ig : tri.ani.5249
Hidup ini berjalan sering kali tak sesuai dengan harapan dan keinginan kita, Allah lah yang paling tahu tentang kita dan akhir cerita kita. Aisyah Ratna, seorang agdis belia yang memimpikan bisa menikah dengan seorang pria yang sholeh yang akn membimbingnya, tapi sebuah takdir malah mempertemukan dengan pria arrogant yang jauh dari mengenal agama.
Hatinya begitu hancur saat seseorang yang bernama Kevin Alexander tiba-tiba hadir dalam hidupnya dan meminangnya. Apakah hidupnya akan bahagia setelah menjadi istri seorang Kevin Alexsander? Bisakah ia melupakan cintanya pada seorang pria anak ustad bernama Fahmi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tri Ani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Paket dari gus Fahmi
Aisyah segera masuk ke dalam kamar setelah tamunya pulang, ia mendekap map itu sambil
menangis di dalam kamar. Ia tidak mau sampai ibunya tahu jika ia sedang bersedih saat ini.
Hiks hiks hiks
Aisyah memegangi dadanya yang terasa sesak, ia menutup mulutnya dengan selimut agar
tangisannya tidak terdengar hingga ke luar kamar.
Air matanya tak bisa di bendung lagi, ia tidak tahu harus melakukan lagi, di sisi
lain ada gus Fahmi dan di sini ada adiknya yang harus segera di operasi.
“Ya Allah …, aku kalah aku tahu ini takdir-Mu, tapi kenapa begitu sakit ya Allah …!”
“Bila akhirnya aku harus dengan orang lain kenapa ya Allah engkau dekatkan kami …!”
“Jika memang tidak mungkin bersamanya, lalu kenapa Engkau selalu mempertemukan kami,
ya Allah …!”
Aisyah pun bangun dari tempat tidur, ia meletakkan map itu di atas meja, ia
benar-benar tidak bersemangat untuk menandatanganinya. Ia memilih memakai
kembali hijabnya dan segera keluar dari kamar. Ia segera mengambil wudhu, ia
harus sholat agar hatinya lebih tenang.
Dalam sholat ia terus memohon agar semua ini hanya mimpi, ia terlalu larut dengan kenyataan yang membuatnya kecewa.
“Ya Allah …, hamba hamba-Mu yang penuh dosa. Ya Allah apa begitu tidak pantasnya
aku untuknya ya Allah …!”
“aku selalu menyebut namanya dalam doaku, tapi kau menghadirkan orang lain dalam
hidupku!”
Aisyah bukan berdoa, tapi ia mengeluh pada Allah. Ia tidak bisa memendam kesedihannya,
hanya Allah lah tempatnya untuk mengeluh. Ia mengakhiri doanya dengan meminta
keselamatan atas orang tuanya, keselamatan dunia akhirat.
Belum sempat ia melipat mukenanya kembali, tiba-tiba pintu kamarnya di ketuk.
“Sya …, ada paket untukmu!” ucap bu Santi dari luar kamarnya.
“Iya bu!”
Aisyah pun bergegas melepaskan mukenanya, ia segera menghampiri ibunya. Bu Santi
membawa sebuah paket untuk Aisyah di tangannya.
“Dari siapa bu?”
“Ibu nggak baca, tadi Sya. Itu ada tulisannya!” ucap bu Santi sambil menunjuk
tulisan pengirim di luar bungkus paket itu.
“Makasih ya bu, Ais buka di dalam!”
“Iya …, ibu akan ke pasar, kamu jaga Nino ya!”
Aisyah hanya mengangguk. Ia berusaha keras menutupi matanya yang sembab karena terlalu banyak menangis.
Setelah menyerahkan paket itu, bu Santi kembali mengambil tas belanjanya yang sempat ia taruh di atas kursi ruang tamu dan segera keluar rumah untuk ke pasar.
Aisyah mengurungkan niatnya untuk masuk kembali ke kamar. Ia memilih duduk di ruang
TV, ia tidak menyalakan tv itu, ia memilih membaca siapa pengirim paket itu.
“Fahmi!”
Entah kenapa hanya membaca namanya saja membuat hatinya bergetar, tangannya
juga ikut bergetar bersama paket itu.
Air matanya kembali luluh, “Inikah yang di maksud kejutannya?”
Aisyah segera membuka bungkus paket itu, ternyata sebuah buku yang berjudul ‘laa
tahzan’ karya DR.‘Aidh al-Qarni .
Buku La Tahzan merupakan buku petunjuk cara hidup, dan buku motivasi. Seakan gus Fahmi bisa merasakan apa yang sedang ia rasakan saat ini.
