Putus karena tahu ternyata hanya dijadikan barang taruhan, bagaimana perasaan kalian? Itulah yang dialami oleh Candra. Mau marah, tapi tidak bisa. Tertekan? Tentu saja, karena tidak bisa meluapkan semua emosinya. Penyebab dari semua ini adalah Arjuno, seorang cowok laknat yang hobinya taruhan.
Butuh waktu bertahun-tahun untuk menyembuhkan luka di hati Candra. Berbagai macam cara dia lakukan demi terlepas dari bayang-bayang Juno. Hingga akhirnya memutuskan terbang ke Paris. Namun ternyata semuanya sia-sia.
Apa yang membuat semua perjuangan Candra sia-sia? Lalu bagaimana kisah Candra ini berlanjut? Akankah Candra menemukan seseorang yang benar-benar mampu menyembuhkannya?
"Jodoh nggak usah dicari, nanti juga datang sendiri." Quotes by Candra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Fujiwara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eric Si Bule Paris
Sebuah panggilan telepon mengejutkan Candra yang sedang berkutat dengan pensil dan kertas. Wanita itu pun meraih ponselnya untuk melihat siapa yang menelponnya. Dengusan keluar dari hidung Candra.
“Halo?”
“Candra, I'm in front of your studio," jawab suara di seberang sana.
“Can! Di depan ada Eric,” ucap Nisa.
“Ckck, si Novi nih pasti yang kasih alamat studio gue.”
Candra pun segera turun untuk menemui pria itu. Benar saja, pria itu berdiri di pintu masuk studio miliknya.
“Kenapa nggak langsung masuk aja?” tanya Candra mengernyitkan dahinya.
“Mau nunggu lo katanya,” jawab Ifi masih memperhatikan Eric.
Candra pun segera keluar dari studio diikuti oelh Nisa dan Ifi dibelakangnya. Melihat Candra keluar dari studio membuat Eric tersenyum cerah.
“How are you, Baby?”
“Baby, matamu,” gerutu Candra. “Masuk!” perintah Candra.
Nisa dan Ifi segera memberi jalan bagi pria jangkung itu. Dua orang itu masih belum paham, mengapa Eric tiba- tiba datang menemui Candra.
Tiga orang wanita itu kompak menatap Eric penuh curiga. Sementara yang ditatap sedang menikmati teh yang baru dibuat Ifi tadi. Nisa, Ifi, dan Candra saling lirik, berbicara lewat tatapan mata seperti sedang telepati.
“Ckck, ngomong aja. Dia juga nggak bakal paham apa yang kita omongin,” ucap Nisa.
“Si Novi nggak ada cerita sama kalian?” tanya Candra.
“Nggak, Novi nggak cerita apapun. Lagian Si Novi juga nggak tau kalo Eric mau ke sini,” jawab Ifi.
Candra mengangguk- angguk membenarkan ucapan Ifi. Novi memang tidak mengetahui jika pria itu datang kemari. Tatapan ketiganya kembali pada Eric.
“Why did you come here?” tanya Ifi.
“I want to go on vacation,” jawab Eric tersenyum menawan. Beruntung tiga wanita itu sudah kebal dengan senyuman cap playboy macam Eric.
“Kenapa liburan di sini? Bali bagus tuh,” celetuk Nisa.
“Dia mana paham, bege,” ujar Ifi menepuk lengan Nisa. “Lagian udah jelas kenapa dia milih ke sini. Ada si Candra, dia cinta mati sama nih anak.”
“You want to accompany me on vacation here, right?” tanya Eric.
“Sorry, I'm very busy. You know there will be another fashion show soon.”
“You are lying. You have left everything to Novi, this is also a fashion show for Novi.”
“Udah temenin aja sih. Ajak kemana kek. Ancol atau Ragunan,” ucap Nisa.
Sementara Candra hanya memijit pelipisnya. Ifi menepuk bahu Candra menunjukkan rasa prihatinnya.
Dan di sini kini mereka berada. Tour pertama untuk Eric adalah Ragunan, wanita itu dengan bodohnya menuruti saran dari Nisa. Keduanya berkeliling untuk melihat- lihat koleksi satwa di tempat ini.
“Is here only a place like this?” tanya Eric yang terlihat sangat bosan.
“Makanya ke Bali aja,” gumam Candra. “Yes. There is only this kind of place,” jawab Candra berbohong.
“But I've searched the internet, there are many good places in Jakarta.”
Candra memejamkan matanya. Lalu Eric menunjukkan hasil pencariannya tentang berbagai tempat bagus di Jakarta.
“Come here, it's only five kilometers from here,” ajak Eric menunjukkan sebuah tempat.
Mau tidak mau pun Candra menurut. Keduanya berpindah tempat. Namun sebuah ide terlintas di benak Candra.
