Tamara adalah seorang wanita muda yang independen dan mandiri. Ia bisa hidup bahagia dan kaya tanpa dukungan seorang laki-laki. Ia juga membenci anak-anak karena menurutnya mereka merepotkan dan rewel.
akan tetapi takdir membuatnya harus mencicipi kehidupan yang paling ia benci yaitu bertransmigrasi menjadi seorang ibu muda dari anak yang bernasib malang...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Q Lembayun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ayah Baptis
Adam tersenyum sumringah sepanjang perjalanan, ia merasa sangat senang setelah berkelahi bersama dengan Dharma. Ia merasa perdebatan yang cenderung kekanakan dan tak masuk akal ternyata cukup menyenangkan apalagi jika lawannya juga tak kalah kekanakan.
Adam dan Dharma telah berkelahi untuk waktu yang lama di sebuah kedai kopi yang cukup sepi. Perkelahian mereka cukup sengit walaupun hanya berupa pertikaian kata-kata tanpa melibatkan fisik. Akan tetapi itu cukup untuk membuat beberapa orang yang lewat memperhatikan mereka dan pemilik kedai takut mereka akan menghancurkan peralatan yang ada di sana.
Hanya saja sangat disayangkan bahwa senyum Adam perlahan menghilang saat melihat seorang laki-laki telah berdiri menghadap ke arahnya. Laki-laki itu adalah Vin, suami dari Tamara.
"Siang Dok."
Vin telah menunggu untuk waktu yang lama agar dapat bertemu dengan dokter Adam secara langsung. Ia telah tahu terkait jasa-jasa serta pertolongan yang Adam lakukan kepada istri dan anaknya. Jadi ia datang kemari untuk berterima kasih secara langsung pada orang yang telah menyelamatkan nyawa keluarganya.
"Kita belum berkenalan, perkenalkan nama saya Vin dan saya adalah suami Tamara. Saya datang kemari ingin mengucapkan terima kasih atas semua yang telah dilakukan. Tamara juga mengatakan bahwa dia ingin terus berhubungan dengan dokter sebagai seorang saudara."
Mendengar hal itu Adam terdiam, ia tak nyangka bahwa Tamara masih menginginkannya walaupun bukan sebagai pasangan. Keluarga adalah sesuatu yang Adam inginkan sejak lama. Walaupun ia tidak hidup sebatang kara dan orang tuanya masih lengkap, akan tetapi kehangatan seperti yang dialami oleh keluarga Tamara tak pernah ia alami sebelumnya.
Adam iri dan dengki terhadap kebahagiaan keluarga kecil ini. Akan tetapi ia tak menyangka Tamara akan mengulurkan tangan dan membawanya bergabung di keluarga kecil mereka. Ia juga tak menyangka seorang Vin yang terlihat begitu galak layaknya seorang prajurit pada umumnya, akan bersikap sangat lembut pada seorang laki-laki yang telah menolong orang yang ia cintai. Hal tersebut membuat Adam tersadar bahwa laki-laki ini sangatlah pantas untuk dirindukan oleh seorang Tamara.
"Terimakasih, aku senang menjadi bagian dari cerita hidup kalian."
Vin melihat seorang Adam sebagai seseorang yang menolong anak dan istrinya dari ambang kematian. Sehingga ia merasa bahwa mengucapkan rasa terima kasih masih belum cukup untuk mengkompensasi segala pertolongan yang telah pernah diberikan.
"Tamara mengatakan bahwa kamu ingin menjadi ayah baptis Yumna. Jadi kami telah sepakat untuk menyelipkan namamu di belakang nama putri kami. Jadi aku datang kemari bukan hanya untuk berterima kasih tapi juga untuk meminta izin padamu untuk memberikan restu terkait pemberian nama itu."
Pernyataan tersebut benar-benar di luar perkiraan Adam. Ia tidak menyangka Vin akan datang kepadanya dengan inisiatif untuk meminta izin terkait penggunaan namanya pada Putri kecil mereka. Adam dapat melihat bahwa laki-laki di depannya tak memiliki rasa cemburu sedikitpun setelah mengetahui bahwa seorang laki-laki dekat dengan Tamara, saat ia sedang pergi dan tak berada di sampingnya.
"Kamu adalah ayahnya jadi kenapa tidak menggunakan nama belakang mu saja. Aku yakin putrimu akan senang mengetahui bahwa nama belakangnya terselip namamu. Apalagi aku adalah orang asing, apakah kamu tidak takut aku akan mengambil milikmu?"
