Abraham yang seorang Komisaris Polisi dan Arshinta seorang guru TK. anak-anak Lucifer setelah dewasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linieva, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 27
“Aku, Adley,Shinta dan Ina, kita pernah berada dalam satu ruangan saat di culik.” Ucap Leo lagi.
“Apa?” Satmaka membuka mulut, tercengang.
Nama-nama yang di sebut kan Leo semua menatap nya dengan tersenyum.
“Apakah itu benar? Tapi kau….
“Iya, itu benar. Aku adalah anak kecil yang waktu itu di tolong Shinta saat mereka ingin memperkosa ku.” Ucap Leo.
“Dan aku adalah Ina, sama seperti Leo, aku juga di tolong Shinta…” ucap Ina.
“Kalau aku Adley, sebenar nya nama ku Budi, tapi aku tidak suka nama itu, jadi aku ganti saja dengan nama Adley, dan paman Adam yang membantu ku untuk mengganti nama, hehehehehe…”ucap Adley tertawa.
“Hahahaha….. sama, kalau aku nama sebenar nya Baray, aku tidak suka, jadi aku ganti saja menjadi Leo…biar hebat kan…” Leo pun ikut-ikut an memamerkan nama nya.
Suasana yang akrab dan dekat, tidak ada jarak dan kecanggungan lagi.
“Hhhmm….berarti hanya aku saja yang beda dari kalian ya.” Abraham sedikit kecewa.
“Kak, jangan lupa dengan ku dan yang lain nya.” Oksana pun ikut memberikan komentar nya.
Gwen mengangguk.
“Tapi aku bertemu dengan Abraham itu tidak di rencanakan loh, bertemu saat bertugas saja.” Adley mengatakan awal pertemuan nya.
“Sama, aku juga. Aku dan Shinta bertemu secara tiba-tiba…..
“Dan dia sempat menuduhku penculik anak!” Arshinta memotong ucapan Satmaka.
“Iya kan aku juga tidak tahu. Wajar lah….
“Kau bilang itu anak mu, lalu di mana isteri mu? Jangan bilang kalau kalian lagi bertengkar dan kau datang kesini untuk menghindar?” Adley bertanya, karena melihat ada anak kecil. Dan dia juga penasaran dengan ibu dari Rakha, yang di katakan sebagai anak Satmaka.
Satmaka diam. Semua menunggu jawaban.
Seperti tidak ingin membicarakan nya.
“Sebenar nya…. Rakha bukan anak kandung ku…”
“Hhhaaahhh???”
“Lalu anak siapa?” sekarang Leo bertanya lagi.
Semua memang terkejut, apalagi Arshinta.
“Cerita nya panjang….
“Ceritakan saja!!” kompak Arshinta dan lain nya berbicara dengan suara keras karena memang sangat penasaran.
Sebelum menceritakan nya, dia lihat Rakha yang sedang bermain sendiri. Anak kecil yang berusia 4 tahun lebih, sedang asik bermain
puzzle.
“Dia anak dari adik perempuan ku, Fenara Kamaniai Harun, saat ini usia nya 25 tahun. ketika umur nya baru menginjak 18 tahun, dia di culik beberapa pria……mengurung nya selama beberapa bulan…..”
Di sini Satmaka berhenti bicara, seakan membuka kenangan buruk nya lagi.
Arshinta tahu, kalau itu sangat berat untuk di bicarakan, dengan lembut dia menepuk pelan bahu Satmaka.
“Saat itu aku sudah berusaha untuk mencari nya, tapi tidak menemukan celah, hingga dia kabur, dia berlari sendirian di tengah malam, dan di temukan warga sudah dalam keadaan setengah telanjang…….orang yang pertama
kali mengetahui nya adalah asisten ku, dan dia memberitahukan pada ku…..”
“Dan saat aku melihat nya….. dia….. menangis dan menjerit, dan saat itu juga dokter yang memeriksa nya mengatakan kalau dia sedang….. hamil..”
“Dan…..anak itu adalah Rakha Ivander Harun…yang juga sudah ku anggap sebagai anak kandung ku.” Ucap Satmaka tersenyum melihat Rakha yang sesekali tersenyum pada nya.
Suasana yang ramai tadi berubah senyap. Diam.
“Waktu itu kau bilang kalau….mama nya ada di rumah sakit, dia sakit apa?” tanya Ina dengan suara pelan.
Satmaka melihat Ina sebelum menjawab.
