Setelah pernikahan yang penuh kekerasan, Violet meninggalkan segala yang lama dan memulai hidup baru sebagai Irish, seorang desainer berbakat yang membesarkan putrinya, Lumi Seraphina, sendirian. Namun, ketika Ethan, mantan suaminya, kembali mengancam hidup mereka, Irish terpaksa menyembunyikan Lumi darinya. Ia takut jika Ethan mengetahui keberadaan Lumi, pria itu akan merebut anaknya dan menghancurkan hidup mereka yang telah ia bangun. Dalam ketakutan akan kehilangan putrinya, Irish harus menghadapi kenyataan pahit dari masa lalunya yang kembali menghantui.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EP: 27
“Jadi begini.” Irish tidak ingin menimbulkan kesalahpahaman yang tak perlu, maka ia cepat-cepat menjelaskan, “Pak Erick, Pak Dion sangat tertarik dengan anting-anting karang milik Anda. Temannya sangat menyukai perhiasan bergaya Rococo dari awal abad ke-18 seperti ini, jadi dia ingin mengoleksinya. Sebenarnya, aku dan Pak Dion memang sedang berencana mencari Anda.”
“Oh, begitu rupanya,” Erick mengangguk, ekspresinya mulai melunak.
Sambil berbicara, Irish segera mengembalikan anting-anting karang tersebut kepada Erick.
Erick menatap Irish dengan sorot mata yang sulit dibaca, namun akhirnya ia mengambil kembali perhiasan itu.
“Pak Dion, terima kasih atas ketertarikan Anda terhadap anting-anting ini. Hanya saja, aku merasa perhiasan ini sudah punya pemiliknya, dan aku ingin memberikannya kepada orang itu.” Ucapannya bukan karena kerja sama bisnis dengan Dion, tetapi ketika ia mengucapkan kalimat itu, pandangannya tertuju serius pada Irish.
Irish menangkap tatapan itu dengan hati-hati. Ia sempat mengernyit, lalu buru-buru menegur dirinya sendiri agar tak terlalu memperhatikan pria muda dan berbakat seperti Erick.
Melihat Dion sedikit kecewa, Erick pun mencoba menawarkan jalan tengah, “Tapi, aku tidak akan membiarkan Pak Dion pulang dengan tangan kosong.”
Ia menyimpan anting-anting karang itu kembali, lalu melanjutkan, “Selain anting-anting ini, aku juga memiliki koleksi lain dari era Rococo, berlian, zamrud, dan lainnya. Jika Pak Dion tertarik, silakan lihat-lihat. Aku dengan senang hati menunjukkannya.”
“Serius?” Ekspresi Dion berubah seketika, dari kecewa menjadi antusias.
Sebagai pengusaha perhiasan, ia sudah berusaha mengumpulkan koleksi bergaya Rococo demi seseorang yang spesial. Mendengar bahwa Erick punya banyak koleksi sejenis, matanya berbinar.
“Benar.” Erick mengangguk singkat.
Irish, yang berdiri tak jauh dari mereka, diam-diam menghela napas lega. Ia memang tak paham soal bisnis, namun situasi tegang antara dua pebisnis besar ini sempat membuatnya ikut tegang hanya karena sepasang anting.
Untungnya, masalah ini terselesaikan dengan baik. Irish pun tersenyum dan berkata riang, “Kalau begitu, karena semuanya sudah beres, aku tidak ada urusan lagi.”
Namun, setelah mengatakannya, ia justru mengernyit. Sebenarnya, dari awal ini memang bukan urusannya. Tapi entah kenapa, ia merasa lega dan bahagia melihat semuanya terselesaikan.
Irish tersenyum kecil kepada Dion dan Erick sebelum beranjak menjauh. Ia kembali ke tujuan awalnya: menyantap hidangan gratis dan menghemat uang makan malam.
Dion dan Erick masih berdiri di tempat, menatap sosok Irish yang menjinjing ujung roknya dan berjalan ringan menuju meja makanan.
