NovelToon NovelToon
Kebangkitan Dewa Pedang Abadi

Kebangkitan Dewa Pedang Abadi

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Kelahiran kembali menjadi kuat / Romantis / Epik Petualangan / Reinkarnasi / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Nugraha

Cerita ini adalah kelanjutan dari Reinkarnasi Dewa Pedang Abadi.

Perjalanan seorang dewa pedang untuk mengembalikan kekuatannya yang telah mengguncang dua benua.

Di tengah upaya itu, Cang Yan juga memikul satu tujuan besar: menghentikan era kekacauan yang telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu, sebuah era gelap yang pada awalnya diciptakan oleh perang besar yang menghancurkan keseimbangan dunia. Demi menebus kesalahan masa lalu dan mengubah nasib umat manusia, ia kembali melangkah ke medan takdir.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nugraha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27 : Pedang Apa Ini?

Setelah transaksi selesai Cang Yan keluar dari ruangan tersebut bersama Xue Er. Saat mereka hendak meninggalkan paviliun suara Feng Lingshan terdengar, "Saudara Li, tunggu sebentar."

Cang Yan dan Xue Er seketika berhenti, lalu menoleh ke arah Feng Lingshan yang sudah mendekati mereka dengan kipasnya yang terus dikibaskan dengan santai.

"Ada apa lagi?" tanya Cang Yan dengan suara datar.

Feng Lingshan hanya tersenyum tipis sambil mengeluarkan sebuah token kecil dari sakunya.

"Ini adalah token identitas untuk Saudara Li. Karena Saudara Li telah berkunjung ke paviliun ini dan membeli barang berkualitas tinggi, paviliun kami memberikan token ini sebagai tanda penghargaan. Jika Saudara Li membutuhkan barang lain di masa depan, cukup tunjukkan token ini kepada penjaga. Mereka akan membawamu langsung ke lantai atas tempat barang-barang istimewa disimpan."

Cang Yan memandangi token itu sejenak sebelum menerimanya. Ia tersenyum tipis kepada Feng Lingshan.

"Terima kasih," ucapnya singkat.

Namun, saat Cang Yan hendak berbalik untuk pergi, Feng Lingshan kembali bertanya, "Apakah Saudara Li datang ke Kota Shengdu untuk menonton kompetisi antar sekte dua hari lagi?"

Pertanyaan itu membuat Cang Yan dan Xue Er terkejut. Mereka saling berpandangan sebelum Cang Yan menganggukan kepalanya pelan.

"Kalau begitu, bagaimana kalau Saudara Li datang bersamaku? Apakah Saudara Li memiliki undangan?" tanya Feng Lingshan sambil menatap penuh minat.

"Tidak," jawab Cang Yan singkat.

Feng Lingshan mengangguk dengan mengerti. "Lebih baik datang bersamaku untuk memasuki area kompetisi, kalo membawa kartu undangan khusus kita akan mendapatkan tempat VIP. Dengan begitu Saudara Li akan mendapatkan akses yang lebih mudah."

Cang Yan melirik sekilas ke arah Xue Er. Sebenarnya dia tidak berniat hanya menonton kompetisi. Tujuannya adalah bergabung dengan Sekte Pedang Langit dan menjadi peserta.

Namun, melihat situasi sekarang, sepertinya akan sulit baginya untuk langsung bergabung tanpa akses khusus.

"Apa ada cara lain untuk menjadi peserta?" gumam nya pelan.

Feng Lingshan tidak mendengar gumaman itu dengan jelas, tetapi melihat Cang Yan akhirnya mengangguk menerima tawarannya, Feng Lingshan tersenyum puas.

"Bagus. Dua hari lagi aku akan menunggumu di gerbang masuk arena kompetisi," ujarnya sebelum berbalik dan pergi.

Cang Yan dan Xue Er pun melanjutkan langkah mereka meninggalkan Paviliun Senjata.

Di tempatnya berdiri, Feng Lingshan masih menatap punggung Cang Yan yang semakin menjauh hingga akhirnya menghilang dari pandangan.

Ia mengusap dagunya sambil bergumam, "Aku harus memberitahu Guru tentang orang ini. Seseorang yang mampu mengenali bahan-bahan senjata hanya dengan sekali tatapan… Mungkin dia bisa membantu Guru memecahkan masalah dengan senjata yang sedang beliau perbaiki sekarang."

Cang Yan dan Xue Er telah meninggalkan Paviliun Senjata. Mereka berencana mencari penginapan untuk dua hari ke depan. Namun, tiba-tiba Cang Yan berhenti melangkah membuat Xue Er yang berjalan di belakangnya tidak sempat menghindar dan menabrak punggungnya.

"Aduh. Maaf Senior.." Xue Er buru-buru mundur selangkah, wajahnya seketika memerah karena malu.

Cang Yan hanya tersenyum tipis. "Apa kau sedang melamun?" tanyanya dengan nada tenang.

"Ti… tidak Senior." Xue Er segera menggelengkan kepalanya sedikit panik.

Tanpa berkata-kata lagi, Cang Yan mengangkat tangannya dan mengeluarkan sebuah pedang dari cincin penyimpanannya. Ia kemudian menyerahkannya kepada Xue Er.

"Pedang ini untukmu," ucapnya singkat.

Xue Er menatap pedang di hadapannya dengan mata penuh keterkejutan. Perlahan ia meraihnya dan seketika ia merasakan aura yang seolah menyatu dengan tubuhnya.

"Coba alirkan energi spiritualmu ke dalam pedang itu dan rasakan auranya," kata Cang Yan.

Xue Er mengalirkan energi spiritualnya ke pedang dan kemudian terkejut dengan respons pedang tersebut. Ia bisa merasakan hubungan yang begitu kuat antara dirinya dan senjata itu.