Vin mengerti apa yang diucapkan Adam saat ini. Kalimat kata milik tertuju pada istrinya, tapi Vin percaya bahwa tak ada satupun yang bisa mengambil miliknya dari tangannya. Jadi Vin tak merasa khawatir tentang apapun yang Adam mengatakan saat ini.
"Milikku tidak pernah akan menjadi milik orang lain. Bukan karena aku terlalu kuat dalam menggenggam mereka di tanganku, tapi karena kami menggenggam tangan satu sama lain dan tak ingin melepasnya. Aku tidak khawatir jika seorang laki-laki menyelipkan nama di belakang nama putriku karena kamu memang orang yang berjasa atas kehidupan dan keselamatannya. Rasa terima kasih tak akan cukup untuk menggambarkan rasa syukur kami atas kebaikanmu. Lagi pula Tamara dan aku adalah orang yang besar di lingkungan panti asuhan sehingga kami tak memiliki nama keluarga atau pun nama belakang. Sehingga kami merasa bahwa setidaknya satu nama di antara keluarga kami memiliki nama belakang dan nama keluarga di dalamnya. Dan nama keluarga itu berasal dari namamu."
Mendengar hal itu, Adam pun tersenyum senang. "Tentu saja, aku akan senang jika Yumna menggunakan nama keluarga ku."
"Terimakasih dokter, kalau begitu aku akan pergi dulu. Kalau ada waktu mungkin kita akan bertemu saat makan malam di rumah kami suatu saat nanti."
"Tentu saja, aku akan menunggu undangan dari kalian."
"Ya, kamu adalah ayah baptis Yumna tentu saja kami akan sering mengundang mu ke rumah kecil kami."
Keduanya pun bersalaman satu sama lain dengan begitu sopan. Setelahnya Vin pun pergi menuju kamar Tamara dan menyampaikan apa yang telah ia ungkapkan pada Adam.
Setelah laki-laki itu menghilang dari pandangannya, Adam pun tersenyum semakin lebar. Ia sekarang mengerti kenapa Tamara masih merindukan laki-laki itu walaupun telah dinyatakan meninggal selama berbulan-bulan. Vin adalah laki-laki yang sangat percaya diri akan perasaannya, ia percaya Tamara tak akan berpaling dan ia percaya pada keluarga kecilnya.
Hal tersebut membuat Adam merasa iri, akan tetapi rasa iri itu berbeda dari sebelumnya. Kini Adam merasa iri karena berharap ia suatu saat nanti bertemu dengan seorang wanita yang akan membuatnya sepercaya diri seperti Vin di masa depan.
Jika diizinkan, mungkin Adam akan sering bertemu dengan laki-laki itu dan meminta saran padanya dalam mencari seorang pasangan. Mengingat Vin sangat pandai dalam memilih istri.
Hubungan Adam dan keluarga Tamara pun kini telah dikonfirmasi. Ia bukan lagi seorang dokter biasa di mata keluarga kecil itu. Kini ia dianggap sebagai seorang saudara dari Tamara dan juga ayah baptis dari Yumna.
Mengingat hal itu, Adam pun merasa senang. Rasa patah hati yang ia rasakan sebelumnya kini telah hilang entah kemana. Rasa itu telah digantikan dengan rasa senang karena ia telah bergabung dengan keluarga yang baru.
Adam pun kembali ke ruangannya dan membuka ponselnya untuk melihat barang-barang cantik untuk putri kecilnya. Ia merasa bahwa sebagai seorang ayah, ia harus memberi lebih banyak barang untuk menyenangkan sang putri.
"Aku menjadi seorang ayah." ucapnya sambil tersenyum.
Selama seharian penuh Adam habiskan dengan wajah yang sumringah dan senyum lebar. Padahal hampir semua orang di rumah sakit menebak bahwa Adam memiliki sedikit perasaan pada Tamara, mengingat perhatiannya jauh lebih tinggi dibandingkan pada pasien-pasien pada umumnya. Akan tetapi mengingat bahwa suami Tamara telah kembali, mereka berfikir bahwa Adam akan sedih dan kesepian. Tapi melihat penampilan Adam yang begitu bahagia membuat orang-orang pun berspekulasi bahwa tebakan mereka sebelumnya adalah sesuatu yang tidak benar. Adam sepertinya memberikan perhatian lebih pada Tamara bukan karena suka melainkan karena simpati, mengingat pengalaman hidup Tamara yang terbilang tragis dan menyedihkan. Para wanita yang awalnya mulai menyerah untuk mendapatkan Adam sebelumnya pun kini kembali membara. Mereka senang mengetahui bahwa Adam sepertinya masih memiliki kesempatan untuk mereka kejar untuk dijadikan pasangan ataupun calon menantu.