“No need to use a car,” ucap Candra mencegah Eric yang hendak masuk ke dalam mobil yang tadi mengantar mereka.
Eric mengernyitkan dahi mendengar Candra melarangnya untuk masuk ke dalam mobil. Sementara Candra tersenyum dan segera menarik pria itu.
Candra tersenyum puas berhasil mengerjai Eric. Wanita itu mengajak Eric untuk naik angkutan umum bersama dengan penumpang lainnya. Ingin rasanya Candra tertawa ngakak melihat wajah Eric yang tertekan. Bagaimana tidak? Di sebelah kanannya ada seorang bapak- bapak yang membawa seekor ayam dan ayam itu menatap Eric penuh nafsu. Sementara di kiri Eric, terdapat ibu- ibu yang daritadi terang- terangan memelototi Eric. Sepertinya beliau baru pertama kali melihat bule tampan naik angkot.
“Stop, Pak!” ucap Candra, mereka sudah sampai di tempat tujuan.
Kepergian Eric dari angkot tadi membuat beberapa penumpang perempuan mendesah kecewa. Candra menoleh pada Eric yang sedang membersihkan pakaiannya dari debu yang menempel.
“How? Still want to continue your vacation here?” tanya Candra.
“Yes. Come on, let's go in!” ucap Eric menggandeng tangan Candra dan memasuki sebuah tempat wisata.
Candra mendengus, rencananya gagal. Dia pun hanya menurut saja, mengikuti kemana pun pria itu pergi. Namun sepertinya hari ini memang menjadi hari tersial bagi Candra. Di tempat seperti ini saja Candra bisa sangat ‘kebetulan’ bertemu dengan Juno.
“Sial, banget gue hari ini,” ucap Candra menutup wajahnya. Sejak pelemparan sandal itu, Candra belum berani bertatap muka dengan buaya itu. Juga Candra diomeli oleh sang pemilik sandal.
Juno menghampiri Candra dan Eric, begitu pria itu melihat sosoknya. Juno berpamitan pada rekan kerjanya dan segera menghampiri Candra yang berusaha kabur darinya. Pria itu tersenyum miring, kali ini dia tidak akan melepaskan Candra. Namun seketika tatapan Juno beralih pada sosok di samping wanita itu, raut wajah Juno menjadi tak bersahabat.
“Kayaknya gue butuh jimat keberuntungan biar nggak sial mulu,” ujar Candra.
“Tapi kamu keberuntunganku,” kata Juno tersenyum manis. “Dan, siapa dia?” tanya Juno menatap Eric dari atas sampai bawah.
“Jangan lo sentuh dia! Gue serius kali ini, kalo sampai lo rusak wajahnya. Gue bener- bener akan tuntut lo,” ancam Candra berdiri di depan Eric sebagai tameng. Wanita itu tidak mau model paling berharganya akan babak belur.
Juno mengangguk- anggukkan kepalanya. “Oke, kalo gitu kamu ikut aku sekarang. Kamu nggak mau aku sentuh dia, kan?”
“Tapi…”
Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Candra sudah ditarik oleh Juno. Namun tidak disangka, Eric menghentikan mereka.
“Who are you?” tanya Eric menahan tangan Juno.
Juno menatap tangannya, lalu menatap tajam pada Eric. Mengintimidasi pria itu, Candra yang melihat hal itu seketika panik.
“Stop! Oke, gue ikut lo. Tapi sebentar gue telpon temen gue dulu.”
Candra menelpon Ifi untuk menjemput Eric. Tidak lama kemudian wanita itu tiba di tempat mereka. Setelah menitipkan Eric dengan Ifi, Candra dan Juno pergi darisana. Eric yang belum paham akan situasinya ingin mengikuti Candra, tapi Ifi segera menahan tangan pria itu.
“Don't follow them! Where are you going now? I will take you,” ucap Ifi.
“I just want to go together with Candra. Now I'm going back to the hotel,” ucap Eric dan berlalu dari sana.
Ifi mendengus kesal melihat Eric meninggalkannya. “Sabar, Fi. Coba kalo bukan anak kesayangan Candra, habis lo di tangan gue,” geram Ifi.
“What are you waiting for? Come on, quickly take me back to the hotel,” ucap Eric membalikkan badan.
“Cih, dipikir gue tukang ojek lo?”
Ifi pun segera menghampiri Eric dan berjalan menuju pintu keluar. Tidak ada percakapan di antara keduanya ketika sedang menunggu B-car yang Ifi pesan tiba.
“Who was that man?” tanya Eric.
“Candra's ex-boyfriend,” jawab Ifi tanpa mengalihkan tatapannya dari ponsel.
...👠👠👠...
Tertanda: Otor Kyut 😗😗😗
Si Eric model bule