NovelToon NovelToon
TERPAKSA DINIKAHI PAK DOSEN

TERPAKSA DINIKAHI PAK DOSEN

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:41.6k
Nilai: 5
Nama Author: ZIZIPEDI

Nasib sial tak terhindarkan menimpa Faza Herlambang dan mahasiswinya, Caca Wijaya, saat mereka tengah melakukan penelitian di sebuah desa terasing. Tak disangka, sepeda motor yang menjadi tumpuan mereka mogok di tengah kesunyian.

Mereka pun terpaksa memilih bermalam di sebuah gubuk milik warga yang tampaknya kosong dan terlupakan. Namun, takdir malam itu punya rencana lain. Dengan cemas dan tak berdaya, Faza dan Caca terjebak dalam skenario yang lebih rumit daripada yang pernah mereka bayangkan.

Saat fajar menyingsing, gerombolan warga desa mendadak mengerumuni gubuk tempat mereka berlindung, membawa bara kemarahan yang membara. Faza dan Caca digrebek, dituduh telah melanggar aturan adat yang sakral.

Tanpa memberi ruang untuk penjelasan, warga desa bersama Tetuah adat menuntut imereka untuk menikah sebagai penebusan dosa yang dianggap telah mengotori kehormatan desa. Pertanyaan tergantung di benak keduanya; akankah mereka menerima paksaan ini, sebagai garis kehidupan baru mereka

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZIZIPEDI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DUA PULUH TUJUH

Dua hari berlalu, menyisakan cerita indah bersama Faza. Tak terasa momen manis tercipta tanpa direncanakan. Kehidupan merka mengalir begitu saja seperti mata air Zamzam. 

Hujan deras mengguyur kota pagi ini, Faza yang bersiap untuk pergi ke luar kota karena pekerjaannya, memaksanya harus menandatangani kontrak kerja sama dengan salah satu perusahaan di Surabaya. Faza pun terpaksa meninggalkan Caca, karena kebetulan esok hari Caca akan mengikuti acara wisuda, sangat tidak mungkin jika Caca ikut bersamanya.

Caca berdiri mematung di ambang pintu, memandangi bulir air hujan yang memecah di luar sana. "Mau berangkat sekarang, Pak? Tapi... di luar masih hujan," lirihnya, mencoba meredam perasaan yang berkecamuk di hati. 

Rasanya ingin Caca menghentikan langkah Faza, ingin sekali memintanya tetap di sini, setidaknya sampai acara wisudanya besok. Tapi, bibirnya terlalu kelu, seakan takut kata-katanya akan membuat dirinya terlalu berharap lebih kepada seseorang yang Caca  tahu hatinya tidak untuknya.Caca cukup sadar, kebahagiaannya bukan tanggung jawab Faza. 

"Ya gimana lagi, ini kesempatan emas untuk perusahaan. Saya harus pergi sekarang," jawabnya santai. Caca mengangguk pelan, Sungguh Caca tak mau mempersulit suaminya. Caca pun tahu posisinya—hanya seorang istri yang hadir karena keadaan, bukan karena cinta.

"Saya pergi ya. Saya usahakan besok bisa pulang, tapi nggak janji," tambahnya, sebelum melanjutkan, "Emmm... satu lagi, selama saya nggak di rumah, kalau mau keluar minta antar Pak Joko saja."

Caca mengangguk lagi, tidak ingin memprotes. Bagaimanapun, Caca bersyukur dia masih peduli—walau peduli itu mungkin sekadar formalitas saja. Yang jelas Caca tak mempersoalkan hal itu, bisa hidup berdampingan dengan pria yang sangat ia kagumi saja sudah cukup membuat dirinya bahagia.

"Saya Pergi..." ucapnya sambil mengelus lembut kepala Caca. Caca mengangguk dan tersenyum melepas kepergian pak dosennya. Ketika tangan Faza mengelus kepala Caca  sesaat sebelum masuk mobil, ada perasaan hangat yang selalu datang bersama dengan rasa pahit yang sama pula. Caca mencium tangannya dengan takzim, berharap Allah melindungi suaminya selamat sampai tujuan.

Caca menghela napas panjang, lalu melangkah masuk ke rumah, menyadari satu hal yang terus menggema dalam batinnya: "apa yang kuharap dari cinta yang tak pernah menjadi milikku?" Batin Caca tersenyum getir, sambil bersandar di balik pintu.

Namun lagi-lagi, pikiran warasnya membangunkannya. Ada sesuatu yang tiba-tiba menyeruak di dalam hati, sebuah rasa syukur yang tak bisa ia abaikan.

"Ya Tuhan, aku tak ingin serakan, aku iklas dengan keadaanku," bisiknya dalam hati. Caca lantas menyadari akan kebaikan Faza.