Sementara itu Cang Yan tetap tenang seolah sudah menduganya sejak awal. Ia tahu bahwa Xue Er memiliki energi unik di dalam tubuhnya sesuatu yang berhubungan dengan elemen air.

"Senior, pedang apa ini? Kenapa auranya terasa begitu familiar denganku?" tanya Xue Er dengan penuh rasa ingin tahu.

"Pedang ini sangat cocok untukmu, karena kamu memiliki energi spiritual yang berunsur air," jawab Cang Yan dengan tenang.

"Berunsur air?" Xue Er mengulang kata-kata itu, matanya membesar karena terkejut. "Apa energi spiritualku benar-benar berunsur air Senior?" tanyanya masih sulit percaya.

Selama ini, meskipun ia telah berkultivasi sampai saat ini, ia sama sekali tidak menyadari bahwa energi dalam tubuhnya memiliki elemen tertentu.

Cang Yan mengangguk. "Sejak pertama kali aku bertemu denganmu, aku sudah merasakan bahwa energi yang kau miliki adalah elemen air."

Xue Er menunduk mencerna kata-kata itu. "Aku sama sekali tidak pernah mengetahuinya… Bahkan Ayah pun tidak pernah memberitahuku tentang hal ini," gumamnya dengan lirih.

"Mungkin ayahmu juga tidak menyadarinya," kata Cang Yan.

"Dan pedang yang kau pegang ini juga berunsur air. Itulah sebabnya energi spiritualmu dan pedang ini sangat cocok satu sama lain."

Xue Er menggenggam pedang itu lebih erat, kini semuanya masuk akal. "Jadi itulah alasan Senior memilih pedang ini untukku… Senior sudah mengetahuinya sejak awal," katanya dengan suara lembut dan matanya bersinar dengan rasa kagum.

Cang Yan menatapnya sekilas sebelum berkata dengan tenang, "Di dalam pedang itu terdapat jiwa binatang yang masih lemah. Saat kau mencapai tahap Roh Pemula nanti, kau akan bisa merasakan dan mengenali jiwa binatang yang tersembunyi di dalamnya."

Xue Er terkejut mendengar hal itu. "Jiwa binatang?" ulangnya dengan suara penuh rasa ingin tahu.

Namun, Cang Yan tidak menjelaskan lebih lanjut. "Untuk saat ini, kita cari penginapan dulu untuk beristirahat," ujarnya sambil mulai melangkah.

Xue Er masih terpaku di tempatnya, pikirannya dipenuhi oleh pertanyaan tentang jiwa binatang yang ada di dalam pedangnya. Ia ingin bertanya lebih banyak, tetapi hari sudah mulai sore dan mereka memang perlu mencari tempat untuk bermalam.

Saat akhirnya tersadar, ia melihat Cang Yan sudah berjalan cukup jauh di depannya. Xue Er langsung melongo. "Senior, tunggu..." serunya dengan panik lalu segera berlari kecil mengejar Cang Yan.

Akhirnya, mereka tiba di sebuah rumah dengan halaman yang luas. Tempat itu cukup nyaman untuk mereka tinggali sementara. Tanpa ragu mereka memutuskan untuk menyewanya selama dua hari ke depan sebagai tempat beristirahat sebelum kompetisi dimulai.

Malam semakin larut. Cang Yan dan Xue Er pun kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat.

Di dalam kamarnya Cang Yan duduk bersila, matanya terpejam tetapi pikirannya terus berputar.

"Bagaimana cara aku bisa bergabung dengan Sekte Pedang Langit?" Ia tahu bahwa langsung masuk ke wilayah kekaisaran adalah tindakan berisiko. Satu-satunya cara adalah menunggu hingga hari kompetisi dan mencari kesempatan di sana. Namun, tanpa kepastian ia tidak bisa memikirkan jawaban yang tepat.

Akhirnya, ia memilih untuk berkultivasi, menenangkan pikirannya, dan memperkuat energinya.

Sementara itu di kamar lain Xue Er masih belum bisa memejamkan matanya. Pikirannya terus dipenuhi oleh sosok Cang Yan. Ia tidak bisa mengerti mengapa hatinya selalu merasa aneh setiap kali berada di dekatnya. Ada sesuatu yang membuatnya penasaran, sesuatu yang perlahan mengganggu ketenangannya.

Dengan perasaan gelisah, ia mengeluarkan pedang dari cincin penyimpanannya. Pedang yang diberikan Cang Yan kepadanya. Jemarinya dengan lembut menyentuh bilah pedang itu, matanya menatapnya dengan penuh rasa ingin tahu. "Jiwa binatang apa yang tersembunyi di dalam pedang ini?"

1
Nanik S
bukankah Li Wei ada ditempat yang sama... kenapa tak ada yuh menyadari
Celestial Quill: harus di baca dulu bagian terakhir dari reinkarnasi dewa pedang abadi🤭
total 1 replies
Nanik S
Li Wei ternyata banyak gadis yang menunggu... gawat
Nanik S
lanjutkan Tor dan makin bagus
Nanik S
Lanjutkan
Nanik S
Shiiiip
Nanik S
Dominan Pedang
Nanik S
Laaaanhut
Nanik S
Teman makan teman
Nanik S
Good Joob
Nanik S
Beri saja Teknik dari langit
Nanik S
Siapa suruh mau membantu
Nanik S
Shiiiip
Nanik S
Cuuuuuus
Nanik S
Teruskan Tor
Nanik S
Mcnya kenapa begitu saja mau
Nanik S
Lanjutkan Tor
Nanik S
Ceritanya menarik sekali
Nanik S
Lanjut terus
Nanik S
Ceritanya Bagus Tor
Green Boy
Seru
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!