NovelToon NovelToon
Aku Bukan Siapa-Siapa

Aku Bukan Siapa-Siapa

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Febbfbrynt

Ketidaksengajaan serta pengorbanan dalam sebuah kecelakaan membuat Alena langsung meninggal dan malah mengantarkan nyawa gadis itu dengan bertransmigrasi ke dalam salah satu novel favoritnya. Alena hanya menjadi adik dari salah satu teman protagonis pria—figuran. Dia hanya seorang siswi sekolah biasa, tanpa keterlibatan novel, dan tanpa peran.

Tapi, plotnya hancur karena suatu alasan, hidupnya tidak semulus yang dia bayangkan. Dia membantu masalah semua tokoh, namun di tengah itu, hidupnya tidak aman, ada orang yang selalu ingin mencelakainya.

____

"Aku memang bukan siapa-siapa di sini, tapi bukan berarti aku akan membiarkan mereka menderita seperti alurnya."—Alena.

~•~
note:
- author 'I Am A Nobody' di wp dan di sini sama

- Tokoh utama cerita ini menye-menye, lebay, dan letoy. Jadi, ga disarankan dibaca oleh org yg suka karakter kuat dan ga disarankan untuk org dewasa 20+ membacanya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febbfbrynt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Plot Membelot

Ketika Alena dan Latasha sampai di depan kelas X IPA I, Alena segera memberikan kembali buku yang dia bantu untuk di bawa kepada Latasha.

Beberapa langkah di belakang mereka berdua, Audrey yang baru saja pulang dari kantin, menghentikan langkahnya melihat teman sebangkunya mengobrol dengan orang yang paling dia benci. Ia sedikit tidak terima. Audrey langsung menghampirinya.

Dhita dan Risha yang melihat Audrey berhenti, langsung ikut berhenti dan langsung mengikuti pandangannya. Mereka melihat salah satu orang gadis yang familiar sedang mengobrol dengan gadis lain. Mereka dengan bingung menyusul Audrey yang menghampiri kedua gadis itu.

"Alena? Lo ngapain sama dia?" Audrey bertanya seraya menatap dingin keduanya bergantian.

Alena yang di tanya langsung menoleh sedikit kaget mendapati ketiga temannya, lebih tepatnya kaget karena Audrey yang bertanya duluan. Selain itu, pandangannya menakutkan.

"O-h, ini ... tadi waktu di perpus, aku liat Latasha bawa bukunya kebanyakan. Jadi, aku bantu dia bawa setengahnya," jawab Alena sesekali menunjuk Latasha dengan menolehkan wajahnya.

Audrey mengerutkan kening dan menatap Latasha dingin. Lalu beralih pada Alena. "Udah, kan?"

Alena mengangguk kaku.

"Kalo gitu, ayo, Len. Kita ke kelas. Bentar lagi bel masuk." Risha meredakan suasana.

Alena mengangguk lagi. Ia sempat tersenyum kepada Latasha untuk berpamitan, yang di balas dengan senyum sedikit dipaksakan. Audrey terlebih dahulu berjalan ke kelas yang tinggal beberapa langkah lagi, di ikuti ketiganya.

Kelas XI IPA II

"Ale, lo selama waktu istirahat diem di perpus?" Dhita bertanya ketika mereka tiba di pintu kelas.

Alena sedikit mengernyit mendengar nama panggilannya. Tapi, ia tetap mengangguk mendengar pertanyaannya. 

Dhita yang melihat itu bingung sekaligus tidak peka. "Kenapa?"

Risha terkekeh. "Nama panggilanya lucu juga. Gue juga panggil Ale aja. Ya, gak?"

Dhita yang mendengar maksud dari nyernyitan Alena dari Risha, langsung peka. "Oh, Bener! Gue gak sengaja manggil aja, hehe. Tapi, bagus kan? Gimana menurut lo, Ale-Ale ...." 

Risha lantas tertawa karena Dhita menggunakan nada di panggilan terakhir.

Alena yang mendengar nama panggilan baru dari Dhita dengan nada panjang dan lucu, ikut tertawa. Lalu mengangguk santai. Tidak buruk juga.

Sedangkan Audrey hanya diam, tapi tetap mendengarkan percakapan ketiga teman di belakangnya. Setelah itu, mereka duduk di tempat masing-masing.

Alena menghela nafas lega karena Audrey tidak membahas kembali tentang Latasha. Walaupun memang hanya mengobrol, tapi Alena takut dijauhi Audrey karena berinteraksi dengan tokoh utama wanita. Tetapi, Alena juga tidak menjauhi Latasha, karena ia tidak punya alasan tertentu untuk melakukan itu.

