NovelToon NovelToon
Pura-pura, Menjadi Istri Tuan Muda Calvino

Pura-pura, Menjadi Istri Tuan Muda Calvino

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Pengganti / Nikah Kontrak / Obsesi / Beda Usia / Identitas Tersembunyi / Tukar Pasangan
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Teriablackwhite

Caroline Damanik Dzansyana, hanya gadis malang berprofesi sebagai koki dessert di sebuah restoran Itali, dia diberatkan hidup karena harus membiayai rumah sakit ibu angkatnya yang koma selama satu tahun terakhir ini karena sebuah kecelakaan tragis.

Lalu, di suatu hari, dia dipertemukan dengan seorang wanita berwajah sama persis dengannya. Dia pikir, pertemuan itu hanyalah kebetulan belaka, tetapi wanita bernama Yuzdeline itu tidak berpikir demikian.

Yuzdeline menawarkan perjanjian gila untuk menggantikan posisinya sebagai istri dari pewaris Harmoine Diamond Group dengan bayaran fantastis—300 Milyar. Namun, Caroline menolak.

Suatu malam, takdir malah mempertemukan Caroline dengan Calvino—suami dari Yuzdeline dan menimbulkan kesalahpahaman, Calvino mengira jika Caroline adalah istrinya, sehingga dia menyeretnya masuk ke hidupnya.

Sejak saat itu, Caroline tidak pernah bisa kembali ke hidupnya. Bagaimanakah kisah selanjutnya? Apa yang akan Caroline lakukan untuk kembali ke hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Teriablackwhite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 12—PPMITMC

HAPPY READING

_________________________________

‘Jika aku gak ada dan kamu nikah lagi, pastikan kalau kamu bertanggungjawab terhadap istrimu. Sayangnya Karmelita adalah yang terbaik, kamu adalah laki-laki yang membunuh pandanganku, bahwa berumahtangga seindah itu.’

‘Kamu tahu, kalau aku adalah anak dari selingkuhan papa. Ibu tiriku sangat membenciku dan papa selalu terdoktrin, dia selalu percaya dan tak segan menyalahkanku.’

‘Calvino Sayang ..., aku selalu mencintaimu, meski aku tiada, jika kamu gak menginginkan wanita itu, tolong kembalikan dengan baik, bagaimanapun dia adalah manusia, lalu ..., aku akan datang ke mimpi wanita pilihanku.’

Mungkin ..., obrolan ini saat itu hanyalah obrolan random yang dilakukan Calvino dengan mendiang istrinya. Hari itu tepat dua sampai empat bulan sebelum Karmelita mengembuskan napas terakhir karena melahirkan.

Calvino kembali mengingat wajah pucat istrinya, meski senyum itu membingkai begitu indah di wajahnya yang cantik nan murni, pria itu bisa mengingat bahwa embun di matanya sedang bicara hal lain.

Diremas angin di sisinya sebelum ia mengalihkan perhatian pada hal lain. "Karmelita," tandasnya setelah sekian lama dia berdiam, membiarkan sahabatnya menantikan jawaban.

Narendra Pratama Reynald senantiasa menantikan kelanjutan obrolan yang menggantung tadi. Sahabat karib Calvino ini menghela napas, ia terdengar berat nan mengiba.

"Pesan Karmelita untuk tetap menjadi lelaki bertanggungjawab. Tapi, kamu udah menyakitinya, dan kamu udah mengabaikan pesan mendiang istrimu," tukas Narendra.

Bukan ingin menggurui, hanya saja Narendra tak ingin sang sahabat berbuat lebih jauh dari ini, sikapnya sudah terlalu berlebihan, hanya untuk membuat Yuzdeline menyerah agar orang tuanya berhenti.

Seketika Calvino termenung. Namun, bukan untuk tersadar, lelaki ini hanya teringat ada pesan Karmelita yang tak dia penuhi. Seraya melenggang jauh ke tengah ruangan, lelaki itu mendelik, lalu tersengih.

Dia hempas tubuh ke sofa sambil menyibak rambut ke belakang. "Ya! Udahlah, gak usah pedulikan. Yuzdeline itu keras kepala, pemarah dan yang paling aku benci, dia membohongi dirinya sendiri," tandasnya.

"Ah, aku paham. Ini soal hubungannya dengan kakak angkatnya, 'kan?" sahut Narendra di balik panggilan telepon tersebut.

"Eum," gumamnya bersandar pada sofa yang dia duduki. "Jelas kalau mereka seperti pasangan, lalu ..., kenapa dia masih bertahan di pernikahan yang gak dia inginkan, dan membuat kegaduhan setiap saat."

Calvino mengurut dahi sesaat kepalanya tersandar di bahu sofa dengan kaki dijulurkan ke atas meja kaca. "Aku membantunya, agar dia kembali ke kehidupan yang dia mau, tapi dia keras kepala, dan masalah kita menjadi kompleks."

"Ada alasan lain yang lebih kuat, mungkin aja dia mendapatkan desakan dari orangtuamu atau orangtuanya." Alasan Narendra sangat masuk akal.

