NovelToon NovelToon
Vendrell'S Canvas

Vendrell'S Canvas

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Obsesi / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa / Fantasi Wanita
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Reenie

Aku sering mendengar orang berkata bahwa tato hanya diatas kulit.

“Jangan bergerak.”

Suara Drevian Vendrell terdengar pelan, tapi tegas di atas kepalaku.

Jarumnya menyentuh kulitku, dingin dan tajam.
Ini pertama kalinya aku ditato, tapi aku lebih sibuk memikirkan jarak tubuhnya yang terlalu dekat.

Aku bisa mencium aroma tinta, alkohol, dan... entah kenapa, dia.
Hangat. Menyebalkan. Tapi bikin aku mau tetap di sini.

“Aku suka caramu diam.” katanya tiba-tiba.
Aku hampir tertawa, tapi kutahan.

Dia memang begitu. Dingin, sok datar, seolah dunia hanya tentang seni dan tatonya.
Tapi aku tahu, pelan-pelan, dia juga sedang mengukir aku lebih dari sekadar di kulit.

Dan bodohnya, aku membiarkan dia melakukannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reenie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Drevian Menghormati Liora

Udara malam Kota Carran yang dingin menghembus pelan, Drevian dan Liora saat mereka keluar dari restoran mewah. Perut mereka sudah kenyang, tapi percakapan mereka belum usai.

Mata Liora masih berbinar, penuh dengan kekaguman atas pameran tato yang baru saja mereka kunjungi. Ia terus bercerita, sementara Drevian mendengarkan dengan senyum tipis di wajahnya.

​"Aku nggak nyangka, dunia kamu seindah itu," gumam Liora, sambil menatap langit malam.

​"Aku bilang juga apa," jawab Drevian, suaranya tenang.

"Tato bukan cuma gambar di kulit, tapi cerita yang hidup."

​Liora mengangguk. Ia merasakan hatinya penuh, tidak hanya dengan kekaguman pada seni, tapi juga pada pria di sampingnya. Drevian, di balik sosoknya yang dingin, adalah seorang seniman yang berjiwa besar.

​Drevian mengeluarkan ponselnya, menghubungi seseorang.

"Kamu menelpon siapa?" tanya Liora

"Nanti kamu juga tahu." jawabnya singkat.

Tak lama kemudian, sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti di depan mereka. Pintu mobil terbuka, dan seorang pria berpakaian rapi keluar.

"Malam, Tuan Vendrell," sapanya.

"Sudah saya siapkan semuanya."

​Liora terkejut. Ia tidak tahu Drevian sudah menyiapkan mobil dan supir.

"Ini siapa, Drev?" bisik Liora.

​"Supir ku," jawab Drevian singkat.

"Mobil aku kan dititip di bandara. Kamu lupa?"

​Liora tertawa kecil. Ia memang lupa. Ia terlalu fokus pada pameran tato, sampai-sampai ia lupa bahwa mereka naik pesawat. Mereka pun masuk ke mobil, dan supir itu melaju ke sebuah hotel mewah.

Hotel itu adalah hotel bintang lima khusus para seniman tato terpilih. Liora terkesima. Arsitekturnya modern, dengan patung-patung dan lukisan-lukisan abstrak di setiap sudut.

​Sesampainya di lobi, seorang pelayan menyambut mereka.

"Tuan Vendrell, kamar Anda sudah siap," sapanya ramah.

​Drevian mengangguk. "Kamar teman saya?"

​"Sudah siap juga, Tuan. Anda di lantai empat, kamar nomor 20. Dan Nona itu di lantai satu, kamar nomor 15," jawab pelayan itu.

​Liora menatap Drevian, bingung. Drevian hanya tersenyum tipis, seolah mengerti apa yang Liora pikirkan.

"Aku tahu," bisiknya.

"Kamu pasti mikir kita akan sekamar, kan?"

​Liora tersipu malu. Ia tidak bisa menyangkalnya. Drevian, yang melihat Liora malu, hanya tertawa kecil.

"Kita pisah kamar, Liora. Aku menghormati mu."

Kalimat itu membuat hati Liora menghangat. Ia merasa dihargai. Drevian tidak memanfaatkannya, tidak memaksakan kehendaknya. Ia menghormati Liora, dan itu membuat Liora semakin jatuh cinta pada pria itu.

"Izin tuan ikut saya menuju kamar." ujar salah satu pelayan pria dan membawa tas Drevian.

"Nona, ayo ikut saya." ucap pelayan perempuan yang mengantarkan Liora ke kamar nomor 15.

"Ini kamar anda, Nona. Jika ada sesuatu tinggal menekan tombol yang berwarna merah."

"Wah... makasih banyak." ujar Liora

"Baik Nona. Saya permisi." pelayan wanita itu membungkukkan badan lalu pergi.

Drevian bersama pelayan pria itu menaiki lift, tak lama mereka lalu sampai dikamar dan pelayan itu menyusun tas Drevian dengan rapi.

"Ini dia, Tuan. Semoga anda merasa nyaman. Jika butuh sesuatu, anda tinggal menekan tombol berwarna merah ini."

"Baik, terima kasih." ujar Drevian

"Baik Tuan. Saya permisi." pria itu membungkukkan badan lalu keluar.

