My Hot Daddy

Nesya bersiap-siap mandi seperti perintah Bibi. Bukan untuk menyambut kepulangan Daddy-nya, melainkan untuk segera pergi dari rumah ini. Nesya masih belum siap untuk bertemu dengan Daddy Ansel. Sudah begitu dalam luka yang dia torehkan hingga membuatnya enggan menemui pria itu.

Nesya sudah siap dengan sweater kedodoran berpadu dengan hotpants yang melekat pas di tubuhnya. Rambutnya dikuncir membuatnya terlihat imut. Nesya mengambil tas selempangnya yang sudah diisi dengan barang-barang yang menurutnya penting.

Nesya harus pergi sekarang juga, sebelum laki-laki jahat itu sampai. Nesya berjalan mengendap-endap menuju pintu utama.

Huh untung saja tidak ada yang menyadari kepergiannya di rumah ini. Semuanya sibuk menghias rumah dan menata tata letak perabotan. Heh memangnya sebegitu pentingnyakah orang yang akan datang itu, sampai rumah juga harus ditata ulang.

Nesya melongos lalu dengan cepat meninggalkan rumah itu. Taksi online yang sudah dipesannya sudah terparkir di depan rumah. Nesya tidak peduli lagi pada Pak Ahmad, penjaga satpam rumah yang melihatnya.

"Jangan kasih tau Nenek ya Pak..." Nesya berteriak dari dalam mobil pada Pak Ahmad yang melihat kepergiannya. Nesya mengerlingkan matanya penuh canda pada Pak Ahmad. Pak Ahmad mengacaukan jempolnya seraya tersenyum jenaka pada Nona mudanya itu.

Nesya menikmati perjalanannya di dalam mobil itu. Memejamkan matanya sejenak untuk menenangkan hatinya. Nesya merasa lega, karena akhirnya bisa keluar dari rumah itu.

Setelah kira-kira satu jam perjalanan, Nesya akhirnya sampai di sebuah rumah sederhana namun terlihat asri, dipenuhi dengan hamparan bunga-bunga di halamannya. Nesya membayar ongkosnya, lalu turun dari mobil. Wajahnya dengan ceria berjalan memasuki rumah itu.

"Oma...Opa..." Nesya berteriak setelah sampai di dalam rumah.

"Oma...Opa..." Nesya masih memanggil mereka sambil berjalan menuju belakang rumah. Dan benar saja, orang yang dia cari sedang duduk manis di sana sambil menikmati secangkir teh.

"Nesya..." Oma melihat cucunya dengan senyum merekah di bibirnya. Nesya menghampirinya, lalu memeluknya setelah menghadiahkan kecupan manis di kedua pipinya, begitu juga dengan Opa.

"Oma Opa, Nesya kangen..."

"Oma juga kangen..." Nesya kembali memeluk cucunya itu.

"Kemana aja kamu, kok jarang berkunjung kemari..." Sambil membawa Nesya duduk di kursi.

"Maaf ya Oma, akhir-akhir ini banyak les tambahan Oma. Jadi Nesya nggak sempat datang..." Nesya terlihat merasa bersalah, karena terlalu fokus dengan pelajarannya, dia sampai lupa dengan orang tua dari Mommynya.

"Iya nggak apa-apa. Oma ngerti kok. Asal kamu rajin belajarnya, Iya kan Opa?"

Opa mengangguk tersenyum, menanggapi sang istri.

"Gimana kabarnya Kakek Nenek kamu?"

"Mereka sehat Oma..."

"Syukurlah. Oh ya kamu udah makan? Tadi pagi, kebetulan Oma masak makanan kesukaan kamu."

"Nesya udah makan kok Oma. Nesya mau di sini aja sama Oma, sama Opa. Nesya kangen..." Ucap gadis itu manja sambil menyandarkan kepalanya di bahu Opanya, dan tangannya tangannya memeluk tangan Oma. Hanya kepada kedua orang inilah, Nesya bisa berubah menjadi manja. Karena hanya Karena hanya mereka yang selalu ada untuknya, jika Nesya membutuhkan.

Andai saja Kakek Hutama mengizinkannya, Nesya sangat ingin tinggal bersama Oma dan Opa.

Kedua pasangan paruh baya itu saling memandang. Heran akan sikap cucunya hari ini. Tidak biasanya cucu mereka mengatakan hal seperti itu.

"Kamu lagi galau ya?"

Nesya menggeleng, "Terus?"

"Nesya nggak apa-apa kok Oma." Nesya menatap keduanya bergantian. "Oma Opa... Nesya boleh tinggal di sini....?"

TBC ☘️☘️☘️

JANGAN LUPA LIKE DAN VOTENYA YAAA 😀😀