Sekuel dari novel Cintaku Dari Zaman Kuno
Azzura hidup dalam kemewahan yang tak terhingga. Ia adalah putri dari keluarga Azlan, keluarga terkaya dan paling berpengaruh di negara Elarion. Namun, dunia tidak tahu siapa dia sebenarnya. Azzura menyamar sebagai gadis cupu dan sederhana semua demi kekasihnya, Kenzo.
Namun, tepat saat perkemahan kampus tak sengaja Azzura menemukan sang kekasih berselingkuh karena keputusasaan Azzura berlari ke hutan tak tentu arah. Hingga, mengantarkannya ke seorang pria tampan yang terluka, yang memiliki banyak misteri yaitu Xavier.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akhir Keluarga Rica
Zorion hanya memandang datar tanpa rasa simpati. Zanaya menyilangkan tangan, menatap keduanya dengan senyum dingin.
“Coba ulangi perkataan kalian tadi,” ucapnya datar namun mematikan.
Tuan Mahendra berdiri dengan gemetar. “K—Kalian tidak bisa seenaknya masuk ke rumah mewah kami! Ini pelanggaran! Kalian akan—”
Dia berhenti bicara dan menoleh ke sekeliling.
“Pengawal!” teriaknya. “Ayo masuk! Ada penyusup!”
Tak ada jawaban. Ia menoleh ke arah lorong, tidak orang. Ia berteriak lagi. “Reihan! Agus! Bimo!”
Hening.
Zion maju dua langkah, lalu dengan suara rendah namun penuh tekanan berkata, “Percuma. Mereka semua sudah mati.”
“Apa?!” Nyonya Mahendra hampir pingsan.
“Orang-orang yang kalian andalkan ternyata sangat mudah dijatuhkan,” tambah Zorion dengan datar.
Wajah Tuan Mahendra memucat. Keringat dingin mulai menetes dari pelipisnya. Namun ia masih mencoba menggertak.
“K—Kalian pikir bisa lari setelah ini?! Aku punya koneksi kuat di kepolisian! Aku bisa—” diam-diam pria paruh baya itu mengambil sesuatu di belakangnya. Lalu secepat kilat
Dor!
Dor!
Dor!
Tuan Mahendra menarik pistol kecil dari dalam jaketnya dan menembakkannya langsung ke arah Zanaya. Tapi peluru itu berhenti di udara, melayang. Tak menyentuh siapa pun.
Mata Tuan Mahendra melebar. Nafasnya tercekat. “I—itu ... tak mungkin .…”
Bahkan mata nyonya Mahendra ikut melotot, seperti akan lompat dari tempatnya melihat hal mustahil itu.
Zion berjalan maju dan berdiri di depan istrinya, menatap pria itu seperti menatap serangga.
“Berani sekali kau mencoba melukai istriku,” ujarnya.
Peluru yang melayang itu perlahan berubah bentuk dan mencair, jatuh ke lantai.
Tuan Mahendra mundur setapak. Dalam hati, ia mulai menyadari satu hal besar.
“Mereka ... bukan manusia biasa. Ini mustahil. Ini di luar nalar.”
Ia teringat semua rumor tentang keluarga Dixon dan Azlan, dua nama yang tidak pernah runtuh, selalu berdiri di puncak. Kini dia tahu alasannya.
Mereka bukan hanya kaya. Mereka bukan hanya kuat. Mereka adalah monster kelas atas, makhluk yang jauh melampaui manusia. Dan tak ada yang berani menyentuh keluarga itu.
Tapi, keluarga Mahendra ini yang notabene hanya pendatang baru di kota itu dengan beraninya mencoba menyenggol keluarga kejam itu. Sungguh berani betul!
Brugh!
Tuan Mahendra dan istrinya kini berlutut di atas karpet mewah yang telah ternoda darah. Wajah mereka pucat pasi, tubuh mereka bahkan gemetar hebat.
Tuan Mahendra merangkak sedikit ke depan, lalu bersujud.
"Ampuni kami." suaranya parau dan memelas. "Kami ... kami hanya ingin keadilan untuk putri kami ... putri kami hanya silap dengan perbuatannya."
Nyonya Mahendra menyusul bersujud, air mata membasahi pipinya. "Kami mohon ... Rica ... dia sudah cukup menderita. Kami kehilangan segalanya. Kami hanya orang tua yang putus asa ... tolong lepaskan kami. Kami janji akan meninggalkan negara ini."
Meski mereka memohon seperti itu, tapi hati mereka dipenuhi dendam membara. Mereka berjanji dalam hati, jika mereka selamat, mereka akan menuntut balas dengan kejam.
Tak satu pun dari ketiganya menjawab. Hanya diam. Sunyi yang mencekam, seakan udara sendiri ikut menahan napas.
Pelan-pelan, tangan Tuan Mahendra menyelinap ke sisi meja ukir di dekatnya. Di sana, tersembunyi sebuah belati pendek berlapis perak. Ia menggenggam gagangnya perlahan, matanya menajam ke arah Zanaya. Dalam satu gerakan cepat, ia melompat berdiri sambil mengayunkan belati tepat ke arah dada wanita itu.
"Mati kau jal*ng!" teriaknya.
