Menikah dengan orang yang aku cintai, hidup bahagia bersama, sampai akhirnya kami dikaruniai seorang putra tampan. Nyatanya setelah itu justru badai perceraian yang tiba-tiba datang menghantam. Bagaikan sambaran petir di siang hari.
Kehidupanku seketika berubah 180 derajat. Tapi aku harus tetap kuat demi putra kecilku dan juga ibu serta adikku.
Akankah cinta itu kembali datang? Sementara hatiku rasanya sudah mati rasa dan tidak percaya lagi pada yang namanya cinta. Benarkah cinta sejati itu masih ada?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Iin Nuryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Aku Bisa Tanpamu
Sore ini Awan berniat untuk memberi kejutan kepada Shofi dengan menjemputnya sepulang dari kantor tanpa mengabari Shofi terlebih dahulu. Tetapi, di samping itu, sebenarnya Awan juga memang ingin membicarakan masalah pertemuannya dengan Bayu di sekolah Keinan tadi kepada Shofi. Itu kenapa dia berniat untuk menjemput Shofi seperti sekarang ini.
Tetapi sayangnya, dari kejauhan Awan bisa melihat Bayu yang sudah terlebih dahulu menghadang dan menemui Shofi begitu Shofi keluar dari parkiran kantor SR Group.
Dapat Awan lihat reaksi Shofi yang sangat terkejut. Bayu terlihat berbicara kepada Shofi. Tetapi Shofi seperti melakukan penolakan keras. Sampai akhirnya, beberapa saat kemudian, akhirnya Shofi pun terlihat mengiyakan keinginan Bayu.
Awan berusaha untuk menenangkan hatinya sendiri dan mencoba untuk tetap berpikir positif. Dari tempatnya sekarang, Awan dapat melihat Shofi yang mulai melajukan kembali sepeda motornya. Kemudian, dapat Awan lihat juga, Bayu nampak mengikuti sepeda motor Shofi dari belakang dengan menggunakan mobilnya.
Awan kemudian juga melajukan sepeda motornya, mengikuti Shofi dan Bayu dari belakang secara diam-diam. Bukannya tidak percaya terhadap Shofi, Awan hanya ingin sekedar berjaga-jaga agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terhadap calon istrinya itu.
☘️☘️☘️
"Shofi," panggil Bayu seraya menghadang sepeda motor yang dikendarai oleh Shofi.
Shofi yang baru saja keluar dari parkiran kantor SR Group pun seketika menghentikan sepeda motornya dan begitu terkejut melihat Bayu yang saat ini sudah berada di depannya tersebut.
"Hai, Shofi," sapa Bayu dengan tersenyum.
Shofi masih mematung di atas sepeda motornya dengan tubuh yang menegang dan kedua mata yang membulat karena kaget.
Sama sekali tidak pernah terpikirkan oleh Shofi bahwa dirinya akan bertemu kembali dengan Bayu, mantan suaminya itu.
"Gimana kabar kamu, Shofi?" tanya Bayu.
Shofi tersentak. Tersadar dari keterkejutannya. Sekuat tenaga Shofi berusaha untuk menguasai dirinya sendiri. Menarik nafas dalam, Shofi berusaha untuk menguatkan hatinya.
"Untuk apa kamu datang kesini?" tanya Shofi dengan nada suara yang datar dan wajah yang menoleh ke arah samping.
Bayu terkesiap. Sikap Shofi sedingin ini terhadap dirinya. Bahkan untuk sekedar menatap wajahnya pun Shofi seakan enggan. Ah, tapi Bayu juga tidak bisa menyalahkan Shofi. Dirinya memang sudah bersalah terhadap Shofi. Jadi wajar jika Shofi bersikap seperti ini kepada dirinya.
"Aku ingin berbicara dengan kamu, Shofi," jawab Bayu dengan tersenyum.
"Maaf, tapi tidak ada yang perlu untuk kita bicarakan," ketus Shofi.
"Tolonglah, Shofi. Aku hanya ingin berbicara dengan kamu saja. Atau kamu ingin aku datang ke rumah kamu saja dan kita bicara disana?"
"Jangan," tolak Shofi cepat dengan menatap tajam ke arah Bayu.
Bayu kembali menyunggingkan senyumnya. Ternyata sifat Shofi masih sama seperti yang dulu, tidak ingin melibatkan keluarga dalam masalah yang dia hadapi. Kemandirian Shofi-lah yang memang pertama kali menarik perhatian Bayu. Sehingga Bayu akhirnya memutuskan untuk mendekati Shofi waktu itu.
"Jadi, kita mau bicara dimana? Sekalian kita cari makan aja yuk, gimana menurut kamu?" tawar Bayu.
"Tidak perlu. Kita bicara di taman dekat sini. Ikuti aku!"
Shofi kemudian langsung menjalankan sepeda motornya kembali. Bayu pun kemudian juga bergegas untuk masuk ke dalam mobilnya dan mengikuti sepeda motor Shofi dari belakang.