Drevian langsung mandi dengan shower air hangat. Ia merasa tubuhnya langsung lega dari aktivitas diluar tadi. Ia mengeringkan badannya dengan handuk lalu mengenakan celana boxernya dan beranjak ke tempat tidur.

Ia membuka ponselnya dan mengirim pesan pada Liora tapi belum dibalas.

Di kamar lain, Liora masih mandi. Seperti yang diketahui, perempuan banyak ritual saat mandi jadinya pasti lama.

Setelah setengah jam mandi, Liora lalu memakai piyamanya dan mengeringkan rambutnya dengan hair dryer fasilitas dari hotel itu. Ia lalu menyemprotkan hair tonic dan mengoleskan vitamin rambut kesukaannya.

​Mereka pun berpisah. Drevian naik ke lantai empat, sementara Liora naik ke lantai satu. Kamar itu begitu mewah, dengan ranjang besar, balkon yang menghadap ke kota, dan kamar mandi yang luas. Liora terdiam sejenak. Ia tidak pernah menginap di hotel semewah ini seumur hidupnya.

​ Pria itu begitu misterius, tapi juga begitu tulus. Ia tidak pernah menunjukkan perasaannya dengan kata-kata, tapi tindakannya sudah cukup untuk membuat Liora yakin.

Ponsel Liora bergetar. Sebuah pesan masuk dari Drevian.

​Drevian: "Udah tidur?"

​Liora tersenyum. Ia pun membalas pesan itu.

​Liora: "Belum. Kamu mau tidur?"

​Drevian tak langsung membalas. Liora duduk di ranjang, menunggu. Tak lama kemudian, pesan baru masuk.

​Drevian: "Belum. Aku sedang memikirkanmu."

​Pesan itu membuat jantung Liora berdebar kencang. Ia tak menyangka Drevian bisa berkata sesuatu yang begitu blak-blakan.

​Liora: "Mikirin aku kenapa?"

​Drevian: "Mikirin kenapa aku harus ketemu kamu di toko buku, bukan di tempat lain."

​Liora tersenyum. Ia tahu, Drevian adalah seorang seniman. Ia selalu melihat makna di balik segalanya. Ia pun membalasnya.

​Liora: "Mungkin karena buku bisa mengubah hidup mu."

​Drevian: "Mungkin juga karena kamu yang mengubah hidup ku."

​Jawaban itu membuat Liora terdiam. Liora tidak pernah menyangka, seorang pria seperti Drevian bisa berkata sesuatu yang begitu personal. Hubungan mereka, yang dimulai dari sebuah tato, kini sudah menjadi sesuatu yang jauh lebih dalam.

"Oh iya, besok kita pulang ya. Aku udah mesan tiket." ketik Drevian lagi.

"Baiklah." balas Liora singkat.

Pikiran Drevian masih bersih. Ia tak ingin menodai gadis yang dicintainya.

"Belum, masih belum waktunya. Aku akan menciumnya tunggu waktu yang tepat." gumamnya.

Ada pesan masuk dari Zeke

"Malam bos, maaf mengganggu. Ada yang ingin saya sampaikan."

Tak lama, Drevian langsung membalas pesan itu.

"Ada apa?"

"Tadi pagi Selena datang marah-marah bos, sampai-sampai Ronan berpikir kalau bos mengkhianati Selena."

Drevian terbelalak dan tak menyangka kejadian itu.

"Ronan? Karyawan baru kita?" tanya Drevian memastikan

"Iya, bos."

"Beraninya dia menganggap saya sekotor itu. Pecat dia besok!" tegasnya

"Maaf bos. Ronan hanya salah paham, wajar saja dia tidak tahu kronologi dari masalah ini bos." balas Zeke dengan tangan gemetar.

"Apa yang bisa diharapkan dari Ronan?"

"Ronan memiliki keterampilan mendesain yang sangat bagus, bos. Desainnya tak kalah bagus dari desain kita."

Zeke mengirimkan foto desain kupu-kupu dipunggung wanita yang seolah-olah hidup. Itu adalah desain buatan Ronan yang hampir sama dengan desain dipameran yang dilihatnya bersama Liora.

"Bagus. Aku menyukai desainnya. Tapi jangan sampai dia salah paham! Aku tidak ingin nama baikku rusak!" ketik Drevian tegas

"Baik bos, dimengerti."

Drevian masih menatap desain itu. Ia merasa terpesona karena ada juga orang yang hampir setara dengan desainnya.

Drevian mengirimkan foto desain kupu-kupu itu pada Liora.

Tak lama, Liora membalas.

"Siapa yang mendesain itu, Drev?" tanya Liora

"Ronan. Karyawan baru kami." balasnya

"Cantik banget. Sama kayak yang kita lihat dipameran tadi." balas Liora

"Aku tahu kau menyukainya."

"Sekarang, tidur Liora. Jangan sampai kamu sakit lagi." lanjutnya

"Iya bawel." balas Liora lalu mematikan data seluler ponselnya.

Drevian membaca pesan itu dan tersenyum lembut. Ia merasa Liora semakin terbuka untuknya dan Ia akan mengklaim Liora menjadi miliknya.

1
Reiko
Menarik juga ceritanya. Beda dari yang lain
Leira
Livia suka cari gara-gara yahaha
Leira
Tatoo...🤯
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!