Elena Rosalina Smith memiliki seorang tunangan yang tiba-tiba di rebut oleh saudari tiri nya. Dan sebagai ganti nya, Elena terpaksa harus menikahi tunangan dari saudari tiri nya- seorang miliarder kaya yang telah di tolak oleh saudari nya karena pria itu cacat.
Terikat oleh perjanjian antar keluarga dan ingin merebut kembali pusat perbelanjaan mendiang ibu nya, membuat Elena setuju untuk menggantikan saudari nya menikah dengan CEO cacat.
Elena tidak menyadari jika diri nya telah melempar batu dan mengambil berlian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27
Naura menunggu sahabat nya itu di sebuah klub sesuai dengan yang telah mereka rencanakan di telpon sebelum nya. Namun sudah lama menunggu Naura sama sekali belum melihat kedatangan Elena.
Berkali - kali Naura mencoba untuk menghubungi Elena, namun masih tetap tidak ada jawaban dari sahabat nya itu.
Dan kini sudah satu jam Naura menunggu dari waktu yang telah mereka sepakati sebelum nya.
" Apa mungkin dia kena macet ?". Kata Naura pada diri nya sendiri. " wajar banget kalo dari mall dia ke sini macet di jam - jam pulang kerja".
Gadis itu pun akhirnya nya memutuskan untuk kembali menunggu sahabat nya itu, sebentar lagi. Karena mungkin diri nya benar, Elena tengah mengalami kemacetan di jalan.
Empat jam kemudian, perasaan Naura berubah menjadi rasa khawatir ketika Elena masih belum muncul dan ponsel nya pun juga mati.
Naura telah mengenal Elena sejak lama dan tahu jika Elena bukanlah orang yang suka membatalkan janji tanpa ada nya komunikasi di antara mereka.
Naura dan Elena telah berteman baik sejak awal bangku SMP, meski pun status mereka berbeda.
Naura di besar kan di sebuah panti asuhan dan tak mengenal siapa orang tua kandung nya sejak kecil. Namun, Naura tidak pernah membiarkan latar belakang menghalangi jalan hidup nya, ia ingin menjadi seorang yang sukses di masa depan nya, hingga Naura selalu berusaha agar mendapatkan uang dan bisa bersekolah hingga jenjang kuliah dan menjadi seorang perias yang profesional.
Sembari memainkan ponsel nya, perasaan cemas terus melanda diri nya. Gadis itu menarik napas nya dalam - dalam sembari memikirkan keberadaan sang sahabat . " Elena, kamu di mana ?". Gumam gadis itu.
Beberapa menit kemudian, Naura akhirnya memutuskan untuk menghubungi nomor telepon rumah Elena yang masih tersimpan di ponsel nya, hanya untuk menanyakan apakah Elena sudah pulang atau belum.
" Hallo, aku teman Elena. Bisa katakan di mana Elena sekarang?". Tanya Naura pada seseorang, entah siapa yang mengangkat panggilan dari nya.
" Oh, saya Amanda, ibu tiri Elena".
" Hai Tante, maaf aku ganggu waktu nya, aku ada buat janji sama Elena. Tante tau Elena di mana sekarang? Soal nya dari tadi aku nungguin dia dan telfon nya gak aktif". Kata Naura dengan cemas.
" Dia pasti cape sampe ga mau di ganggu dan lupa mengabari mu, Elena ada di rumah, mungkin dia sedang tidur. Apa perlu saya panggilkan?".
Naura menghela napas lega nya. " Oh gak perlu tante, biarin dia istirahat. Aku cuma khawatir tadi karena dia ga ada kabar ".
" Ya sudah, jika tidak ada lagi yang penting, telpon nya saya tutup ".
" Iya tante , makasih ".
***
Keesokkan hari nya, Sarah mengira jika diri nya datang terlambat. Namun ternyata sesampai nya di ruang kerja Elena untuk menyampaikan kehadiran nya, Sarah justru sama sekali tak dapat menemukan keberadaan Elena padahal jam sudah menunjukkan waktu jam kerja dan Elena sama sekali tidak pernah membolos untuk tidak berangkat bekerja.
