(Proses Revisi) Kaisar adalah salah satu gelar penguasa monarki, kedudukannya bahkan lebih tinggi dari seorang raja. Namun, Kaisar Wira Atmadja adalah penguasa kegelapan di muka bumi ini. Sebut saja, berkelahi, mabuk-mabukan, dan seks bebas. Itu semua sudah menjadi kebiasaannya.
Status sebagai cucu pemilik yayasan membuat Kai sangat ditakuti di sekolah. Siapapun yang mengganggu kesenangannya, dia yakin orang itu tidak akan selamat.
Kai tumbuh dewasa tanpa cinta. Baginya hidup ini hanya miliknya. Tidak peduli pada ayah, ibu ataupun teman-temannya. Kai hanya mencintai dirinya sendiri.
Namun... semua itu berubah saat seorang gadis kutu buku bernama Krystal menciumnya di tengah lapangan.
"Jadi pacar aku."
Adakah yang lebih mengerikan daripada menjadi kekasih seorang Kaisar Wira Atmadja?
Bagaimana caramu untuk merubah Iblis, menjadi Malaikat?
Non Nobis Solum
Kita diciptakan tidak untuk diri kita sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Superman
NOBIS
Chap 27
•
•
•
•
Kondisi panti saat ini sedikit lebih baik. Beberapa barang yang rusak sudah dirapihkan, dan kaca jendela yang pecah sudah ditutupi dengan papan. Bunda dan beberapa anak panti sibuk merapihkan barang-barang mereka yang hancur, kehadiran Chandra dan Sean sangat membantu, karena mereka berdua juga ikut membereskan panti asuhan itu.
Setelah kejadian beberapa jam yang lalu, ada beberapa anak panti yang terlihat masih sedikit shock. Kejadian barusan memang sangat mengguncang jiwa anak-anak, apalagi mereka semua sempat melihat adanya kekerasan di sana. Maka itu, Bunda dan Krystal sangat takut jika hal semacam itu berdampak buruk bagi anak-anak panti nantinya.
"Makasih ya."
Kai mengangkat wajahnya. Melihat Krystal yang berdiri di depannya sambil menyodorkan segelas susu coklat panas. Kai lantas mengambil gelas tersebut dan meletakan itu di kursi kayu sebelahnya.
"Makasih udah bantuin aku sama anak-anak panti." Ucap Krystal lagi.
"Hmm..." balas Kai santai sambil mengeluarkan hapenya dari dalam jaket.
Krystal ikut duduk di sebelah Kai, di atas bangku kayu panjang yang berada di taman, Kai tadi sempat memperbaiki bangku tersebut hingga bisa digunakan oleh mereka.
"Aku kira, tadi kamu udah pulang."
Kai yang semula sibuk mengetik sesuatu di atas layar hapenya kemudian berhenti, namun tidak merubah pandangannya dari sana.
"Nggak nyangka tiba-tiba kamu berdiri di sana," Krystal tersenyum. "Pas pertama lihat kamu tadi, entah kenapa rasa takut aku tiba-tiba hilang. Aku jadi punya keberanian lebih saat itu juga."
Kali ini Kai menatap Krystal. Wajah dinginnya tercetak sempurna di sana dengan sorot mata tajam.
"Kenapa kamu balik lagi?"
Kai mengedikan bahunya. "Gue cuma ngerasa ada yang nggak beres sama lo!"
"Memang kelihatan banget ya?" Krystal terkekeh pelan.
Kai menghela napas, "Lo emang selalu gitu ya?"
"Kenapa?"
"Selalu merasa kuat dengan nyembunyiin ketakutan lo?" Kai menyimpan kembali hapenya ke dalam kantong jaket. "Waktu lo jatoh sama Airin, lo sembunyiin itu dari gue, dan sekarang ... lo juga nggak bilang apa-apa sama gue tentang masalah sebahaya ini."
Krystal tersenyum, lalu menarik napasnya pelan. "Aku nggak mau repotin siapa-siapa. Apalagi itu kamu." Dia lalu mengambil tangan Kai, melihat ada luka lecet akibat perkelahian tadi. "Lihatkan, tangan Kai jadi luka-luka kayak gini."
Kai berdehem kecil sebelum menarik tangannya menjauh dari genggaman tangan Krystal. "Gue nggak apa-apa. Cuma luka kecil."
Entah mengapa, melihat Kai dengan tampang galak tanpa senyum saat ini malah menarik senyum Krystal lebih lebar di wajahnya. "Makasih ya, Kai."
"Lo udah bilang itu puluhan kali."