Mengingat baru saja Calvino mendengar dari mulut Caroline, jika pernikahan mereka merupakan perjanjian di atas secarik kontrak.

Calvino membuka mata setelah beberapa waktu dia pejamkan sampai lengan tertahan di atas dahi. "Iya. Dia baru saja bilang, kalau kami menikah kontrak, dan ada di tangan mama dan papa."

"Nah itu, istrimu udah terbuka, jadi sekarang coba lebih ringan sedikit, jangan terus membuatnya marah, seenggaknya sampai kontrak itu berakhir, dan secepatnya kamu cari tahu isi kontrak itu," saran Narendra.

Calvino kembali memejamkan mata dan menekan matanya menggunakan telapak tangan kanan, sejenak dia berhembus, tidak sekali, melainkan berkali-kali.

"Jika dia yang pertama dikenalkan denganku, wanita keras kepala, egois, angkuh, dan dia selalu meremehkan orang lain, serta selalu berkata kasar pada anakku, mungkin aku gak akan mengubah pandangan, tapi ...." Calvino berucap sambil tersengih.

Hal tersebut membuat Narendra di balik seberang panggilan telepon tersebut, terheran-heran. "Ada apa, nih? Sepertinya ada yang aku lewatkan, kok kamu kayak yang ...."

"Ya! Entah apa yang dia makan selama satu Minggu di luar rumah, yang jelas sikapnya jauh lebih menyenangkan, dia ...."

Cantik, menarik dan menggemaskan. Ekspresi manjanya, cara bicaranya yang lembut, membuatku menjadi tersentuh.

Meski benci jika aku malah berpikir seperti ini, tapi Yuzdeline hari ini, sungguh membuatku gila karena tingkah konyolnya.

Batin Calvino malah mengoceh sendiri.

Sampai akhirnya napas berat berhembus, menandakan jika lelaki ini sedang melangkah jauh ke alam bawah sadarnya.

Narendra di seberang panggilan telepon itu terkekeh. "Heh! Woi ...! Malah tidur nih bocah," seru Narendra tak habis pikir dengan sahabatnya.

"Si kampr*t, beneran tidur. Masih teleponan, malah tidur, udah gila kayaknya dia," gerutu Narendra di sana.

Berselang beberapa waktu dari itu, panggilan telepon terputus, bertepatan dengan turunnya seorang pelayan yang diperintahkan Calvino untuk melayani Caroline.

Disusul oleh Caroline sendiri yang berjalan kebingungan di bangunan megah itu. Gadis itu seperti berjalan di tengah istana fantasi yang sering dia baca di manhwa, atau karakter-karakter fictional.

Dalam balutan lingerie putih dengan lace robe berwarna senada, gadis cantik itu menyusuri lantai dua dengan sorot mata menjulang ke langit-langit.

"Wow ...." Caroline berseru, terpukau dengan keindahan dan kemewahan yang terpajang di sana.

Langit-langit lantai dua mansion itu menjulang tinggi dengan detail yang begitu menawan. Ornamen ukiran klasik berlapis emas menyatu indah dengan lengkungan arsitektur bergaya Eropa.

Tepat di tengahnya, sebuah chandelier kristal raksasa menggantung megah, memantulkan cahaya berkilauan ke seluruh ruangan. Cahaya lampu itu menari di permukaan marmer lantai dua, menambah kesan anggun dan agung.

Langit-langitnya dicat dengan gradasi warna ivory lembut, dihiasi lukisan mural tipis bergaya renaissance yang membuat siapa pun yang menengadah merasa seperti berada di dalam galeri seni.

"Persis istana di dunia fantasi yang sering aku baca di manhwa atau sejenisnya," gumam gadis itu.

Tepat di susuran tangga, gadis itu terbentur, lututnya seketika berdenyut. "Aw," keluh Caroline mengusap lutut sambil mengernyit.

"Stop! Berhenti terpukau dan merasa nyaman di sini," katanya menepuk pipi. "Kamu gak boleh diem aja, harusnya kamu cari cara melarikan diri dari sini, ini bukan tempatmu, Caroline," sambungnya bertekad diakhirnya embusan napas yang melegakan.

Langkah berbisik ke anak tangga, gadis itu berjinjit sambil mengawasi sekeliling bangunan megah itu. Melirik ke kiri dan kanan secara bergantian sambil berpegangan pada susuran tangga.

Menggantung di sana setiap langkah yang dia urai, perlahan dia menuruni tangga sampai dua kaki kecil tanpa alas kaki itu tiba di lantai satu.

"Caroline ..., tenang, tenang ..., kamu harus tenang biar bisa keluar dari sini," gumamnya berpeluk tangan di depan dada, "Kamu bukan Nyonya Yuzdeline. Lagian, Nyonya itu ada di mana, sih, sekarang? Kok bisa dia ninggalin suaminya yang suka ya tantruman ini."

Caroline merakit langkah, meramu jejak sampai dia melewati sofa di ruang tengah, hingga dia tiba di bawah Chandelier crystal raksasa, suara deham seorang lelaki menghentikannya.

"Ekhem."