Sebelum ujung belati mendekat, angin tajam menebas ruang. Suara logam bergesek dan jeritan menggema.
"Aarrgghh!"
Tubuh Tuan Mahendra terhempas ke lantai. Darah mengucur deras dari kakinya yang kini b*ntung. Belati terlepas dari tangannya.
Zorion berdiri di belakangnya, pedang di tangan, angin berputar lembut di sekitarnya.
"Beraninya kau mencoba melukai wanita yang kusayangi," ucapnya dingin.
Nyonya Mahendra berteriak histeris, menghampiri sang suami. "Kalian iblis! Kaliam kejam!"
Zanaya melangkah maju, bibirnya melengkung membentuk senyum tipis. "Kalau kau tahu kami iblis," katanya tenang, "Kenapa kalian masih berani mengusik kami?"
Dengan gemetar, Nyonya Mahendra meraih pistol milik suaminya yang tergeletak tak jauh. Tangan tuanya menggenggam senjata itu, mengarahkannya ke dada Zanaya.
"Kau monster!" teriaknya. "Kau perusak hidup kami, mati kau jal*ng sial*n!" teriak nyonya Mahendra.
Zanaya menghela napas, sebelum pelatuk pistol itu terlepas, dengan cepat Zanaya maju dan memegangi tangan nyonya Mahendra lalu mengarahkan tangan itu ke paha dan...
Dor!
"Aarrgghh!"
Jeritan menyayat malam.
Nyonya Mahendra jatuh tersungkur, memegangi pahanya yang kini berlumur*n d*rah. Napasnya memburu, matanya membelalak.
Zion hanya menggeleng pelan. "Kalian menyentuh darah kami. Dan sekarang, kalian menuai balasannya."
Ketiganya berbalik dan berjalan ke luar rumah, meninggalkan sepasang suami istri yang kini tak berdaya. Tangisan dan jeritan mereka menggema, namun tak satu pun dari keluarga Azlan menoleh.
Di luar, mobil hitam telah menanti. Di dalamnya, Azzura duduk terdiam, menatap ibu, kakak dan ayahnya keluar dari mansion dengan langkah tenang.
Azzura menyaksikan semuanya dengan mata terbuka lebar mulai dari d*rah, jeritan, hingga tatapan dingin sang ibu. Ia gemetar, bukan karena takut, tapi karena untuk pertama kalinya, ia menyadari sesuatu.
Ibunya bukan manusia biasa. Tidak ada dari mereka yang biasa. Bahkan ayahnya sekalipun.
Zanaya berhenti di tengah halaman, menatap rumah besar yang masih berdiri megah di belakangnya. Perlahan, ia mengangkat tangan.
Aura terang menyelimuti dirinya, lalu satu per satu elemen muncul api berputar di tangan kirinya, angin mengelilingi tubuhnya, air dan tanah menyatu di kakinya, petir berkilat dari ujung rambutnya, dan cahaya menyilaukan melingkari matanya.
Getaran pertama muncul seperti gempa. Tanah berguncang hebat. Dinding mansion mulai retak, kaca-kaca pecah, dan tiang-tiang utama rumah itu mulai runtuh. Suara dentuman mengguncang malam.
Dari dalam rumah, Tuan dan Nyonya Mahendra menjerit.
"A—apa ini? Gempa?!" Tuan Mahendra merangkak, mencoba berlindung.
Nyonya Mahendra menggeleng tak percaya, air matanya bercampur darah. "Tidak ... rumah kita ... rumah kita! Ayo kita keluar sekarang!"
Suami istri itu mencoba keluar dengan terseok-seok.
Sementara itu, para pelayan yang tinggal di paviliun belakang berlarian ke luar lewat pintu belakang, berteriak panik. Mereka tak tahu apa yang terjadi hanya ingin menjauh dari neraka yang sedang terbuka di tengah rumah itu.
Dalam satu hembusan terakhir, seluruh elemen menyatu di tangan Zanaya. Ia menjentikkan jari.
Bumm!
Mansion mewah itu runtuh seketika. Tiang-tiang hancur, atap ambruk, lantai mencair, dan rumah itu lenyap menjadi puing-puing.
Azzura menutup mulutnya, matanya tak berkedip. Ia menoleh ke Zorion yang sudah duduk di sampingnya.
"Kkuatan Mommy benar-benar mengerikan," bisiknya.
Zion menatap lurus ke depan, wajahnya tenang.
"Kita juga bisa seperti itu," jawabnya pendek.
Setelah bangunan itu runtuh, Zanaya dan Zion menghela napasnya dan masuk ke mobil.
Mobil pun melaju perlahan meninggalkan reruntuhan. Di belakang mereka, suara tangis dan jeritan menyatu dengan malam yang tak akan pernah melupakan kejadian itu.
dia baik tp baik sm siap.dlu
lah ini apaaaaa
zanaya sm penduduk kecil baik g pelit kasih modal usaha dan pelatihan
lah manusia jmn skrg yg ada iri dengki dan tamak
bukan nya tau tata krama tp mlh ngelunjak
yaa nikmati aja cara mu didik anak wkwkwk mampus kau slh cari lawan
nahh blm tau azura aja sok2an loe.