Krystal menggeleng. "Aku merasa nggak cukup,"
"Makasih karena kamu balik lagi ke sini, ngebelain aku sama yang lainnya, udah peduli sama aku. Makasih mau bantuin anak-anak panti ngebenerin barang-barang yang rusak. Makasih udah mau aku repotin. Makasih juga karena kamu-"
"Bilang makasih sekali lagi gue bakalan suruh Sean sama Chandra pulang!" Sahut Kai kesal.
Krystal terkekeh geli mendengar ancaman itu. Lalu dia membiarkan hening mengambil alih. Hanya terdengar suara Sean dan Chandra dari dalam panti yang sedang bercanda bersama anak-anak panti, dan suara Bunda yang sesekali ikut tertawa mendengar celotehan Chandra yang selalu membuat orang-orang di sekelilingnya tergelak karena lucu.
"Kenapa mereka semua ngusir lo?" Tanya Kai memecah keheningan.
"Pemilik tanah mau menjual tanahnya, karena sudah hampir dua tahun nggak ada Donatur yang datang ke sini," Krystal menunduk menatap jari-jari tangannya yang bertautan. "Ada sih beberapa, tapi itu bukan Donatur tetap, jadi pemilik tanah memilih untuk menjual tanahnya."
"Mereka nggak ngasih batas waktu?"
Krystal menggeleng, "batas waktu hanya untuk kami membereskan barang-barang dan keluar dari sini."
Kai terdiam, entah kenapa mendengar itu membuat kepalanya memanas. ******** mana yang tega memperlakukan orang-orang seperti itu. Bahkan seburuk-buruknya dia, Kai tidak pernah berpikir untuk melakukan hal sekeji itu.
"Kak Krystal!" panggil sebuah suara yang membuat Kai dan Krystal mengalihkan pandangan mereka pada satu arah di sudut taman.
Di sana, terlihat anak laki-laki dengan robot di tangannya sedang berdiri malu-malu.
"Eh, Dio. Sini sayang, salaman dulu sama abang Kai," Ajak Krystal.
Anak kecil yang bernama Dio itu melangkah pelan mendekati Krystal, lalu memeluk lengan Krystal erat karena malu pada Kai yang berada sebelahnya.
"Bilang apa sama abang Kai?" Bujuk Krystal. "Makasih abang Kai." ujarnya lagi sebagai contoh pada Dio.
Kai hanya menatap anak kecil itu tanpa minat, tidak ada senyum dan keramahan di sana. Bukan Kai namanya jika mudah luluh dengan wajah polos anak kecil. Kai tetap Kai, tidak peduli jika di depannya ini sesosok malaikat sekalipun.
"Ayo bilang apa?" Krystal menarik Dio keluar dari persembunyiannya pada balik lengan Krystal.
Dio bersama robotnya tersenyum lalu menjulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Kai.
Melihat Kai yang terdiam dengan wajah cueknya membuat Krystal menyikut lengan cowok itu, agar dia menerima uluran tangan Dio kepadanya. Dengan perlahan, Kai menyambut uluran tangan Dio.
"Makasih abang Kai ... Dio seneng abang Kai mau bantuin Dio sama teman-teman tadi, abang Kai hebat, Dio mau seperti abang Kai kalau sudah besar nanti."
Setelah mengucapakan kalimat yang mampu membuat Kai terdiam di tempatnya dengan perasaan menghangat. Dio, si anak kecil berumur lima tahun itu lalu berlari menjauh dan masuk ke dalam panti karena malu.
Siapa yang bocah itu sebut hebat? Dari kecil hingga dewasa seperti sekarang, tidak ada satupun orang yang memujinya hebat walaupun nilai sekolahnya di atas rata-rata, walaupun dia selalu mendapat peringkat di kelas, walaupun dia selalu mencetak prestasi.
Bahkan Kai masih mengingat dengan jelas ucapan ayahnya, kalau dia adalah anak yang tidak berguna, pembuat masalah, dan selalu bikin malu keluarga. Dan bocah tadi menyebutnya hebat. Kai berada di ambang kesadaran saat mendengar kalimat itu terlontar.
Dia berguna, tidak seperti yang Kevin ucapkan padanya. Ya, dia bisa berguna untuk orang lain.
"Makasih udah ngebuat Dio punya tujuan." Kai menoleh ke arah Krystal. "Dio tipe anak pemalu yang setiap ada orang baru dia memilih untuk bersembunyi. Itu kalimat terpanjang yang berhasil aku dengar dari mulutnya saat bertemu orang asing,"
"Dio bilang kalau dia sudah besar, dia mau seperti kamu. Sebelumnya Dio pernah bilang kalo dia nggak mau jadi besar, karena menurutnya orang dewasa jahat-jahat. Berkat kamu, Dio punya harapan bahwa tidak semua orang dewasa itu jahat. Makasih Kai."
