Kisah tragis harus dialami oleh wanita bernama Bilqis Adara Alkyara Putri, disaat usianya yang masih berusia 20 tahun ia harus menerima kenyataan pahit, hidupnya hancur akibat ulah kekasih dan Sandra Oktaviani, wanita yang sudah ia anggap sudah seperti saudara kandungnya sendiri.
Mengandung darah daging dari Lelaki bernama Rahendra Wijaya, tapi nasib malang menghampiri wanita itu sadar sang kekasih tak mau mempertanggung jawabkan perbuatannya, dibenci bahkan tak dipedulikan keluarga akhirnya wanita itu memilih pergi meninggalkan kota dimana ia dilahirkan.
Memutuskan menetap dan memulai kehidupan baru di kota ( J ) siapa sangka ia dipertemukan dengan sesosok nenek yang sangat baik sudah menganggapnya seperti cucu kandungnya sendiri.
Tak hanya bertemu nenek, ia juga bertemu Elgar Kenanndra Putra, lelaki menyebalkan yang siapa sangka ia cucu kandung dari nenek tersebut.
Akankah cinta Adara akan berlabuh pada Elgar, ataukah malah bersatu kembali dengan Hendra?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Fatimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 [ Tamparan Untuk Elgar ]
Hari pertama Adara diangkat oleh Bram menjadi sekretaris Putranya, ada rasa ketakutan dan kecemasannya jika Putranya akan berbuat nekat.
Bram juga tau kedekatan keduanya bagaikan 4njing dan kucing yang tidak pernah akur, tapi ia yakin cepat berjalannya waktu pasti emosi dan Kemarahan Elgar akan mereda jika menyadari betapa baiknya Wanita yang dijadikan sekretarisnya itu.
Sang istri yang ikut iba melihat keberangkatan mereka ikut was-was, biarpun keduanya berangkat bareng masih menunjukkan seberapa marahnya Elgar harus menerima paksakan dari orang tuanya itu.
"Pah? Papa yakin kalau Putra kita tidak akan bertindak nekat? Yang Mama takutkan Mama takut jika Elgar nekat akan mencelakai Adara?"
Panik yang masih dirasakan Puspita, wajahnya masih menunjukkan kecemasan, tapi lelaki disampingnya sedikit demi sedikit sudah mulai bisa meredakan rasa kekhawatirannya.
"Mama janganlah cemas! Papa sangat percaya Nak Adara bisa kita andalkan. Papa juga yakin Adara bukanlah Gadis yang mudah tertindas. Bahkan Papa yakin dia malah sebaliknya bisa membalas setiap tindakan perundungan orang-orang yang berani menindasnya ...Papa sangat yakin!"
"Mama saat ini masih belum bisa lega, setidaknya kita tunggu satu hari gimana perubahan antara mereka dan pastikan Fero ada setiap saat. Bahkan setiap detik disamping mereka ya?"
"Soal itu Mama janganlah khawatir semua sudah Papa atur, ya sudah kita masuk."
Tak berbeda dengan apa yang dirasakan Puspita dan sang suami. Didalam mobil ketiga seseorang itu masih betah tak bersahutan biarpun jarak diantara mereka hanya tinggal menepuk pundak.
Situasi sunyi dan canggung itu pun mulai dirasakan oleh Adara begitu juga dengan Fero. Fero yang saat ini bertugas menyetir dirinya ikut canggung dari arah mana ia harus memulai pembicaraan dan gurauan.
"Tu ...tuan?"
Fero akhirnya memberanikan diri berbicara, tapi mimik wajah Elgar masih kecut bahkan tak terlihat secuil pun wajah senyuman yang terukir pada wajah tampannya itu.
"Ya elah Pak ...jangan dingin-dingin kenapa mukanya?"ledek Adara yang ia layangkan ada Elgar.
Ia sengaja tidak menyebut namanya secara terus terang, tapi lirikannya bisa dipastikan siapa yang sengaja ia sindir.
"Anda menyindirku?"timpal Elgar yang menyadari.
"Tunggu! Menyindir Bapak? Siapa yang bilang? Apa aku menyebut nama Pak Elgar?" ucap Adara malah bertanya balik.
"Benar kata Adara barusan dia tidak menyebutkan nama Tuan, jadi janganlah berprasangka itu tidak baik,"ujar Fero mendukung Adara.
"Biarpun tidak menyebutkan namaku aku tidaklah bodoh!"gerutu Elgar dengan berkata sendiri.
"Si macan lagi ngamuk!"
"Bilang apa?"
"Tidak! Barusan saja ada Mbah macan yang ngamuk."