Faza menerima kehadirannya dengan sikap terbuka yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

"Pak Faza mungkin tak mencintaiku, tapi aku akan tetap mencintainya sebagai suamiku. Meski Aku bisa merasakan ada jarak di antara hati kami. Tapi apa itu penting? Bukankah perhatian dan tanggung jawabnya sudah cukup untuk membuatku merasa dihargai?" Caca terus memberi kekuatan pada dirinya. Caca tersenyum, memberi kekuatan pada hatinya yang sebenarnya rapuh.

"Jangan banyak berpikir Caca. Bukankah Pak Faza tidak pernah memperlakukanmu seperti seorang asing, apalagi menganggapmu sebuah beban dalam hidupnya. Dia melindungimu, menunjukkan kepedulian yang tulus, sesuatu yang mungkin belum pernah kamu rasakan dari siapapun sebelumnya" Gejolak batinya terus berperang dengan isi kepalanya.

Caca lantas merenung, duduk di sofa ruang tengan sambil memainkan remot televisi.

Televisi itu menyala, namun, Caca tak dapat meresapi acara yang dia putar.

"Tidak....Aku tak ingin menjadi wanita yang rakus akan perasaan cinta, menuntut untuk dipuja bagai ratu di istananya. Itu bukan Aku dan mungkin itu bukan yang aku butuhkan. Aku hanya ingin dianggap ada, itu saja sudah cukup," lagi lagi Caca tersenyum mengingat, sikap hangat Faza padanya. Dengan itu, Caca  belajar apa arti sesungguhnya dari diterima—tanpa cinta, di terina tanpa pengakuan besar, hanya dengan rasa hormat yang sederhana tapi sangat bermakna, bagi Caca.

Sementara, di tempat lain di bandara,ternyata Alfin sudah menunggu Faza sedari tadi. 

"Ayo, sebentar lagi pesawat kita,take-off, kamu sudah urus boarding pass..?" 

"Hem...sudahku urus melalui check-in online" jelas Faza sambil berjalan menuju ruang tunggu. 

Waktu berlalu, begitu cepat,tak terasa pesawat sudah mendarat di Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya. Disana, Faza dan Alfin sudah di sambut oleh orang utusan Pak Setyo, selaku Direktur utama perusahaan yang akan bekerja sama.

Faza dan Alfin dibawa langsung ke kantor pusat, di sana mereka disambut hangat.

"Selamat datang Pak Faza, Pak Alfin, mari" sambut Satyo setelah menjabat tangan Faza dan Alfin. Langkah kaki mereka tegas, menuju meeting room.

Mata Faza menyapu dengan tegas, ruangan yang terlihat rapi dan megah. Dengan jajaran kursi yang teratur. Setelah pembawa acara, memanggil kedua nama yang berpengaruh itu,

Faza selaku Direktur utama FGG, memasuki ruangan dengan langkah mantap, mengenakan setelan jas hitam yang sempurna. Sejurus kemudian, Direktur Utama Global Windows, Pak Satyo, mengikuti dari arah berlawanan dengan ekspresi wajah yang penuh konsentrasi. Keduanya saling mengangguk sebagai tanda salam sebelum mengambil tempat di sisi yang berlawanan dari meja tersebut.

Faza Sang direktur, FGG memeriksa dokumen dengan teliti, kacamata membantu fokus pada setiap kata yang tertulis. Sementara itu, Pak Satyo hanya menatap dokumen itu dengan rasa percaya diri yang tinggi, menunjukkan bahwa ia sudah tidak asing lagi dengan isi perjanjian.

Setelah beberapa saat, Faza menoleh ke Pak Satyo, "Semua sudah sesuai, Pak Satyo," ucapnya dengan nada yang mengandung kepuasan. Pak Satyo mengangguk, tangannya sudah memegang pena siap untuk bertindak.Suasana menjadi hening sejenak, hanya terdengar suara pena yang bergerak di atas kertas.

Faza menandatangani bagian yang telah ditentukan dengan tanda tangan yang kokoh dan percaya diri. Setelah itu, ia menyodorkan dokumen tersebut kepada Pak Satyo yang tanpa ragu juga menandatangani kontrak tersebut. Dengan disaksikan Dewan direksi dan para investor.

Dengan sebuah senyuman kecil, mereka berdua berdiri dan berjabat tangan dengan kuat.Suara tepuk tangan pun menggema, "Ke depannya kita akan menciptakan banyak kesuksesan bersama," ucap Faza. Pak Satyo mengangguk, "Saya yakin itu, Pak Faza.Dengan kemampuan Anda sangat tidak diragukan lagi," ujar Satyo .