Aisyah memeluk buku itu begitu
erat dengan air mata yang sudah membanjiri seluruh pipinya, ia melipat kakinya
di depan dada, ia menggunakan lututnya sebagai sandaran dagunya. Mendekap erat
buku itu seolah-olah buku itu adalah gus fahmi.
Kemudian ia melihat ada secarik
kertas di dalam kotak itu juga. Aisyah segera mengambilnya dan membukanya. Ternyata
itu sebuah surat tulisan tangan gus fahmi.
//Assalamualaikum
Aisyah …, semoga allah selalu memberikan kebahagiaan untukmu. Jika kamu sidah
membaca surat ini itu berarti kejutan ku sudah datang.
Paket kecil dariku ini semoga menjadi penawar rindu untukmu, jangan terlalu
memikirkan ku karena insyaallah aku akan segera kembali.
Sya aku menemukan buku ini, dan aku rasa begitu pas untuk kamu baca, semoga
bermanfaat untukmu dan orang-orang yang akan menjadi bagian dari hidupmu dan
semoga allah memilihku sebagai bagian dari hidupmu itu …
Buku ini mengajak kita untuk, bergembira dan berbahagia atau optimis dan
tenang, dengan menjalani hidup ini apa
adanya dengan ketulusan dan keriangan.
Ada beberapa hal penting dari buku ini. Diantaranya adalah Buku ini ditulis
sebagai pengetuk hati kita agar selalu ingat akan rahmat dan ampunan Allah,
bertawakkal dan berbaik sangka kepada-Nya, mengimani qadha dan qadar-Nya,
menjalani hidup sesuai apa adanya, melepaskan kegundahan tentang masa depan,
dan mengingat nikmat Allah. Dan juga banyak tips-tips bagaimana mengusir rasa
duka, cemas, sedih, tertekan, dan putus asa.
Yang aku tulis adalah contekan ku dari synopsis buku di halaman belakang hehehe …, semoga saat aku pulang aku bisa
melihat senyummu tanpa beban lagi setelah membaca buku ini …
Sya aku sudah tidak sabar untuk segera menjadikanmu halal bagiku, semoga allah
mengabulkan doa-doaku…
Sampai jumpa nanti dengan hubungan yang halal ya, wassalamualaikum …
Bukannya tertawa senang dengan
surat dari gus Fahmi, tangisnya malah semakin jadi, ia bahkan belum bisa mencari makna dari buku itu, yang ia ingat dari kata yang di tulis oleh gus Fahmi adalah bagaimana ia harus menjalani qadha dan qadarnya Allah dengan sikap tawakal, tenang dan selalu berbaik sangka pada allah.
Kemudian mata Aisyah menemukan
satu benda lagi dalam kotak itu, ada sebuah kotak kecil di dalamnya. Aisyah segera
mengambilnya dan ternyata itu sebuah cincin yang berhias permata di tengahnya
begitu indah.
“Bagaimana aku bisa menerima ini?”
ucap aisyah sambil memegangi dan mencium cincin itu, hatinya benar-benar
meronta, ada secarik kertas kecil di dalam kotak kecil itu. Aisyah kembali
mengambil dan membukanya.
//ada yang tertinggal Sya …, jangan di lihat dari bentuk dan harganya ya …, semoga
benda kecil itu bisa menjadi pengikat kita kelak di hadapan allah …//
Aisyah hanya bisa meremas kertas
itu, seperti itu juga hatinya saat ini. Seperti di remas begitu saja oleh takdir hidupnya.
“kakak kenapa menangis?” Aisyah
tersentak saat menyadari di rumah itu ia tidak hanya sendiri, ada Nino. Nino berjalan
mendekatinya, Aisyah pun dengan cepat memasukkan kembali semuanya ke dalam
kardus itu, ia juga segera menghapus air matanya.
“Sini …, kakak tidak pa pa!” ucap
Aisyah sambil menggeser duduknya agar Nino bisa duduk di sampingnya.
“Kak Ais beneran nggak pa pa?”
“Nggak dek, kakak hanya terharu
saja tadi baca buku itu!” ucap aisyah sambil menunjuk buku yang di kirimkan
oleh gus Fahmi.
“Syukurlah …, aku kira kakak
terluka, maafkan aku ya kak nggak bisa jaga kakak!”
Aisyah segera memeluk adiknya
itu, ia bahkan tidak bisa melakukan apapun untuk adiknya itu.
Bersambung
Jangan lupa untuk kasih dukungan untuk author dengan memberikan like dan komentarnya ya kasih Vote juga yang banyak ya
Happy Reading 🥰🥰😘