Setelah 3 tahun berpisah, takdir kembali mempertemukan Rexi dengan cinta pertamanya, Rania, yang kini tengah dilanda ujian dalam prahara rumah tangganya bersama sang suami, Raffael Senzio.
Dari pertemuan itu, Rexi mulai menyelidiki kehidupan Rania, wanita yang masih bertahta kuat di dalam hatinya. Melihat ada kesempatan, akhirnya Rexi memutuskan untuk merebut kembali cinta pertamanya.
Sementara di sisi lain, ada Raffael yang berusaha keras memperbaiki hubungannya bersama Rania dan mempertahankan keutuhan rumah tangga mereka.
Akankah cinta pertama mendapatkan kesempatan kedua? atau Rania akan memberikan kesempatan itu pada suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25. Kesedihan Dan Kebahagiaan Dari Perpisahan.
"Maaf, aku baru bisa memberi tahumu, Opa. Tapi semua yang dikatakan Kakak itu adalah benar. Dia juga tidak bahagia hidup bersama Raffael."
Joni Raksa terdiam, telepon di genggaman tangannya masih terhubung. Dan suara seorang wanita muda, yang juga menyandang nama Raksa di belakang namanya itu terus bersuara. Memberikan keterangan atas apa yang selama ini terjadi maupun apa yang selama ini berusaha Rania tutupi dari keadaan rumah tangganya yang sebenarnya.
Cucu perempuannya ternyata tidak bahagia seperti yang terlihat. Fakta ini begitu melukai perasaan Joni Raksa. Kenapa Rania tidak mengatakannya? Kenapa Rania menahan dan memaksa bertahan? Kenapa cucunya tidak jujur saja, dan mengakhiri, jika memang tidak bahagia?
Joni Raksa menutup mata, tangannya yang sudah memiliki kerutan-kerutan halus itu mengusap pelan sudut matanya.
"Kakak tidak ingin melihat Opa bersedih, begitu juga dengan Uncle Agam dan Aunty Hena. Kakak tidak ingin mengecewakan kalian semua," ucap wanita muda yang berprofesi sebagai pengacara itu. Kini ia bisa mengatakan yang sebenarnya setelah sekian lama ikut menyimpan permasalahan rumah tangga kakak sepupunya, Rania. Namun, kini sudah diketahui oleh keluarga.
"Mereka telah resmi berpisah, Opa. Dan Kakak masih mencintai Kak Rexi. Berikanlah mereka kesempatan untuk bersama." Tulus Kaira mengatakan hal itu pada sang kakek. Karena ia sangat tahu, bagaimana selama ini Rania menekan jauh perasaannya dan coba untuk membuka hati. Namun, tak pernah berhasil.
Joni Raksa terduduk diam dengan pandangan yang terpaku pada bunga-bunga indah, tanaman mendiang sang istri, Nyonya Anita Raksa. Panggilan telepon dengan cucu perempuan dari putra keduanya baru saja berakhir. Opa Jon masih terbenam dalam pikirannya, masih memikirkan tentang pernikahan yang gagal, tentang cinta yang tidak berbalas dan cinta pertama yang kini datang kembali untuk mendapatkan kesempatan kedua.
"Kau pasti marah padaku, Sayang. Karena dulu mendesak cucu kita untuk segera menikah," ucap Opa Jon penuh kesedihan. Ia juga memikirkan tentang perannya dalam semua ini, tentang desakan-desakan yang ia lakukan pada cucunya Rania agar menikah dengan Raffael.
Andai masih ada Nyonya Anita, sang belahan jiwa, wanita itu pasti akan marah besar padanya, batin Opa Jon semakin menambah perasaan sedih dan rasa bersalahnya.
"Aku ingin melihat Rania bahagia, Sayang. Aku ingin cucu-cucu kita bisa bahagia, sebelum aku pergi menyusulmu." Joni Raksa menarik napas dalam-dalam, merasa penyesalan yang mendalam. Ia menyadari bahwa terlalu fokus pada keinginannya sendiri, tanpa memikirkan kebahagiaan Rania sebelumnya.
Tapi kini semuanya sudah terjadi. Sekarang, yang bisa Opa Jon lakukan hanyalah berharap bahwa Rania bisa segera menemukan kebahagiaannya, dan ia bisa memperbaiki kesalahan-kesalahan yang telah ia lakukan sebelumnya.
*
*
*
"Maafkan aku, Sayang. Kumohon, jangan akhiri pernikahan kita. Aku tidak ingin berpisah darimu."
Raffael lebih dulu membuka suara ketika Rania membawanya untuk bicara secara pribadi, dan meminta Rexi menunggu. Ini adalah kesempatan emas bagi Raffael agar bisa membujuk istrinya itu.
Rania masih diam, tidak ada sepatah katapun yang meluncur dari bibirnya. Sorot mata wanita itu terus mengarah pada Raffael, hingga membuat Raffael kesulitan sendiri karena dipandangi begitu serius oleh Rania. Awalnya tatapan Rania rumit, tapi kini berganti lembut seiring tarikan napas yang perlahan mulai ia ambil.
