Siapa yang menyangka permohonan yang berada di ujung nyawanya terkabulkan. Arum, gadis cantik yang merupakan salah satu gundik gubernur jenderal Belanda kembali ke masa lalu.
"Aku tidak mau mati dalam keadaan mengenaskan! Dicampakkan dan kehilangan anakku! Terlebih, kepada mereka!"
Mampukah Arum merubah masa depan nya? Apakah semuanya berjalan seperti yang diharapkan nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Nilam Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Balasan Tamparan
Pagi Arum disambut dengan senyuman mengejek dari Caroline. Dengan pakaian indah dan tatanan rambut barunya, wanita keturunan Belanda itu sudah berdiri di depan pintu kamar Arum.
"Selamat pagi, maksudku ..... Siang?" Jelasnya dengan senyuman miring.
"Aku merasa tersanjung, saat melihat kedatangan nyonya rumah di depan kamarku. Dengan penampilan yang indah dan aroma wewangian yang memabukkan. Aku merasa tersanjung sekali." Jelas Arum.
"Tampaknya hukuman dari suamiku, tidak membuat mu tumbang ya?"
"Tumbang?" Arum tertawa kecil, dan itu membuat ekspresi wajah Caroline berubah.
"Apa yang kau tertawakan? Lucy, apa dia mulai gila?" Ujar Caroline menatap sekilas pelayan nya.
"Mungkin saja nyonya." Jawab Lucy membenarkan.
"Hahahaha." Tawa Arum semakin besar, bibirnya mengeluarkan tawa yang menawan dengan deretan giginya yang rapi.
"Justru aku yang berfikir. Kalau nyonya yang mungkin mulai tidak waras." Ucap Arum.
"Beraninya kau!"
"Ya nyonya? Kenapa? Kenapa mata nyonya membesar seperti itu. Jangan, semuanya bisa terkejut nanti, kalau bola mata nyonya sampai keluar." Jelas Arum, dia melangkah semakin dekat, pada Caroline yang mulai mendidih.
"Nyonya ..... tangan ini..... Jari telunjuk ini..... Tidak baik diarahkan begini, terlebih ..... Padaku." Caroline langsung menarik tangannya yang disisir lembut oleh Arum, dengan maksud tertentu.
"Jangan sentuh aku!"
"Aku tidak akan lakukan, aku mana berani. Kalau begitu, seharusnya nyonya juga tidak menyentuh diriku ini. Bukan begitu?"
"Aku tidak sudi menyentuh mu!"
"Baiklah, aku percaya. Kalau begitu, seharusnya nyonya tidak berada disini. Kamar ku yang kecil ini, tidak ada apa-apanya dengan kamar nyonya yang besar."
"Dengar Arum, kau sungguh bermain kata dengan ku. Bibirmu itu ....."
"Ya?" Arum sengaja membuka mulutnya dan terlihat s3nsual.
"Kau!"
"Ya nyonya?"
"Nyonya tau? Bibir ku ini sangat disukai oleh Tuan Frans. Dia mel3nguh, saat miliknya yang besar aku mainkan dengan bibir ini. Bahkan, sema.....lam...."
Plak!
Suara tamparan itu langsung menggema, mendarat sempurna di pipi Arum. "Akan aku hancurkan bibir dan wajah mu itu!"
"Aaaakan aku......" Caroline menghentikan tangannya yang ingin melanjutkan aksi cakarannya pada wajah Arum. Matanya bertemu dengan mata biru suaminya yang menyala.
"Frans?"
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Frans, yang membuat Caroline tak percaya.
"Tentu saja ingin memberikan nya pelajaran! Dia sungguh tidak tau diri! Dia berani bicara....." Caroline tidak melanjutkan kata-katanya.
"Pokoknya! Aku akan memberikan nya pelajaran!" Tubuh Arum langsung tersembunyi di balik tubuh kekar itu.
"Frans!" Teriak Caroline melihat aksi suaminya yang menyembunyikan wanita itu.
"Hanya aku yang berhak untuk menghukum ataupun melakukan apapun pada tubuhnya! Hanya aku! Kau tidak perlu."
"Nyonya...." Bisik Lucy pada sang nyonya.
"Kau mengatakan itu, agar tanganku tidak kotor karena menyentuh wanita ini bukan? Gundik ini! Iya kan?" Frans tidak menjawab, dia hanya diam.
"Suamiku .... Aku tau. Tidak apa! Kau hukum dia dengan berat, lebih berat lagi! Lihatlah! Dia bangun kesiangan, dia tidak bekerja."
"Aku akan menghukum nya. Periksa makan siang. Aku lapar." Ucap Frans.
"Iya. Aku menunggu, jangan kecewakan aku." Caroline mengecup bibir suaminya, dia menatap Arum dengan tatapan benci.
Setelah Caroline pergi, Frans menarik tangan Arum hingga terjun ke ranjang. "Apa yang kau katakan? Caroline tidak akan marah, kalau kau tidak mengatakan sesuatu yang membuat nya marah." Tanya Frans dengan suara tinggi.
"Aku hanya mengatakan, kalau aku terlambat bangun karena tubuhku sakit. Apakah salah? Atau .... Jika aku harus bekerja, baiklah! Aku akan segera bersiap. Aku harus tau diri, aku lupa akan itu. Jangan khawatir tuan, aku akan segera bersiap." Arum memainkan ekspresi sedihnya dengan campuran air mata palsu.
"Kalaupun aku tiada, bukan masalah besar untuk Tuan. Wanita yang menaiki ranjang dan menghangatkan tubuh tuan begitu banyak. Tubuhku ini, bisa dibuang ke hutan atau jalanan maupun sungai. Tidak ada yang tau ataupun masalah. Memang begitulah, cara kerjanya."
"Kami pribumi, mendapatkan perlakuan yang berbeda. Itu membuat kami terbiasa, aku sering melihatnya. Upah yang kecil dan hidup yang sulit." Arum terus memainkan drama sedih nya.
'Kau memang hanya bisa diam dan segera mendekat padaku.'
Arum melepaskan kain yang menutupi tubuhnya. Tubuh t3lanjang nya dilihat langsung dari dekat dan jelas oleh Frans.
'Jagung mu itu akan bangun dan kembali menerjang ku. Hanya aku, yang membuat mu puas! Aku pastikan! Meskipun akalmu berkata lain, tapi h@srat mu tunduk padaku!'
"Bersimpuh! Dan manjakan dia!" Sentak Frans dengan jagung nya yang berukuran besar keluar bebas dari sarangnya.
'Kena kau! Caroline, tunggulah sampai makanan itu dingin. Tamparan mu ini akan aku balas dengan tanda di tubuh suami mu. Akan aku perlihatkan dengan jelas di matamu!' Mulut Arum langsung me3ngulum jagung besar dihadapannya. Kepala Frans langsung mengadah dan bibirnya tak lama m3lenguh.
Bersambung......
Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiahnya ya terimakasih banyak 🥰 🙏 🙏