Setelah beberapa saat mereka duduk, tidak lama kemudian, ada seorang guru masuk. Pelajaran segera dimulai.

***

Bel pulang sudah berbunyi tujuh menit yang lalu. Sekarang, Alena masih duduk di bangku hanya untuk berdiam sebentar. Hanya beberapa orang yang masih berada di sini, termasuk ketiga temannya.

"Ale, lo gak pulang?" Dhita bertanya ketika dia sudah bersiap untuk pergi keluar kelas.

"Alena pasti pulanglah. Masa nginep di sini," celetuk Risha membuat Alena kembali menutup mulut untuk menjawab.

Dhita berdecak sebal. "Iya, Rish ... tau. Maksud gue, kenapa Ale masih diem di sini."

"Oh," singkat Risha.

Dhita menggeram kesal. "Risha! Lo ngeselin banget, sih!"

"Udah, udah. Aku juga mau pulang, kok. Duluan aja," balas Alena mencoba menghentikan perdebatan mereka.

"Mau pulang bareng gue, gak?" tawar Dhita.

Aku menggeleng. "Gak usah, Dhit. Nanti ada Pak Adi, sopir aku yang jemput."

Dhita mengangguk. Lalu, ia melirik Audrey yang masih diam duduk di bangkunya. "Drey, lo juga mau diem di sini? Mau bareng gue gak?"

"Duluan," ucapnya singkat.

"Oke.  Kalo gitu, kita duluan, ya!" Dhita melambaikan tangan sambil berjalan keluar kelas di ikuti Risha yang hanya tersenyum.

Setelah kepergian mereka, kelas menjadi hening. Karena semua murid di kelas juga sudah pulang semua, hanya tersisa Alena dan Audrey. Alena tidak tahu kenapa Audrey tidak langsung pulang, dia hanya diam memainkan ponselnya. Melihat itu, Alena langsung mengecek ponsel. dan terdapat pesan WhatsApp dari pak Adi.

                   WhatsApp

^^^  Pak Adi^^^

^^^| Non Alena. Saya sudah sampai di depan gerbang sekolah.^^^

                                        Me

Oke!

Setelah mematikan ponsel, Alena beranjak. Tapi, pergerakannya berhenti karena panggilan Audrey.

"Alena."

"Huh? Iya?" balas Alena dan menatap Audrey bingung bertepatan ketika dia menoleh dengan wajah seperti biasa, datar.

"Lo deket sama dia?"

Mataku bergulir bingung. "Dia?"

"Latasha," singkatnya.

Aku menggeleng. "Oh, nggak dibilang deket sih. Soalnya, baru kenal tadi, pas bantuin dia bawa buku."

Dia terdiam. Matanya menatap lurus ke depan. Lalu mengambil tasnya beranjak untuk pergi. Alena hanya mengamatinya dalam diam. tiba-tiba, dia menoleh sebelum kakinya melangkah keluar pintu kelas.

"Gue bisa jadi sahabat lo, nerima lo, tanpa lo harus deket sama tu cewek munafik," ucapnya. Lalu keluar meninggalkan Alena di kesunyian kelas.

Alena memiringkan kepalanya bingung. Lalu, senyumnya terbit mendengar kalimat pertama, tapi kalimat terakhir membuatnya mengerutkan kening. Walaupun memang Audrey tidak berhubungan baik dengan dia, tapi, kenapa ia juga harus menjauh dari Latasha?

Alena mengangkat bahu tanpa memikirkan lebih jauh. Ia beranjak keluar kelas untuk pulang. 

~•~

Alena menyusuri koridor yang sudah sangat sepi. Namun, di lapangan masih ada beberapa siswa laki-laki yang bermain basket, dan olahraga lainnya. Ia juga bisa melihat teman-teman kakaknya. Apakah mereka tidak pulang? 

Alena mengamati mereka sembari berjalan. Kak Rava ada di sana gak ya?

"Andreas! Lo pulang bareng gue, ya? Please."

Ketika Alena akan berbelok, ia langsung mundur bersembunyi di balik dinding saat mendengar suara memohon. Sekilas, ia bisa melihat dua orang gadis dan satu laki-laki. Huhh ... untung mereka tidak sadar. 

Alena mengintip sedikit. Ia bisa melihat Andreas, Latasha dan ... Audrey. 

Suara yang ia dengar adalah suara Audrey yang terdengar lembut. Alena sangat ingin tahu bagaimana ekspresi Audrey yang selain dingin dan datar, karena kini Audrey membelakanginya. Gadis itu mencekal tangan Andreas dengan jelas Alena lihat ekspresinya yang mengerutkan kening. Sedangkan, Latasha berjarak sedikit jauh di samping Andreas menundukan kepalanya.

