Gimana perasaan kalian disaat ada seorang wanita, sedang berjuang mencari nafkah keluarga di negeri orang, harus menelan pil pahit mendengar kabar sang anak terlantar, sedangkan sang suami memilih menikah lagi dengan kekasih lama nya .
Penderitaan tak selesai begitu saja, ketika sang mantan suami memilih mengabaikan anak kandungnya, dan mencurahkan seluruh kasih sayang kepada sang anak tiri, Dia berusaha kuat dan bertahan demi sang buah hati, Di tengah gempuran rasa cemburu yang masih ada di hatinya, melihat kemesraan sang mantan yang dia lihat setiap hari.
Hingga kesedihan berangsur terobati dengan kehadiran sosok dokter, yang menangani sang anak saat itu, Kedekatan Dokter Nino dengan Devan bagikan ayah dan anak, membuat sang ayah kandung cemburu dan menaruh rasa iri dengan kehidupan sang mantan istri.
Next langsung baca bab bab selanjutnya .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ꧁ঔৣ☬Rmls☬ঔৣ꧂, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Detik detik kehancuran
Di salah satu mall terbesar di kota ini, pengunjung nampak ramai memadati mall ataupun sekedar berlalu lalang.
Begitu juga dengan tiga orang wanita ini, Maria, Risa dan Retno nampak asik menikmati segelas coffe dan juga roti di bangku pinggiran mall.
Mereka nampak mengobrol dengan akrab diselingi tawa satu sama lain, membuat semua pengunjung di buat penasaran, siapa sosok yang begitu dekat dengan founder Wijaya group tersebut.
"Habis kita ke salon yuk, pingin ganti model rambut"Ajak Maria di sela sela obrolan mereka.
"Saya ngikut saja lah, Risa gimana?"Tanya Retno kepada sang anak.
"Boleh tapi bukannya Divan, Nino dan papa mau kesini yaa Tan, apa mereka tidak apa apa menunggu?"Tanya Risa membuat Maria segera tersadar, jika Nino dan yang lain akan ikut bergabung, setelah pekerjaan mereka.
"Iya juga sih bu, apalagi Divan dia pasti ngajak ke Timezone seharian"Ucap Retno hafal betul dengan kebiasaan sang cucu.
"Oke kita cari makan dulu sambil nunggu para pria datang, saya yakin Rama pasti bikin ulah kalau sudah bersama Divan nantinya, ayo"Ajak Maria tanpa menunggu persetujuan Risa dan Retno.
Ketiga perempuan itu pun segera berlalu menuju tempat makan yang cocok untuk mereka, tak butuh waktu lama kini Maria dan yang lain memilih rumah makan Padang, untuk menemani makan pagi mereka.
"Wow, banyak banget ini Bu"Ucap Retno melihat aneka lauk pauk tersedia di depan meja mereka.
"Gak papa rombongan kita kan banyak, sistem disini itu apa yang kita sentuh itu yang suruh bayar, kalo enggak di sentuh yaa enggak bayar"Jelas Maria dengan senyum melihat ekspresi wanita tua itu.
"Kalo di desa kita beli nya pakai kertas gitu Tan, itupun cuman ada lauk rendang sama ayam saja, makanya kaget liat lauk selengkap ini"Ucap Risa yang juga pertama kali melihat aneka masakan Padang selengkap ini.
Meskipun Risa tipe orang modern, namun dia banyak hidup di desa yang sederhana, yang lebih mementingkan kekenyangan daripada cita rasa.
Tak beberapa lama Nino dan Anton terlihat memasuki Restoran, dan berjalan menghampiri mereka, dua pria itupun langsung bergabung dengan Maria, Risa dan Retno.
"Rama dan Divan belum datang dek?"Panggil Anton kepada sang istri yang duduk di depannya.
"Belum, lagi dijalan mungkin kita tunggu saja, oh yaa bagaimana dengan meeting kalian?"Ucap Maria kembali bertanya.
"Lancar, pembayaran sudah selesai Begitu pun dengan berkas-berkas"Jawab Anton dengan senyum, setelah berhasil membeli perusahaan kecil saingan mereka.
"Perusahaan itu di pimpin oleh Puput, aku mau dia dipecat"Ucap Nino membuka suara, membuat Maria tersenyum.
"Tentu saja, bahkan kalau kamu mau Tante bisa hancurkan perusahaan receh itu sekarang juga"Ucap Maria dengan senyum devil, membuat Risa dan Retno merinding.
"Thanks Tan, Nino tak mau mereka masuk lebih dalam ke keluarga kita, dan untuk papah biar Nino sendiri yang selesaikan"Ucap Nino dengan hati hati ketika menyebut nama Zein, dia tau satu langkah kesalahan bisa membuat Maria marah dan membunuh orang tuanya itu.