“Aku ingat Irish adalah karyawan di perusahaanmu. Kenapa kamu memilihnya sebagai model perusahaan?” tanya Dion, sambil tersenyum pada Erick. Ia memperhatikan bahwa sikap Erick pada Irish tampak berbeda.
“Ceritanya agak panjang,” jawab Erick santai. “Tapi tampaknya, duta perhiasan dari perusahaanmu lebih suka sakit mendadak lalu datang terlambat.”
“Masalah itu memang kesalahan Kirana,” Dion mengangguk, mengakui kekeliruan timnya. “Pak Erick, kita masih punya banyak kesempatan bekerja sama, jadi aku akan menyelesaikan masalah ini dengan baik.”
“Baiklah.” Erick tersenyum kecil, namun matanya tetap mengikuti Irish yang berdiri tak jauh dari mereka.
Sebagai perancang busana papan atas, ia telah melihat banyak model dan selebritas. Irish memang cantik, tapi tidak sampai membuat kesan mendalam di awal. Perhatiannya baru muncul setelah Wakil Manajer Hendra menyebutkan bahwa Irish adalah desainer muda dengan karya yang mengesankan.
Namun yang benar-benar membuatnya terkesan adalah ketika Irish menggenggam anting karang itu dan tanpa ragu.
Banyak orang berkata, seseorang menyukai karena penampilan, tertarik karena bakat, dan setia karena karakter.
Erick merasa bahwa Irish punya lebih dari sekadar bakat. Ia membawa kejutan-kejutan kecil yang membuat pria seperti dirinya bersedia berjalan lebih jauh, hingga mungkin, bersama.
“Pak Erick, tadi Anda bilang ingin memberikan anting itu kepada seseorang. Apakah ‘seseorang’ itu... ternyata sangat dekat?” Dion mengikuti arah pandang Erick dan menatap Irish yang sedang mengambil makanan.
Erick tak menampik. Ia hanya mengangguk dengan tenang.
“Pandangan Anda luar biasa, tapi... sepertinya Anda tidak sendirian.” Dion tersenyum penuh arti.
Semenjak berinteraksi lebih sering dengan Irish, Dion pun menyadari pesona uniknya. Maka tak heran jika Erick mulai menunjukkan ketertarikan.
“Saingan? Apa maksudmu?” sorot mata Erick berubah tajam, penasaran. “Apakah anda tahu sesuatu?”
“Bukan hanya anda yang tertarik pada Irish,” ucap Dion santai. Ia sengaja tak menyebut Ethan, agar tak mempermalukannya.
“Begitu ya?” Erick sempat berpikir sejenak, lalu tersenyum kecil. “Kalau begitu, semua tergantung pada keputusan Irish.”
“Benar juga. Aku pun ingin tahu, siapa yang akan dia pilih.” Dion menatap Irish yang tampak menikmati makanannya tanpa tahu sedang dibicarakan.
Irish sendiri tidak menyadari apa pun. Ia terus makan dengan damai...
Namun dari kejauhan, Ethan memperhatikan semua interaksi itu. Ia tak mendengar percakapan mereka, tapi melihat kedekatan Irish dan Dion, lalu ekspresi Erick yang tampak hangat.
Itu cukup untuk menyalakan alarm dalam pikirannya. Bahkan, untuk sedetik hatinya terasa seperti terbakar.
Ethan mengernyit, tangannya yang memegang gelas anggur seketika membeku. Ia memandangi Irish, Dion, dan Erick dengan sorot tajam.
Irish... benar-benar tidak bisa dibiarkan lepas pengawasan. Dulu ia dekat dengan Dion, sekarang entah sejak kapan menjalin hubungan akrab dengan Erick?
Ia menghabiskan isi gelasnya, lalu berdiri. Ethan memutuskan untuk menghampiri mereka. Ia ingin tahu apa sebenarnya yang sedang dibicarakan, dan lebih penting lagi, sejak kapan Irish punya pesona sebesar itu hingga bisa dikelilingi dua pria sekaligus?
Namun, sebelum Ethan sempat melangkah, ponselnya bergetar.
Sebuah panggilan masuk dari Carisa menghentikannya.
Bersambung.......