"Sorry. Gue harus pulang sama dia," tampik Andreas dengan datar seraya menunjuk Latasha dengan dagunya.

"Gak! Gak boleh! Kenapa sih harus dia?!" teriak Audrey tidak terima seraya menunjuk Latasha yang semakin menunduk.

"Terus, kenapa gue harus sama lo? Apa hak lo larang gue?" sanggah Andreas ketus. 

Setelah mengucapkan itu, Andreas menarik pergelangan tangan Latasha. Lalu, pergi dari hadapan Audrey.

"Andreas!!" Audrey memanggil keras, tapi sama sekali tidak Andreas gubris. 

"Awas lo, Latasha!"

Gumaman geram yang sangat marah masih bisa Alena di balik dinding. Ia tenggelam dalam pikirannya. Apakah ada adegan seperti ini? Sepertinya, ia ketinggalan sesuatu?

Yang Alena tahu, ini masih sangat awal. Tapi ... kenapa secepat ini?

Seharusnya, Andreas dan Latasha belum sedekat itu. Alena menghela nafas lelah. Terserahlah, itu masalah mereka, kan? Aku bukan siapa-siapa disini.

Lalu, Alena mengintip kembali. Takut mereka belum pergi, nanti ia ketahuan menguping. Setelah memastikan tidak ada siapa-siapa, Alena berbelok dan kembali berjalan ke arah gerbang yang sudah terlihat. Sepertinya pak Adi nunggu kelamaan deh?

Memikirkan itu, Alena berlari cepat.

Setelah sampai di depan mobil, Alena langsung masuk. Sepertinya pak Adi belum menyadari keberadaannya. Pria berusia sekitar kepala empat itu terlihat memakai headset dengan badan bersandar di kursi sopir

Alena tersenyum jahil. Ia berkata keras. "Pak! Berangkat!!"

"Eh! Siah! kodok Loncat!"

Alena lantas tertawa terbahak-bahak mendengar latahannya karena kaget. Apalagi dengan logat Sundanya.

"Eh, si Non. Ngagetin aja." Pak Adi mengusap-ngusap dadanya.

Alena terkekeh. Tidak biasanya pak Adi pakai logat Sunda. Jadi, Alena tidak bisa menahan tawa. "Hehe ... maaf, Pak. Alena kelamaan, ya?"

"Nggak, Non. santai aja," jawabnya dengan nada bercanda.

Alsna tersenyum. "Ayo! Pak, jalan!"

Pak Adi mengangguk. Mobil mulai berjalan santai. Selama perjalanan, Alena hanya melihat keluar jendela sambil memikirkan percakapan yang sempat ia dengar di koridor.

Sepertinya plotnya sudah kacau dan tidak seromantis yang ia bayangkan. Tapi, peran mereka tidak berubah. Tatapan Alena menyusuri pinggir jalanan. Di sana ada Audrey berjalan sendi—

Audrey?!!

"Berhenti, Pak!"

Pak Adi langsung menyisihkan mobil dan berhenti. Alena keluar mobil dan mengejar Audrey beberapa langkah di depannya.

"Audrey!" Alena memanggilnya. 

Audrey langsung menoleh ke arahnya. Jelas ekspresinya terkejut. Lalu dia memulihkannya kembali menjadi datar. Tapi, sedikit kusut, dan matanya tidak menyembunyikan kesedihan. 

Saat Alena sampai di hadapannya, dia tidak mengatakan apa-apa hanya mengangkat alis

"Eum ... Audrey? Kamu kenapa pulangnya jalan sendirian?" tanya Alena heran dan ragu. Mengingat percakapan di koridor, Alena merasa simpati dan menawarkan. "Mau bareng aku gak?" 

Audrey mengangguk santai.

Hah?! Mengangguk?!

Alena semakin merasa heran karena tanggapannya tanpa ragu-ragu. 

Mungkin karena Alena yang bengong, tiba-tiba Audrey memanggil. "Ale?"

Ale?!

Sekarang Alena tercengang. Audrey sedikit geli dengan reaksinya sehingga sudut mulutnya sedikit terangkat. Suasana hatinya yang sempat runtuh sedikit membaik.

Tersenyum?! 

Alena mengerjap tidak percaya.

"Ayo pulang bareng.”

1
Fitri Apriyani
bagus banget kk cuma ap nya kuma satu bab jadi aku lama nunguin nya mana dah ngak sabar lagi aku harap jangan gantung ya ceritanya harus sampai tamat oke kk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!