"Ya ya ya, Tante tidak mau ikut campur dengan dia, tapi Tante juga tidak bisa menjamin Rama diam jika Zein kembali berulah, dan Tante harap kamu mengerti jika hal-hal tak diinginkan itu terjadi"Ucap Maria menasehati sang keponakan.
Setelah obrolan tadi, semuanya Mendadak diam, Nino tampak termenung memikirkan ucapan maria, walaupun dia begitu membenci sang Zein, namun di dalam hatinya dia sangat Rindu dengan sosok ayahnya tersebut.
Tak beberapa lama suasana mendadak pecah, ketika suara teriakan bocah kecil menyapa mereka, bocah kecil itu melambaikan tangannya sembari digendong oleh sosok pria berbadan kekar.
"Tan itu Divan sama siapa?"Tanya Risa dengan takut melihat sosok pria yang tengah menggendong sang putra.
"Citak Divan Rama?"Tanya Maria dengan tegas tanpa menjawab pertanyaan Risa, dia tau betul dengan sosok di pria berbadan tinggi kekar, dia citak ketua mafia Valcon yang menjadi tangan kanan Rama putra Wijaya.
"Uncle sedang sibuk, adi gak bisa ikut, Ivan sama om cicak aja"Ucap Divan menjawab pertanyaan Maria.
"Citak Divan bukan cicak"Tegur Nino kepada sang putra, dia takut citak tersinggung dan melakukan tindakan di luar nalar, bagaimana pun hanya Rama yang bisa memerintah monster itu.
"Ivan kan endak bisa bilang citak, Adi biasanya panggil om cicak, endak papa kan om cicak?"Ucap Divan membuat semua orang menepuk jidat, begitu pun dengan citak pria itu nampak gemas, dengan tingkah bocah yang ada di gendongan itu.
"Tuan Rama tidak bisa datang, beliau sibuk untuk hari ini bahkan untuk beberapa hari kedepan"Ucap citak menjawab pertanyaan Maria yang sempat tertunda.
"Sibuk apa, bukannya perusahaan sudah di handle om Anton?"Tanya Nino mulai curiga dengan tingkah aneh sang sepupu beberapa hari ini.
"Beliau ada pekerjaan penting, saya mohon kalian jangan menggangu tuan muda kami, karena itu akan berpengaruh dengan keselamatan kalian"Ucap citak memperingatkan.
"apa Anda sedang mengancam kami tuan cicak?"Bentak Maria tak terima di ancam dengan anak buah putranya itu.
.
.
.
.
.
.
Di sebuah rumah mewah bergaya modern clasic, terlihat dua orang manusia sedang gelisah, bagaimana tidak sosok yang selama ini mereka gunakan sebagai alat penghasil uang hilang.
Seorang wanita tua itu pun sangat marah, dia memaki maki habis seorang wanita muda, yang tidak lain adalah putri kandungnya.
"Bagaimana kamu seceroboh itu hah, Natan itu alat penting untuk mengancam Rama!!!"Teriak Puput kepada Vanesa yang kini terduduk di lantai dengan air mata turun dengan derasnya.
Wanita muda itu juga nampak frustasi, dia belum siap meninggalkan kemewahan, dan fasilitas yang diberikan ayah dari anak nya itu.
Dia juga merutuki kebodohannya sendiri, yang secara tidak langsung menyerahkan sang putra kepada Rama, Vanesa pun tak menyerah begitu saja, dia menyuruh seluruh anak buah untuk mencari dan merebut kembali, namun sayang orang suruhannya itu pulang dengan keadaan tidak bernyawa.
Membuat mereka tau, sang tuan muda sudah kembali ke dalam mode awal, yang tak akan gentar menghadapi siapa pun itu.
Di tengah-tengah keributan, salah satu asisten Puput mohon izin untuk menghadap, dia memberitahu kan jika Wijaya group mengakuisisi perusahaan yang Puput pegang, dan itu menjadi ancaman besar bagi kedudukannya.
"Akhhhhh, suruh para ketua divisi menghadap sekarang juga, kita adakan meeting dadakan"perintah Puput sebelum berjalan menuju ruang kerjanya.
Di sana tinggallah vanesa yang masuk duduk di lantai, perempuan itu nampak termenung memikirkan hidup kedepannya, hingga terdengar dering handphone memecahkan lamunan.
"Aku ikut, tunggu aku bersiap siap sebentar"Ucap Vanesa setelah selesai menyelesaikan telepon, dia pun segera bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kamar nya, yang berada di lantai atas.
"lebih baik aku bersenang senang, setelah itu susun rencana untuk bersama Nino"
next jangan lupa like coment and faforit