Dimitri nampak bingung, apa dia harus membuat para papa sibuk? supaya bisa lepas dari Bryan?

"Apa mereka juga ikut kalau Bryan ada meeting diluar kantor?" tanya Dimitri.

Yuke menggeleng, beberapa hari ini saat Gilang ada meeting keluar kantor, para papa dan Raisa menunggu di kantor. Meskipun selalu mengekor namun para papa dan Raisa tentu tidak ingin mengganggu pekerjaan Bryan.

Tersungging senyuman di wajah Dimitri saat seperti inilah Yuke bisa beraksi. Dimitri ingin Yuke cepat beraksi, sat set supaya perusahan Bryan oleng.

"Beri dia minuman penambah gairah Yuke, dengan begitu dia akan meniduri kamu." Ide Dimitri tidak terpikirkan oleh Yuke, bukankah tidur dengan Bryan adalah impian Yuke dari dulu?

Tak hanya Dimitri Yuke juga tersenyum licik dan lagi-lagi dia meminta bantuan Mbah Marjan untuk menyiapkan ramuan yang membuat Bryan bertekuk lutut padanya.

Keesokannya, Yuke menemui Dimitri namun asisten Dimitri bilang kalau Dimitri sakit.

"Pak Dimitri sakit apa ya." Yuke bertanya-tanya karena kemarin baru saja mereka bertemu.

Karena ada hal yang ingin disampaikan Yuke datang ke rumah Dimitri, art Dimitri bilang kalau Dimitri terkena demam biasa namun sakitnya bisa lama karena Dimitri tidak doyan makan.

Dari cerita art lah, Yuke ingin memintakan ramuan obat pada mbah Marjan untuk Dimitri.

"Ini obat untuk Bryan dan ini untuk pak Dimitri." Yuke telah mendapatakn kedua obat untuk Bryan dan Dimitri.

Sebelum pergi ke kantor, Yuke menyempatkan sebentar pergi ke rumah Dimitri, dia yakin kalau rencananya kali ini tidak akan gagal sehingga dia ingin Dimitri sembuh dan merayakan awal kemenangan mereka.

"Ini obat yang bisa membuat nafsu makan pak Dimitri naik tolong berikan ya mbok." Pesan Yuke pada art Dimitri.

Setelah itu Yuke kembali ke kantor, lagi-lagi para papa dan Raisa hadir untuk meramaikan kantor hingga tak ada celah sedikit pun namun tidak masalah karena hari ini dia dan Bryan ada meeting di luar kota.

"Lihatlah Raisa, apa setelah Bryan tidur denganku wajahmu bisa bahagia seperti ini?" Yuke tertawa ala Mak Lampir, tawanya sungguh renyah serenyah rengginang.

Siang ini Raisa dan Para papa memutuskan untuk pulang karena Bryan harus keluar kota untuk meeting penting, melihat Yuke yang akan pergi berdua dengan sang suami membuat Raisa was was namun dia yakin kalau suaminya tidak akan macam-macam.

"Hati-hati ya mas, kalau sudah sampai di sana jangan lupa kabari aku." Raisa memperbaiki dasi Bryan yang sedikit kendor.

Sebelum pergi tak lupa kecupan mendarat di wajah Raisa, mulai kening, pipi, hidung dan tak ketinggalan bibir Raisa, di depan para papa dan Yuke Bryan tak bisa menahan lambaian bibir sang istri sehingga tanpa malunya Bryan mencium bibir Raisa di depan umum.

"Woy Bryan, ini negara timur bukan negara barat, gak tau malu sama sekali, kalau lihat dia gini terus kan aku yang tersiksa." Papa Bryan sungguh kesal dengan Bryan yang mencium istrinya di tempat umum.

Puas mencium bibir Raisa kini Bryan mengajak bicara calon bayinya, dia berjongkok lalu mendekatkan bibirnya di perut Raisa.

"Sayang yang ada di dalam, papa kerja dulu ya kamu baik-baik di rumah bersama mama dan para opa ya." Bryan menciumi perut Raisa.

Yuke yang melihat pemandangan indah di depannya nampak sakit, dia teringat kenangannya dulu saat hamil, jangankan dicium dielus saja tidak pernah.

"Lihatlah Raisa setelah ini kamu akan merasakan apa yang aku rasakan, aku akan membuat Bryan melupakan kamu dan anak kamu." Dalam hati dia menginginkan hal yang buruk namun wajah Yuke kebalikannya, dia ikut tersenyum seolah turut ikut merasakan kebahagian yang Yuke rasakan.

Kini Yuke dan Bryan berangkat keluar kota berdua, Raisa sebenarnya pengen ikut namun perjalanan jauh membuatnya malas ikut.

Tiga jam telah berlalu, kini Bryan dan Yuke telah sampai di lokasi, di sana para klien telah menunggu kedatangan Bryan dan Yuke.

Yuke yang berpengalaman kerja di perusahaan Dimitri tentu sangat fasih mempresentasikan produk yang akan mereka tawarkan, kelihaian bicara Yuke membuat para klien nampak senang dan tertarik untuk bekerja sama.

"Keliatannya kami tidak akan menunggu lama lagi untuk kerja sama dengan anda Pak Bryan." Klien Bryan langsung minta teken kontrak secepatnya.

Dua jam telah berlalu, kontrak dengan cepat terjalin, Bryan sangat berterima kasih pada Yuke telah membantunya.

"Ini kan sudah tugas saya pak." Nampak jelas Yuke kalau tersipu malu dengan ucapan Bryan.

Karena sudah lapar, Bryan mengajak Yuke untuk makan, saat Bryan pergi ke toilet ini kesempatan Yuke untuk memberikan obat yang diberikan oleh mbah Marjan.

"Lihatlah Bryan kali ini kamu akan meminta aku untuk melepas dahagamu secara Raisa kini jauh dari kamu." Senyum senang tersungging di bibir Yuke, sungguh licik sekali Yuke yang menghalalkan segala cara untuk menyakiti Raisa.

Setan dan iblis telah menguasai jiwa Yuke, sehingga jiwa kemanusiaannya hilang sudah, padahal dia telah mengalami kegagalan dalam pernikahan seharusnya ini dijadikan pelajaran untuk menjadi lebih baik lagi.

Yuke mencampur obat ke dalam minuman Bryan, tak tanggung-tanggung dia memasukkan semua obat yang diberikan padahal sedikit saja sudah bisa membuat dahaga yang luar biasa apalagi ini semua.

"Aku siap melayani kamu Bryan, semalaman pun aku siap," batin Yuke.

Tak berselang lama, Bryan kembali dari toilet dia yang sudah lapar segera melahap makanan yang ada di depannya.

Yuke tidak sabar menunggu Bryan meminum minuman yang sudah bercampur dengan obat penambah nafsu birahi.

"Yuke makanannya enak lo, kamu nggak makan?" tanya Bryan.

Yuke mengangguk, saking senangnya karena akan mendapatkan Bryan, sampai membuatnya tidak nafsu makan sama sekali.

"Habis ini kita langsung pulang atau menginap?" tanya Yuke sembari memakan kentang goreng yang tersaji di meja.

"Pulang, Raisa tidak akan bisa tidur kalau tidak ada aku di sampingnya." Jawaban Bryan membuat Yuke kesal, manja sekali tidur harus ada suami.

Setelah makanannya habis, Bryan langsung meneguk minuman yang sudah dicampur obat oleh Yuke hingga habis.

Seusai meneguk minuman, beberapa saat kemudian Bryan merasakan aneh.

"Aku kenapa ya,"