Degh!

Tubuh yang membungkuk sedang dalam mode pelan-pelan untuk melarikan diri itu lekas menegak. Dia terengah-engah karena terkejut oleh suara itu.

Caroline menunduk dengan mata dipejamkan kuat-kuat. "Aish ..., tolong ..., jangan sekarang, aku mohon, aku harus kembali, besok aku harus kerja, kalau gak datang aku bisa dipecat. Aku masih butuh uang," rengeknya dengan suara lirih, bahkan dia menadahkan dua tangannya.

Pelan-pelan Caroline melirik ke belakang dan melihat Calvino terlelap di sana, kepala yang tertahan di atas bahu sofa mulai turun ke kiri, kepalanya melengkung ke samping.

Bahkan sebelah kakinya turun dan melempai tak berdaya, sedang kaki lain tetap berada di atas meja, di sisi lain tangannya terjatuh bersamaan dengan ponsel yang melepaskan diri dari genggaman.

Caroline mengernyit, dia merasa kasihan dengan posisi tidur lelaki itu. "Ck, ck, ck," decaknya menggeleng.

Seraya berkacak pinggang, gadis itu tanpa sadar malah mendekat. "Lihatlah laki-laki keras kepala dan pendendam ini, tidur aja gak bisa ngurus diri sendiri," gumamnya seraya menaikkan sudut bibir.

Pelayan wanita tadi membawakan sebuah selimut tebal berwarna grey. "Nyonya, Tuan Calvino sering tidur di sini karena pekerjaan, biar saya yang atur posisinya, Anda bisa kembali istirahat."

"Gak perlu. Biar saya, kamu kembali aja," bantah Caroline mengulurkan tangan untuk meraih selimut dari pelayan itu.

"Baik, Nyonya." Pelayan itu memberikan selimut ke tangan Caroline.

Setelahnya dia benar-benar pergi dari ruang tengah. Caroline bernapas lega sesaat ditinggal pelayan itu. "Gawat. Kalau dia masih di sini, gimana aku bisa melarikan diri."

"Gak apa-apa kalau aku pakai baju ini, yang penting aku bisa melarikan diri dari sini," tambah Caroline menoleh ke arah lorong perginya pelayan tadi.

Tiba-tiba, suara tawa meracau terdengar begitu dekat di telinga Caroline, membuat gadis itu kembali terdiam, menegang.

"Melarikan diri? No, babe, that won't happen." (Tidak, Sayang, itu gak akan terjadi.)

To be continued ....

1
Queen Alma
Waahh, anganku melayang jgn2 Calvino mau main sosor anak org dah 🙈🙈
Queen Alma
apa ini permainan Yuzdeline?
Queen Alma
Dennis takut ketahuan yaaa kalau itu Bunda Caroline bukan Mama Yuz
Queen Alma
kan Caroline di rumah Calvino ya, trus yg mengundurkan diri itu siapa? 🤔🤔🤔
Davika15
Ikatan apa nih
Davika15
Meski ucapannya bener, tapi Yuzdeline terlalu kasar
Queen Alma
kira2 ngambil apa ya Dennis
Queen Alma
weh, untung banyaaakk 😭😭🤧🤧🤧
Teriablackwhite: Lumayannn, daripada gratisan katanya
total 1 replies
Queen Alma
mukegileeee 😅😅😅😅
Queen Alma
timpuk aja sih, nyebelin bgt Calvino 😅😅🤭🤭
Queen Alma
kasian Caroline 🤭🤭🤭
Moga aja Calvino gk kebablasan
Teriablackwhite: Gak kok, amann
total 1 replies
Queen Alma
Jangan Cal, dia bukan istrimu, jgn main sosor karena cemburu ya 🤏🤭
Teriablackwhite: Perasaan cemburu muncul pas Caroline, sebelumnya dia mana peduli 😂
total 1 replies
Queen Alma
ketika istrinya pulang Calvino udah jatuh cinta sama Caroline heheeee
Queen Alma
entahlah, apa yg diinginkan Marisa sebenernya, bkin pusing aja 🤭😅
Queen Alma
disaat Calvino mulai sedikit kasihan eh yg di rumah lain Yuzdeline 😅😅😅

nasib mu yuz, anyep bgt
Queen Alma
apa Calvino bakalan dapat jawabannya dari Marisa?
Queen Alma
kebalik, padahal Marisa sendiri yg kaya bgtu
Queen Alma
nah kan skrg semua org salah sangka, semoga Marisa bisa merestui mereka nntinya saat tau kebenarannya
Teriablackwhite: Semoga, ya /Sob/ soalnya Marisa lumayan serakah
total 1 replies
Queen Alma
ini, bapaknya aja nyaman, apalagi anaknya nnti, makin lengket dh mereka sama Caroline
Teriablackwhite: Anaknya jadi saingan bapaknya 😄
total 1 replies
Queen Alma
Calvino jgn encum dia bukan istrimu weh 😭😅
Teriablackwhite: si Calvino emang agak Laen 🤭 sebelumnya gak pernah mau lirik, yang ini diterobos
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!