Beberapa menit berlalu, seharusnya Elena sudah datang. Mengingat mereka telah membuat janji pertemuan yang perlu mereka hadiri bersama dan ada juga beberapa pembaruan kontrak yang perlu Elena tinjau kembali.
Namun, setelah menunggu lama. Elena tak kunjung datang. Panggilan yang Sarah lakukan, bahkan tidak sama sekali membuahkan hasil. Panggilan selalu saja dalam jangkauan sibuk.
Sarah mulai curiga, Elena adalah atasan yang sangat disiplin dan pekerja keras. Tidak mungkin jika gadis itu membolos kerja tanpa alasan. Mungkinkah sesuatu telah terjadi pada Elena ?.
Sarah pun menelpon kediaman Smith dan seorang pelayan mengatakan jika Elena belum pulang dari kemarin. Perasaan khawatir menyelimuti Sarah dan seketika ia teringat jika setelah pulang kerja Elena memiliki janji bertemu dengan sahabat nya— Naura.
Beruntung Sarah masih menyimpan nomor ponsel Naura, dan dengan segera sarah menelpon nya.
" Halo ?".
" Halo nona Naura, apa kamu sedang bersama Nona Elena ? Dia tidak pulang ke rumah dari kemarin dan ponsel nya pun juga mati ". Kata Sarah dengan cemas pada Naura di seberang sana.
" Apa?! Kita kemarin gak saling bertemu , karena dia gak dateng. Bukan nya dia ada di rumah ya ? Apa terjadi sesuatu?". Tanya Naura dan dari suara nya terdengar jika Naura merasa takut.
" Aku tidak tahu, tapi aku sudah menelpon ke rumah dan pelayan mengatakan jika nona Elena belum pulang dari semalam ".
Jika Elena tidak ada di rumah dan tidak sedang bersama dengan Naura, lalu di manakah Elena sekarang dan bersama siapa ?.
" Menurut mu aneh gak kalo Elena tiba - tiba menghilang padahal jabatan dia baru saja resmi ". Ada jeda beberapa saat setelah Naura mengatakan hal tersebut.
Naura menarik napas nya dalam - dalam. " Sarah cari cara untuk menghubungi Malvin dan beri tau dia mengenai Elena yang hilang, bahkan jika kita melapor ke kantor polisi sekarang, mereka pasti akan meminta kita menunggu selama 48 jam. Lebih baik minta bantuan Malvin ".
" Ide bagus, terima kasih nona Naura ".
" Jangan lupa mengabari jika ada berita tentang Elena ". Pinta Naura.
Sementara Sarah hanya menganggukkan kepala nya meski Naura tak melihat nya lalu memutuskan sambungan nya secara sepihak.
Baru lah setelah itu, sarah mencoba menghubungi nomor kantor Malvin yang tersimpan di ruang kerja Elena.
Sarah telah mencoba menelpon Malvin dengan nomor kantor, tetapi setiap kali Sarah meminta untuk di sambungkan dengan Malvin, resepsionis selalu mengira jika Sarah hanyalah seorang penelpon yang iseng .
" Banyak sekali yang ingin berbicara dengan tuan Malvin, nona. Apakah menurut mu mudah untuk berbicara dengan seorang CEO perusahaan Narendra? Jadi, tolong berhenti lah menelpon". Kata seorang resepsionis dan panggilan di putus secara sepihak.
Akhir nya, Sarah tak memiliki pilihan lain. Selain memutuskan untuk mendatangi perusahaan Malvin dan beruntung nya, Malvin saat itu terlihat akan meninggalkan perusahaan. Sarah pun menggunakan kesempatan itu untuk berbicara dengan Malvin meski ia harus melewati para bodyguard yang siap siaga menjaga pria itu.
" Terima kasih karena tuan Malvin mau memberi saya kesempatan untuk berbicara dengan anda ".
" cepat katakan, saya tidak punya waktu banyak ". Kata Malvin dengan tegas.
" Tuan, Nona Elena hilang dari kemarin. Saya sudah menelpon rumah dan sahabat nya tapi belum menemukan di mana keberadaan nona Elena sekarang, saya datang kemari untuk meminta bantuan tuan ".
" Apa ?!".
Malvin terkejut setelah mendengar penjelasan dari asisten Elena itu. Ia mengepalkan tangan nya dan berfikir siapa yang berani menyewa preman untuk menculik Elena.
