***
Thantana sangat terkejut. Ketika tiba tiba sembilan batu yang berada di telapak tangan kanannya, satu persatu menerobos masuk ke dalam tubuhnya. Melalui lengannya, seperti cahaya menembus kaca dan terhenti ketika sudah berada di dalam tubuh Thantana.
Proses ini sungguh sangat menyakitkan baginya. Hingga, sambil menahan rasa sakit yang luar biasa, Thantana mengibas ibaskan lengan kanannya, sembari tangan satunya lagi mencoba menarik sisa sisa batu yang mesih melekat pada telapak tangannya itu. Namun, semakin ia menariknya, rasa sakit itu semakin menjadi jadi. Dan di titik batu ke sembilan yang menerobos masuk, pada akhirnya Thantana jatuh tak sadarkan diri kembali...?
**kita lanjut dari bab satu yuk...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sunardy Pemalang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KECEMBURUAN KAIYA
Desa Giriharidra atau Bukit Jingga telah musnah. Ayah Thantana telah di bawa oleh orang orang dengan kekuatan Batu hitam. Raja Daegal telah mendapat kabar mengenai hal itu, dari lelaki setengah baya yang di suruh kabur oleh Ayah Thantana. Lantas bagaimana dengan Thantana...?
Thantana keluar dari alam Ras Peri dengan muncul di pinggiran Kota Lupta Adripada, di ikuti oleh Urvashi Putri dari Ratu Peri tersebut.
Thantana sedikit bingung. Ketika keluar di tempat yang berbeda dari sebelumnya. Sebelumnya ia bersama teman teman masih berada di jalanan di kaki gunung dan masih cukup jauh dari Kota itu. Tapi sekarang ia langsung berada di dekat Kota.
Cuma Thantana tidak mau memusingkan itu, baginya sekarang adalah menemui teman temannya dan meneruskan perjalanan ke Kerajaan Atas Awan, untuk menemui Raja Atas Awan dan menyampaikan mengenai Batu Navavarna. . Ia tidak tau jika teman temannya itu justru sudah keluar dari Kerajaan Atas Awan dan sekarang sedang menunggu dirinya di dalam Kota Lupta Adripada itu.
Thantana berjalan dengan sedikit tergesa gesa. Di ikuti oleh Urvashi yang setiap saat mengandeng tangan Thantana, seakan takut jika Thantana akan meninggalkannya. Atau mungkin Urvashi masih merasa asing dengan dunia ini, karena sebelumnya telah tertidur selama bertahun tahun.
Thantana membiarkan saja Putri nan cantik jelita dari alam Peri itu melakukan hal tersebut. Sebab dia tau jika ini adalah pertama kalinya Putri itu melihat dunia Manusia.
"Thantana...? Kita mau kemana?" Tanya Urvashi yang melihat Thantana berjalan dengan cepat.
"kita harus menyusul Zyandru dan yang lain?" Jawab Thantana, tanpa melihat Urvashi, yang berjalan kepayahan mengikuti Thantana.
"Siapa Zyandru dan yang lain itu, Thantana...?" Ucap Urvashi lagi.
"Mereka teman teman aku, Urvashi?" Jawab Thantana.
"Aduhhh...!"
Tiba tiba kaki Urvashi tersandung sebuah tonggak kayu kecil, dan membuat dirinya terhuyung ke arah depan dan nyaris tersungkur. Sebelum Thantana dengan cepat menangkap Tubuh Urvashi itu dan memeluknya.
"Maaf, aku tidak bisa mengikuti jalanmu Thantana? Kaki aku belum terbiasa berjalan...?" Ucap Urvashi dalam pelukan Thantana, merasa bersalah dan Takut Thantana akan marah.
Thantana seakan baru tersadar, mendengar penuturan Urvashi. Ia baru ingat jika Urvashi tidak pernah berjalan selama beberapa tahun ini akibat tertidur. Kini Thantana merasa bersalah sendiri yang membawa Urvashi berjalan dengan cepat.
"Aku yang seharusnya minta maaf Urvasi?" Ucap Thantana, balik meminta maaf pada Urvashi yang masih dalam dekapannya.
Pada saat seperti itu tiba tiba...?
"Owhh... Begitu rupanya ya Kak...? Pergi meninggalkan kami tanpa alasan untuk bermesraan dengan seorang gadis...?"
"Boom"
Seolah ada suara guntur yang menggelegar di telinga Thantana mendengar suara seorang gadis yang sudah sangat ia kenal itu.
Thantana segera menengok ke arah dari mana suara itu berasal. Dan begitu dia menoleh, di hadapannya sudah berdiri Kaiya, Zyandru dan yang lainnya dengan tatapan mata mata penuh kecurigaan.
"I... Ini... Tidak seperti dugaanmu Kaiya?" Ucap Thantana kemudian, dengan sedikit terbata bata.
Urvashi yang masih dalam pelukan Thantana pun ikut melihat ke arah Kaiya dan teman temannya.
"Siapa mereka Thantana...?" Kata Urvashi dengan polosnya.
Mendengar Urvashi berbicara, Thantana lebih terkejut lagi menyadari gadis cantik Putri Devi Rajni itu masih ia peluk. Dan dengan pelan Thantana melepaskan pelukan terhadap gadis itu. "Aduhh... kacau ini? Bagaimana mana cara aku menjelaskannya ini...?" Pikir Thantana, sembari sebelah tangannya menggaruk garuk rambutnya sendiri yang tidak gatal.