Kai mematung, membiarkan perasaan hangat yang menjalar di tubuhnya. Untuk pertama kali ada seseorang yang mengatakan jika dia hebat, dan kata-kata itu keluar dari bibir anak berusia lima tahun. Anak kecil yang tidak pernah tau keberadaan ayah dan ibunya, anak kecil pemalu yang tidak punya tujuan hidup. Anak kecil yang menganggapnya sangat berguna.
"Woi!" Teriakan Chandra dari ambang pintu membuat Kai dan Krystal menoleh. "Buruan masuk! Bahaya kalo berduan mulu, entar kalo lo khilaf berubah jadi tiga." Sambung Chandra kemudian dan tidak lupa menambahkan gelak tawa di akhir ucapannya.
Kai mendengkus kesal mendengar kalimat ambigu dari mulut Chandra. Ingin sekali rasanya dia menyumpal mulu bobrok cowok itu. Kai sendiri pun heran, bagaimana bisa dia mempunyai teman yang otaknya jauh dari kata waras. Tapi, memang teman seperti itu yang Kai butuhkan, tidak bermuka dua dan apa adanya.
"Ayo masuk," Krystal berdiri. "Di sini dingin."
Mata Kai tidak sengaja melihat celana Krystal yang robek di bagian lututnya. Ada luka yang sedikit dalam dan besar di sana. "Lutut lo?"
Krystal terdiam, mengikuti arah pandang Kai pada lututnya sebelum akhirnya dia tersenyum tipis, "Nggak apa-apa, nggak sakit kok."
Tangan Kai menyentuh bagian itu, sedikit menekannya. Sontak Krystal berteriak meringis kesakitan.
"Gue udah pernah nanya belom sih? Apa definisi kata 'nggak apa-apa' yang lo ucapin itu? Lo seneng banget ya ngebohongin diri lo?" Kai berdiri, mensejajarkan tubuh mereka. "Lo nggak perlu berbohong untuk terlihat kuat, gue pengen sekali ajah ngedenger lo ngeluh. Wajar untuk setiap manusia berkeluh kesah, bahkan Superman ajah pernah kalah, pernah lemah."
Kai memangkas jarak di antara mereka. "Sekarang gue tanya, apa yang lo rasain?"
Krystal mengerjap. "Sakit." Jawabnya pelan masih dengan menatap mata Kai. "Lutut aku sakit."
Kai semula hanya tersenyum, namun secara tiba-tiba dia ingin sekali tertawa saat melihat wajah polos gadis itu, kemudian tanpa pernah dia sadari, tangannya terjulur untuk mengacak-acak rambut Krystal karena gemas.
"Nah gitu..."
Krystal tersentak saat merasakan usakan dari tangan Kai di atas kepalanya.
Tunggu.
Kai tertawa? Dia tidak salah lihat kan? Seorang Kaisar Wira Atmadja tertawa hanya karena mendengar jawaban polos dari seorang Krystal Putri.
Kai sendiri berusaha untuk tidak menatap ke arah wajah Krystal yang berada di depannya, tapi seolah memiliki magnet yang menariknya, Kai tidak bisa untuk tidak tersenyum melihat itu.
Menggemaskan.
Kai mendengar suara-suara di kepalanya berdebat, berlomba untuk mengambil keputusan antara melangkah maju mendekat ke arah Krystal, atau pergi sekarang juga dari sana.
Namun, siapa sangka jika satu suara yang coba dia hindari malah berhasil memenangkan perdebatan itu. Kai maju selangkah mendekat, lebih dekat lagi hingga dia bisa mengulurkan tangannya, menyentuh pipi Krystal.
Awalnya hanya sebuah sentuhan kecil, lalu berubah menjadi usapan lembut dan kemudian kedua tangan Kai mulai membingkai wajah Krystal.
Cewek itu menahan napasnya, bersamaan dengan degub jantung yang siap melompat keluar. Krystal tidak sedikit pun menghindar. Apalagi saat dia merasakan jika Kai kini menunduk, mempertemukan ujung hidung mereka, lalu memiringkan wajahnya.
• • •
Hai genks!! ... terima kasih sudah membaca cerita ini.
Jangan lupa ya tekan Like, dan beri komentar. Kalau kalian suka dengan cerita yang aku buat, tolong beri rating bintang lima nya yaa..
terima kasih buat kalian yang sudah mendukung saya membuat cerita ini...
salam sayang,
anna ❤❤❤❤
sdh tidak terhitung berapa kali sudah membacanya... keren banget ceritanya