Selepas penandatanganan kontrak,mereka langsung meninggalkan Global windows. Alfin membawa Faza kesebuah kafe terkenal di Surabaya.

Faza duduk santai di kursi kafe sambil menunggu pesanannya datang. Tangannya sibuk memeriksa email di layar ponsel, mencoba terlihat tenang, meskipun pikirannya tidak sepenuhnya damai, entah kenapa ada kegelisahan di sudut hatinya.

Sedang asik dengan ponselnya, Alfin membuka pembicaraan, suaranya ringan namun penuh arti. "Za, setelah ini aku mau cari sesuatu untuk Caca. Besok, di hari istimewanya, aku ingin memberinya hadiah, yang istimewa pula."

Faza menghentikan aktivitasnya seketika. Cangkir kopi yang baru saja hendak ia teguk kini tertahan di udara. Pandangannya langsung tertuju pada Alfin, tajam, mencoba membaca apa yang sebenarnya tersirat di balik ucapan temannya itu.

"Hadiah...?" gumam Faza, suara itu keluar pelan namun membawa riak besar di dalam hatinya. Sebuah perasaan asing muncul, mencengkeram hatinya, sesuatu yang ia tahu tak seharusnya ada. Cemburu? Tidak mungkin, batinnya berusaha menyangkal, namun perasaan itu justru semakin nyata.

"Kenapa harus Caca? Kenapa bukan yang lain? Faza mencoba meyakinkan dirinya bahwa itu hanyalah sebuah anggapan berlebihan, namun bayangan bahwa Caca bisa berarti lebih bagi Alfin terus mengganggunya.

"Kenapa? Ada yang salah?" tanya Alfin, suaranya datar namun matanya seperti ingin mencari sesuatu di wajah Faza. Faza menarik napas panjang, berusaha menetralkan emosinya.

"Gak ada yang salah," ujarnya, nadanya terdengar berat. "Kalau kamu memberinya hadiah sebatas hubungan antara dosen dan mahasiswa, itu gak masalah. Tapi akan sangat salah kalau kamu memberinya hadiah karena dia itu..." Kata-katanya terpotong di tengah. Sebelum Faza sempat menyelesaikan kalimatnya, sebuah tepukan di bahunya membuat tubuhnya menegang.

Refleks, Faza menoleh, dan suara lembut yang menyapanya seakan melumpuhkan seluruh sendi tubuhnya. "Selamat siang, Pak Faza," ujar suara itu, lembut penuh godaan, cukup kuat untuk memecahkan dunianya yang mendadak terhenti. "Felin..." nama itu nyaris tak bisa keluar dari mulutnya, suaranya tersekat di tenggorokan. Jantungnya berdegup kencang, bukan karena rasa cintanya, tapi karena sesuatu yang jauh lebih rumit sekedar rasa cinta di hatinya.

1
melda melta
keren Thor... lanjuuuuut
Fitra Sari
lanjut Thor up nya semakin bagus ..jangan lama2
Herman Lim
akhir BS kumpul lagi setidak Caca BS ngomong dari hati ke hati donk
Tasari Tasari
😭😭😭😭lanjut up tor jangan lama2 💞💞
Asma Nurfadilah
lanjut kak
partini
oke
partini
apakah dugaan ku benar ,so kita lihat episode selanjutnya
Tasari Tasari
lanjut tor ,up jangan lama2 semangat💪🏼
Fitra Sari
lanjuuuuuutttt thorr
Ria Agustina
lanjut tor
Tasari Tasari
tor kok up nya lama😩
Zizi Pedi: iya kk, lagi sibuk di dunia nyata. ngerjain tugas PPG,jadi radak keteteran.
total 1 replies
Fitra Sari
ko jarang up sih thorr ...pdhal nungguin truss
Herman Lim
lanjut Thor penasaran yg pasti Faza dah terima semua kekurangan dari istri nya
Fitra Sari
lanjuttt donkk thorrr up yg bnyak .dari kemarin ga up2 🙏🙏🙏🙏
Tasari Tasari
lanjut tor 👍🏼
Fitra Sari
lanjuttt donkk thorrrr
Herman Lim
moga Caca ke rmh org tua faza dan semoga kebusukan felin terbuka
Fitra Sari
kenapa hari ini ga up KK ...nungguin lhoo
sunshine wings
Semangat author 💪💪💪💪💪
♥️♥️♥️♥️♥️
sunshine wings
Felin bukan jodohmu Faza.. Kenapa harus bertahan sampe tujuh tahun??? Atas alasan belum siap??? Nonsence!!! Kalo udah jodoh Allah akan berikan jalan untuk mempermudahkan iya kan..
Atas apapun alasan itu!!!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!