☘️☘️☘️
Shofi mengajak Bayu untuk ke taman kota yang terletak tidak jauh dari SR Group. Shofi kemudian memilih untuk duduk di kursi taman yang lumayan ramai untuk berbicara dengan Bayu. Menghindari timbulnya fitnah dan hal yang tidak diinginkan tentu saja.
Dari belakang pohon, tidak jauh dari tempat Shofi dan Bayu duduk saat ini, Awan tersenyum kecil. Entah kenapa ada perasaan lega di hatinya karena Shofi tidak mengajak Bayu untuk duduk di kursi taman di dekat air mancur. Tempat dimana dirinya dan Shofi biasa duduk setiap kali datang ke taman kota ini.
"Cepat katakan, apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Shofi tegas dengan melihat ke arah depan.
Dari tempatnya berdiri sekarang, Awan masih dapat mendengar suara Shofi meski sedikit pelan.
"Gimana kabar kamu sekarang?" tanya Bayu.
"Baik," jawab Shofi singkat.
"Kalau Keinan?"
"Dia juga baik."
"Aku dengar dari ibu kalau kamu mau menikah lagi."
"Iya."
Bayu mengesah pelan. Shofi selalu menjawab pertanyaannya dengan singkat. Terlihat sekali kalau Shofi sepertinya enggan untuk berbicara dengan dirinya.
"Maafkan aku untuk semua yang sudah terjadi dulu, Shofi. Aku benar-benar menyesal karena sudah melibatkan kamu dalam hidupku. Maaf karena aku sudah menjadikan kamu sebagai pelarianku dari cintaku yang hilang saat itu," kata Bayu penuh penyesalan.
Shofi menegang. Ada rasa sesak yang Shofi rasakan ketika mendengar Bayu kembali mengingatkan dirinya tentang kejadian kelam masa dulu itu. Shofi diam, tetapi di dalam hatinya dia berusaha untuk meredam perasaannya yang kembali mulai bergejolak.
"Aku akui aku memang bersalah karena sudah meninggalkan kamu dan Keinan dulu. Tapi aku mohon sama kamu Shofi, tolong biarkan Keinan untuk mengenal aku sebagai ayah kandungnya," pinta Bayu.
Shofi tersentak mendengar perkataan dari Bayu tersebut. Ya, memang benar kalau selama ini Shofi tidak pernah mengenalkan Keinan kepada sosok Bayu sebagai ayah kandungnya. Shofi tau itu salah, tetapi Shofi hanya ingin menjaga hatinya sendiri. Dan juga menjaga hati Keinan dari perasaan kecewa.
"Tadi aku datang ke sekolah Keinan saat dia pulang sekolah. Tapi dia tidak mengenali aku sebagai ayah kandungnya. Dan jujur saja itu membuat hatiku merasa sakit. Apalagi ketika calon suami baru kamu datang dan Keinan memanggilnya dengan sebutan 'Papa Awan'. Hatiku merasa semakin sakit ketika melihat Keinan langsung berlari dan memeluk laki-laki itu. Padahal aku adalah ayah kandungnya. Tapi kenapa justru orang lain yang dipanggil Papa dan dipeluk dengan penuh sayang oleh putraku sendiri," keluh Bayu.
Shofi tersenyum kecut.
"Memangnya apa yang kamu harapkan?"
"Setidaknya beritahu Keinan kalau aku adalah ayah kandungnya. Aku juga merindukan putraku itu. Tapi bahkan memeluknya pun aku tidak bisa. Dia tidak mengenali aku sebagai ayah kandungnya sendiri," keluh Bayu lagi.
"Iya. Aku memang sengaja tidak memperkenalkan Keinan kepada ayah kandungnya sendiri. Karena aku ingin melupakan semua kenangan buruk masa lalu itu. Aku ingin memulai kehidupanku yang baru dengan Keinan, tanpa bayang-bayang masa lalu," kata Shofi.
"Tapi itu tidak adil buat aku, Shofi. Aku ini ayah kandung Keinan," protes Bayu.
Dari tempatnya berdiri sekarang, Awan mengepalkan kedua tangannya. Dia ikut merasa emosi mendengar perkataan Bayu yang menuntut itu, setelah selama ini dia meninggalkan Shofi dan Keinan.
"Lalu kenapa? Bukankah waktu itu kamu sendiri yang memutuskan untuk pergi dan meninggalkan aku juga Keinan yang masih bayi? Bahkan kamu juga langsung menikah dengan wanita lain dan pergi ke luar negeri. Lalu kenapa aku harus mengenalkan Keinan kepada 'ayah' yang bahkan tidak bisa dia temui? Untuk apa? Alasan apa yang harus aku berikan kepada Keinan kalau dia ingin bertemu dengan ayahnya tetapi tidak bisa karena ayahnya sudah tidak tinggal di Indonesia lagi? Alasan apa yang harus aku katakan?"
Sekarang giliran Bayu yang tersentak mendengar semua perkataan dari Shofi. Ya, semua yang dikatakan oleh Shofi memang benar. Dan Bayu juga mengakui kalau dirinya memang bersalah.
"Aku bisa tanpamu. Aku dan Keinan bisa bertahan tanpa kehadiran kamu dalam kehidupan kami," tegas Shofi seraya menatap tajam ke arah Bayu.