Adara dan Fero saling melirik, tak lupa senyuman keduanya yang terbalaskan keduanya sama-sama memahami akan arti gurauan tadi, Elgar sendiri ikut paham, tapi ia malas menanggapi sadar pula suasana hatinya sedang terguncang.
******
Hari pertama Adara menjadi sekretaris Elgar. Hari pertama pula ia memulai kehidupan barunya menjadi wanita karir.
Adara memegangi perutnya, sesekali ia mengelusnya dengan lembut.
"Sayang ...hari ini hari pertama Mama kerja kamu yang pintar yang didalam sana janganlah rewel dan juga jangan nakal, ya?"
Ia tersenyum dengan merekah, biarpun ia harus dihadapkan dengan bos yang super jutek, dingin bahkan layaknya seperti paket yang super komplit.
Ia masih bisa menunjukkan senyumannya karena ia tau pekerjaan atau melakukan sesuatu hal yang dilakukan dengan niat baik, hasilnya pula akan baik pula. Dan ia yakin ia pasti bisa termasuk menyadarkan dan mencairkan emosi si pria berjulukan kulkas itu.
Disaat Elgar berjalan melewati beberapa karyawan, mereka semua pada tertunduk menghargai tuan besarnya yang barusan datang.
Dengan berdiri berjejer, tapi suasana seperti ini sejujurnya tidaklah Adara sukai memang mereka hanya bekerja dan diatasnya masih ada pimpinan, tapi jika dipikir-pikir tanpa bantuan campur tangan tenaga para karyawan perusahaan ini, ia juga yakin tidak akan berjalan sejauh ini.
MEMASUKI RUANGAN SANG ATASAN.
"Apa pertemukan dengan rekan kerja PT. Company sudah terurus?"
"Sudah Tuan, tempat pertemuan dan jam berapa semua sudah terlaksana tuan tinggal mendatangi."
"Baguslah nanti kamu janganlah ikut, biar aku dan si Adara yang datang."
"Tuan serius?"ujar Fero seperti khawatir.
"Janganlah cemas."
"Sebenarnya kecemasan saya bukan soal keselamatan Perusahaan ini? Melainkan saya takut Tuan akan berbuat sesuatu pada Adara?"balasnya berterus terang.
"Aku bukan si bajingan yang berani melukai seorang wanita, biarpun aku membencinya aku masih memiliki batas!"
"Baik Tuan maafkan saya."
"Anda pergilah dan panggil dia!"
"Baik tuan."
*****
"Kamu masuklah Tuan menyuruhmu untuk menghadap! Ingat jangan panggil Tuan dengan sebutan Bapak dia tidak setua itu,"ledek Fero pada Adara agar gadis itu tidaklah gugup.
"Baik Kak Fero."
"Semua berjalan lancar." Tak lupa Fero menepuk pundak Adara.
Adara hanya mengangguk dan sesekali membuang nafasnya.
*****
RUANGAN ELGAR
Adara melangkahkan kakinya mendekati Tuannya, saat ini Elgar membelakanginya lantaran ia menyeduh kopi sambil menikmati pemandangan alam yang sungguh indah dibalik jendela ruangannya.
"Tu ...tuan?"
Adara memberanikan diri untuk berbicara, Elgar mendengarnya ia membalikkan tubuh, terlihat pula Gadis dihadapannya seperti gugup.
"Siang nanti ikutlah denganku, ada pertemuan penting sesama rekan kerja dan ambil ini."
Diberikan sebuah gadget, Adara masih sedikit gugup, ia lalu mengambilnya.
"Kamu sekarang sudah jadi sekretarisku, jadi kemanapun aku pergi sebisa mungkin anda harus ikut! Apapun yang aku minta anda juga harus menuruti. Ketika nanti ada meeting anda harus bisa siap siaga mencatat setiap pembahasan inci demi inci setiap kata yang dijelaskan, paham!"seru Elgar.
"Paham tuan." Adara hanya mengangguk memahami.
"Satu lagi."
Tadinya setiap Elgar terucap Adara sengaja tak memandangi langsung wajah Tuannya, tapi melihat Tuannya tiba-tiba melepaskan jas yang dikenakannya, lalu dasi yang seperti akan ia lepaskan banyak pertanyaan aneh yang mengitari isi pikiran Adara, gadis itu sesekali menelan air lud4hnya pikirannya berkecamuk tak karuan.
"A ...apalagi tuan?"
"Saya lapar! Apakah anda bersedia melay4ni saya?"
Adara Seketika melotot tajam. Seketika pula tamparan melayang bebas hingga mengenai pipi kanan Elgar, mimik wajah Adara seketika berubah tajam, sebaliknya Lelaki yang barusan ia tampar tak memahami apa isi pikiran gadis dihadapannya ini.
BERSAMBUNG.
lanjut thor