"Semuanya telah berakhir, Raffael. Kita sudah resmi berpisah. Bukan lagi sebagai suami istri."
Begitu halus dan tidak terdapat emosi sama sekali dari suara Rania, tapi kata-katanya berhasil menancap dalam di hati Raffael. Rania memperjelas bagaimana status mereka saat ini.
"Rania, aku..."
"Kita sama-sama memulai perjalanan ini tanpa cinta. Dengan tujuan yang sama, untuk bisa bahagia dengan saling menghargai dan mengasihi."
Raffael terpaku. Perasaan bersalah tiba-tiba mencuat dari hatinya. Tujuan? Tujuan dia menikahi Rania sebenarnya adalah untuk koneksi dan mendapatkan segala kemudahan dalam dunia bisnis yang ia jalani.
"Tapi, kau sudah tidak bisa menghargai ikatan pernikahan ini, Raffael. Kau berhubungan dengan sekertarismu sendiri?"
"Sayang, bukan begitu..." Raffael menggeleng keras. Melihat tatapan Rania yang benar-benar kecewa setelah mengetahui hubungan gelapnya bersama Natalie. Itu jadi ikut melukainya.
"Aku ingin meminta maaf padamu, Raffael. Aku tahu aku tidak sempurna, dan aku juga tidak bisa memenuhi kebutuhanmu."
Dengan kesungguhan hati Rania meminta maaf pada mantan suaminya. Rania menyadari, apa yang terjadi dalam rumah tangga mereka tidak sepenuhnya salah Raffael. Ia juga tidak bisa membuka hati untuk mencintai Raffael. Mungkin karena alasan itu, Raffael berhubungan dengan Natalie.
Rania sangat terluka ketika mengetahui Raffael mengkhianati pernikahan mereka, tapi kini seiring waktu, Rania merenungi semuanya. Mungkin memang sudah begini jalan yang harus mereka lalui. Dan sekarang Rania hanya ingin berbenah diri.
"Sayang, aku tidak pernah mempermasalahkan itu. Aku... aku hanya, aku tidak tahu kenapa aku bisa tergoda saat itu."
Raffael menunduk. Ia tidak ingin mengakhiri pernikahannya bersama Rania. Bagiamana mungkin ia ingin berpisah? Disaat wanita yang sudah menjadi istrinya adalah seorang Rania Aisha Raksa, wanita cantik dengan latar belakang yang luar biasa. Rania adalah pendamping sempurna bagi pria pebisnis seperti Raffael.
"Aku ingin kita bisa berpisah dengan damai, tanpa ada dendam atau kebencian, Raffael. Pastikan bahwa kita bisa menutup chapter ini dengan baik." Itulah harapan Rania, sehingga ia mengajak mantan suaminya itu bicara berdua.
Namun, Raffael langsung menggeleng, ia kembali memohon kepada Rania untuk tetap bertahan dengannya. Memulai semua dari awal, dan Raffael berjanji akan mencintai Rania sepenuh hati, begitu pula dengan Rania kepadanya.
"Kau tahu aku mencintai orang lain, Raffael." Rania menggeleng lemah. Apa yang Raffael minta padanya sudah ia coba selama bertahun-tahun. "Aku tidak bisa membuka hatiku untukmu. Aku hanya mencintai Rexi. Dia lah pemilik hatiku seluruhnya."
Netra Rania berkaca-kaca, seakan menatap penuh permohonan pada Raffael agar bisa benar-benar melepaskannya dan menerima bahwa pernikahan mereka sudah berakhir.
Raffael bungkam. Rania yang mengaku secara langsung mencintai Rexi membuat Raffael merasa terlempar begitu jauh dari dunia wanita itu. Tidak ada kesempatan lagi untuk dirinya bisa kembali bersama Rania.
Di saat kesedihan terjadi antara Rania dan Raffael karena perpisahan mereka, di sudut ruangan yang sama, Rexi yang dari tadi tidak melepaskan pengawasannya dari Rania dan mendengarkan semuanya malah tersenyum bahagia.
Rexi merasa tersentuh ketika Rania dengan lugas mengatakan jika ia hanya mencintai Rexi, Rexi lah pemilik seluruh hatinya.
Rexi merasa begitu diinginkan dan sangat dicintai oleh Rania. Tidak ada hal yang sempurna di dunia ini, kecuali dicintai oleh orang yang juga kita cintai.
"Selain mengawasi kadal gurun, aku ingin kau segera mempersiapkan pernikahan untukku dan Rania secepatnya, Jack!"
Pesan singkat itu langsung terkirim ke nomor Jack, sang asisten pribadi. Rexi tersenyum lebar, ia tidak lagi terlihat tantrum. Dengan bersedekap dada, Rexi begitu sabar menunggu Rania selesai bicara dengan Raffael.