Siapa yang berani melakukan hal tersebut pada Elena?.
" Kau bisa pergi, saya akan mencari nya ". Kata Malvin.
Sarah pun membungkukkan badannya dan tak lupa mengatakan terima kasih sebelum akhir nya pergi meninggalkan Malvin.
**
Sementara itu di tempat lain, di suatu daerah yang terpencil di pinggiran kota. Seorang gadis mungil, tengah di ikat di sebuah kursi di sebuah ruangan yang gelap dan pengap. Wajah nya merah dan bengkak sementara bibir nya pecah - pecah dan berdarah.
Jantung nya berdegup kencang karena ketakutan.
Di mana dia sekarang?.
" Halo... ada yang bisa mendengar suara ku ? Siapa pun ada orang di luar gak ? ". Teriak Elena lemah, sudah dari kemarin ia dalam keadaan seperti. Namun tak ada seorang pun yang masuk dan memberi nya makan atau minum, ia ketakutan. " Aku mohon, biarkan aku pergi dari sini". Teriak Elena lagi.
Seorang pria tiba - tiba masuk dengan tampang nya yang garang dan menakutkan.
Pria itu berjalan menghampiri Elena dan langsung menampar pipi gadis itu, membuat bibir Elena kembali mengeluarkan darah karena nya.
" Apa kamu tidak bisa diam, hah ?". Bentak pria itu dan kembali menampar Elena untuk membungkam gadis itu agar tak berani berteriak lagi.
" Lepaskan aku dari sini ". Pinta Elena menggerak - gerakan kursi nya, meski tali ikatan tak bisa terlepas.
" Jika kamu mau bersikap baik, kita mungkin akan membiarkan mu pergi. Tapi sayang nya, tidak bisa kita di bayar untuk membunuh mu". Kata pria itu .
Elena menggigil ketakutan saat mendengar perkataan pria itu. Entah itu hanya sebuah ancaman atau memang fakta nya, Elena benar - benar tak ingin mati konyol sekarang.
Siapa yang berani menyewa preman untuk menculik dan membunuh nya ?.
Kebencian seperti apa yang di miliki orang itu hingga tega memperlakukan Elena seperti ini ?.
Namun, pikiran Elena tiba - tiba tertuju pada ibu dan saudari tiri nya. Mungkin kah mereka yang telah tega melakukan ini pada nya ?.
Setelah menyadari jika usaha nya untuk melepaskan diri hanya berakhir sia - sia dan hanya akan menyakiti kulit nya saja. Elena pun berhenti dan pasrah dengan berdoa dan berharap ada yang datang untuk menyelamatkan diri nya.
Tetapi, apakah ada orang yang menyadari jika diri nya hilang ?.
Ini adalah masa tersulit bagi Elena, ia mengalami dehidrasi dan tubuh nya terasa lemas. Dering ponsel tiba - tiba terdengar dari sudut ruangan dan Elena mendengar salah satu preman tengah mengangkat panggilan dari ponsel tersebut.
" Ya dia ada bersama kami sejak kemarin, dari mana saja kamu. Mengapa baru mengabari kami hari ini ?".
" ... ".
" Kami tidak memberi nya makan apa pun, seperti yang kamu perintah kan ".
" Begini nyonya atau siapa pun kamu, kami tidak berniat untuk memperk*osa gadis itu, yang terpenting kirim uang nya sekarang dan kamu akan mendapatkan kabar tentang kematian nya ".
Hati Elena terasa sakit setelah menguping pembicaraan preman itu dengan seorang wanita yang ada di balik telpon.
Wanita itu tega memerintahkan preman itu untuk memperko* a diri nya ?.
Siapa pun dalang di balik ini semua , dia sangat kejam.
" Kirim saja uang nya dan kita bisa menegosiasikan ini semua ". Kata preman itu, lalu panggilan terputus.
Jantung Elena berdebar kencang saat rasa takut kembali menyelimuti diri nya. Dia tak tahu kapan uang itu akan di kirim, namun yang pasti jika uang tunai itu sudah di kirim, pasti nyawa nya juga tidak akan selamat.
Elena hanya dapat berharap, sebelum uang itu di kirim. Semoga ada yang datang dan menyelamatkan diri nya..