“Dia……dia mengalami gangguan jiwa…. Ternyata itu sudah mulai sejak pertama kali dia di temukan warga. Dia trauma dan ketakutan. Beberapa kali dia memukul perut nya, menekan nya, menjatuhkan tubuh nya. Menangis setiap hari……..aku….aku…..
Satmaka tidak bisa melanjutkan pembicaraan nya, dia pun menangis.
Walaupun dia laki-laki, perasaan kesedihan dan terluka nya tidak bisa di tahan.
Tangan nya mengusap air mata yang sudah keluar dari mata nya.
“Aku sebagai kakak nya….. tidak bisa….tidak bisa menjaga…nya….aku yang…terlalu sibuk…..dan dia yang…sedang membutuhkan perhatian ku….tapi aku….
“Sudah, jangan menangis lagi… tidak ada yang bisa di salahkan dari semua kejadian ini. Yang sekarang bisa kita lakukan adalah
memperbaiki diri dan menerima dengan ikhlas dan sabar.” Arshinta yang duduk di
samping nya berusaha menenangkan Satmaka.
“Kenapa kau menyalahkan diri mu? Kan ada orang tua mu yang…..
“Tidak….mereka tidak ada…….tiga tahun setelah aku lepas dari penculikan itu, orang tua ku meninggal dalam kecelakaan saat pulang dari acara ulang tahun perusahaan rekan nya. Dan sejak saat itulah aku yang sibuk mengatur perusahaan, aku di ‘paksa’ untuk bisa bekerja. Tentu saja aku mempunyai karyawan-karyawan papa yang setia dan tulus membantu mengajari ku, walaupun tidak banyak, tapi ada sedikit kelegahan. Kami hanya tinggal berdua saja, adik ku yang selalu ku batasi untuk bertemu dengan ku, karena aku yang sudah mulai setres dan kelelahan. Dan di malam itu….. tanpa sepengetahuan ku dia di culik…. Dan….. dan….. aku tahu dia di culik setelah seminggu…….. betapa bodoh nya diri ku….. kakak yang tidak bisa menjaga adik nya….” Satmaka yang sudah tidak bisa menahan air mata nya lagi.
Arsinta spontan memeluk Satmaka, memberi nya semangat dan kekuatan.
Hampir semua yang ada di situ ikutan menangis, apalagi Eva dan Lisna.
Karena mendapat pelukan dari Satmaka, dia pun menangis sepuas nya.
“Kau sudah hebat kok, di usia mu yang masih kecil, sudah bisa bertahan, tidak banyak orang yang bisa seperti itu.” ucap Arshinta
memberikan semangat pada nya.
Rakha melihat papa nya yang menangis.
“Papa…..papa kenapa?.... kenapa menangis pa?” Rakha berdiri, menghampiri Satmaka.
Satmaka menghentikan tangis nya, di bersihkan dulu air mata lalu menggendong Rakha dan memangku nya.
“Tidak apa-apa kok sayang, papa tidak menangis lagi.” Satmaka berusaha untuk tersenyum.
“Iya sayang, papa kamu enggak nangis kok, jadi Rakha juga jangan menangis ya.” Arshinta pun ikut menenangkan Rakha, mengusap kepala nya.
“Kalian seperti satu keluarga ya..” celoteh Sakya spontan.
Semua nya melihat Sakya yang tiba-tiba terdiam.
Setelah puas bercerita, keadaan kembali normal. Semua nya tertawa dan mengobrol santai lagi, walaupun sebenar nya mereka masih teringat dengan keadaan dan penderitaan yang di alami Satmaka.
“Waktu itu aku juga sempat menyalahkan diri ku karena tidak bisa menjaga Arshinta, sampai aku jadi terlalu posesive pada nya.” Gumam Abraham.
Abraham melihat adik nya Arshinta dan Satmaka.
“Tapi kenapa kita bisa bertemu seperti ini ya?” tanya Satmaka dengan nada yang normal.
“Mungkin karena di kehidupan yang lalu kita adalah sahabat-sahabat yang kuat dan saling berjanji untuk tetap bersahabat di setiap
kehidupan kita.” Ucap Leo berlagak yang paling berpengalaman.
Semua melihat Leo, lalu tertawa bersamaan.
Cemilan dan potongan buah sudah beberapa kali di tambah. Gelas kopi juga sudah di isi.
.
.
.
Yuks....Yuks....Jangan lupa Like N Vote nya kawan...