"Thantana...! Coba jelaskan dari mana kamu...! Dan siapa gadis yang bersamamu itu?" Ucap Radif, yang berdiri di samping Kaiya, beberapa saat kemudian.
"Sudah...! Tidak usah meminta penjelasannya, semua sudah terlihat dengan jelas?" Kata Kaiya menyela ucapan dari Radif, dengan nada kecemburuannya.
"Aa... Aku...?"
"Namaku Urvashi? Apa kalian teman teman Thantana yang Thantana ceritakan itu?"
Tiba tiba Urvashi berkata dan memotong ucapaan dari Thantana, sembari dengan polosnya maju dan menjulurkan tangan terhadap teman teman Thantana.
Radif, dengan sedikit ragu ragu menerima uluran tangan dari Urvashi, dan mengenalkan namanya.
"Kau sama saja dengan Kak Tantana Radif...! Asal melihat gadis cantik, cepat kau bergerak?" Ucap Kaiya, dengan nada ketusnya.
"Maaf Kaiya...?" Ucap Radif, singkat.
Kemudian Pangeran Zyandru, Putri Brinda dan Lasya juga menjabat tangan Urvashi dan memperkenalkan nama mereka masing masing. Tapi begitu Urvashi menjulurkan tangannya terhadap Kaiya, Kaiya melengos dan pergi meninggalkan tempat itu.
"Kaiya...?" Ucap Thantana melihat Kaiya pergi dari situ, sembari memandang Zyandru dan yang lain secara bergantian.
"Kejarlah Thantana? Biarkan Urvashi bersama kami dulu?" Ucap Pangeran Zyandru yang mengerti dengan situasinya.
Thantana kemudian menggangguk dan segera berkelebat pergi mengejar Kaiya. Sedangkan Urvashi yang takut Thantana tinggalkan, hampir saja ikut lari mengejar Thantana. Namun Pangeran Zyandru segera menahannya untuk pergi.
"Kamu aman bersama kami Urvashi...?" Ucap Pangeran Zyandru kemudian, setelah Urvashi sudah berdiri kembali dan membatalkan larinya mengejar Thantana.
"Ta... Tapi... Ba... Bagaimana kalau Thantana ninggalin aku?" Ucap Urvashi terbata bata, dengan raut wajah penuh kecemasan.
Pangeran Zyandru dan yang lain, sedikit bingung dengan perkataan dari Urvashi serta wajah kecemasanya itu. "Kenapa dia bisa secemas ini di tinggal Thantana...Ada apa sebenarnya dengannya?" Pikir Pangeran Zyandru dalam hatinya.
"Urvashi...? Sini bersamaku. Kamu tidak usah Khawatir dengan Kak Thantana?" Kata Putri Lasya yang sedari tadi hanya diam saja.
"Iya Urvashi...?" Ucap Putri Brinda menambahkan, sembari melangkah mendekati Urvashi yang terlihat hampir menangis. Kemudian Putri Brinda dan Lasya memeluk Urvashi.
"Baiklah...! Ayo kita kembali ke penginapan. Aku ingin mendengar secara langsung cerita dari Urvashi, apa yang terjadi terhadap Thantana dan dirinya?" Kata Radif kemudian.
Setelah itu, mereka berlima termasuk Urvashi meninggalkan tempat itu dan kembali ke penginapan di mana sebelumnya Pangeran Zyandru dan yang lain menginap.
Sementara itu. Thantana yang berlari mengejar Kaiya, kini sudah mendekati Kaiya yang masih berlari dengan tertunduk.
"Kaiya.. Tunggu aku...! Dengarkan aku dulu Kaiya...?" Ucap Thantana sambil berlari.
"Tidak perlu kamu jelaskan Kak...! Kaiya sudah mengerti...?" Jawab Kaiya yang masih saja berlari.
"Kamu salah menduga Kaiya...! Apa yang kamu lihat, tidak seperti apa yang kamu bayangkan?" Kata Thantana lagi dan mempercepat larinya agar bisa mencapai Kaiya.
"Sudahlah Kak...! Kembalilah pada gadis itu...! Kaiya tidak apa apa...?" Jawab Kaiya masih saja tidak mau mendengar penjelasan dari Thantana.
Pada akhirnya Thantana berhasil mencapai Kaiya dan langsung menangkap tangan Kaiya, lalu menarik tubuh Kaiya ke dalam pelukannya.
Kaiya berusaha berontak dari dekapan Thantana dan masih berusaha ingin lari. Namun dekapan tangan Thantana yang kokoh itu menahannya hingga akhirnya Kaiya lemas sendiri, dan ambruk kedalam tubuh Thantana sembari menangis.
"Kakak jahat... Kak Thantana jahat...! Kaiya benci sama Kakak?" Ucap Kaiya, sembari memukul mukulkan kedua tangannya kedada bidang Thantana.
Thantana hanya diam saja, ia biarkan gadis Desa nan cantik dan lugu yang kini mempunyai kekuatan Batu Navavarna putih itu, melampiaskan perasaannya terhadap dirinya. Ia tau bagaimana perasaan Kaiya saat ini. Gadis itu pasti sangat mengkhawatirkan dirinya, yang pergi begitu saja tanpa memberitahunya.
Dan Thanatana juga tau, tidak bisa untuk menjelaskan semuanya pada saat ini. Oleh sebab itu, pada akhirnya Thantana memilih menarik tubuh gadis cantik berambut panjang itu lebih erat lagi ke dalam dekapannya....
*****Bersambung*****