Kuburan Di Tengah Rumah

Pagi hari rumah leluarga Romo kembali di hebohkan karena mayat Elvan sang bayi tersebut sudah meninggal dengan tubuh membiru dan busa di sekitar mulut nya, Alika tentu histeris karena sangat tidak bisa mau menerima bahwa sang anak harus mati dengan cara seperti ini, walau bukan mati begini pun dia tetap tidak rela.

Dalam keluarga ini anak adalah aset yang sangat berharga, memang anak begitu berharga untuk keluarga mana pun karena itu darah daging yang harus di jaga dengan baik. namun kalau untuk keluarga ini harus lah anak laki laki yang berharga, bila perempuan maka tidak akan di anggap baik oleh mereka.

Ini sekarang malah aset berharga nya Alika meninggal dunia karena di culik oleh arwah seseorang, Barjo yang di minta untuk mencari hanya bisa menggeram karena dia sudah telat dan tidak bisa mau menolong. begitu juga dengan Romo, dia tidak terima apa bila cucu nya mati dan malah menyalahkan Alika.

"Kau tidak becus menjaga anak, apa saja kerja mu!" bentak Romo.

"Romo, Alika sedang makan dan saat itu Elvan sedang di jaga Ibu." Yusuf membela istri nya.

"Diam!

Yusuf seketika menutup mulut nya karena dia tidak berani mau membuka suara saat Romo sudah membentak, Alika juga begitu terpuruk sekarang. sudah lah nelangsa karena kehilangan anak tersayang, malah kena marah juga dan di salahkan oleh mertua.

Rumah kembali berduka setelah kemarin kematian nya Bu Sri, sekarang di rumah nya Yusuf anak bungsu nya Bu Ageng dan juga Romo. suasana duka kembali terasa dan sekarang para tamu sudah datang, mereka mengucapkan bela sungkawa atas meninggal nya bocah kecil yang masih suci tersebut.

"Menangis lah, Nak." Tuan Karnomo mengelus kepala putri nya.

"Alika tidak ingin di tinggal Elvan, Ayah! bagai mana anak ku malah mati, semua ini gara gara Bu Sri." Alika terus menyalahkan istri tua Romo.

"Tidak baik bicara begitu, mertua mu nanti bisa marah jadi lebih baik tidak usah ungkit masalah itu." nasihat Tuan Karnomo.

"Tapi memang benar kalau itu perbuatan dia, sebab saat itu dia datang padaku dan membisikan kata kata akan membuat anak anak sengsara." jelas Alika.

"Nanti Ayah akan cari dukun yang bagus, itu Barjo kelihatan nya tidak paten." Tuan Karnomo tidak suka.

Alika mengangguk karena memang rasa nya Barjo kurang paten sebagai dukun, sebab dulu nya yang jadi dukun orang tua Barjo dan dia meneruskan saja. orang tua Barjo ini lah yang sudah jadi dukun nya Romo, jadi sekarang dengan anak masih percaya saja karena mengira akan sama paten nya.

"Sudah jangan menangis lagi, kita mandikan dulu Elvan nya." Yusuf masuk kedalam kamar.

"Aku tidak sanggup." Alika menggeleng sambil menutup wajah.

"Jadi kamu tidak usah ya, biar Mas saja." Yusuf tau kalau istri nya tertekan.

"Kamu mandikan saja, aku akan menunggu di sini." lirih Alika sambil mengusap air mata yang berderai.

Yusuf paham perasaan nya Alika bagai mana karena dia lah orang tua nya, jadi Alika yang paling kehilangan soal anak. tapi orang tua mereka sama sekali tidak peduli, malah menyalahkan Alika balik, seolah dia tidak ada dosa sama sekali dan Alika hanya lah alat untuk membuat anak laki laki.

...****************...

"Elvan meninggal, Dik!" Harun memberitahu istri nya tergesa gesa.

"Elvan siapa?" Lisa yang masih membereskan kamar tidak menoleh.

"Anak nya Yusuf, kata nya tadi malam hilang dan pagi di temukan sudah membiru dengan mulut berbusa!" Harun panik juga mendengar nya.

"Jadi kamu mau pulang dan melayat?" Lisa menatap suami nya.

Harun masih bimbang karena perjalanan nya yang sangat jauh, sedangkan perjalanan nya tadi malam saja masih terasa lelah di badan sehingga mau gerak kesana kemari masih malas. tapi bila tidak pulang maka orang tua nya akan mengamuk, Harun masih tidak tau mau mengambil langkah apa untuk sekarang.

"Tidak usah lah, aku lelah juga." Harun akhir nya tidak pulang.

"Nanti orang tua mu marah dan menyalahkan aku!" sengit Lisa.

"Akan ku cari alasan lah, kesana juga sangat jauh jadi lebih baik tidak usah pulang." Harun kembali merebahkan diri.

"Dia meninggal karena apa kok sampai biru badan nya, Mas?" Lisa penasaran juga lama lama.

"Tidak tau, kata nya Sania dia sempat hilang dan pagi nya baru di temukan tapi sudah begitu." jelas Harun.

"Kamu percaya enggak kalau hukum karma itu ada?" Lisa menatap suami nya tajam.

"Ya mungkin saja, selama ini Alika juga sangat sombong karena punya anak laki laki. tapi ya sudah lah, kita tidak usah sibuk membahas mereka saja!" Harun malas.

Sedangkan Lisa pikiran nya sudah kemana mana, selesai membersihkan kamar maka dia pun keluar untuk melihat bagian lain karena tadi malam memang tidak sempat. selain karena sudah malam, dia juga takut dan memang belum ada pipis sama sekali.

"Mas dapur nya yang arah kanan atau kiri?" tanya Lisa.

"Yang arah kanan dekat tangga, belakang nya dulu taman sih tapi sekarang pasti semak belukar." jawab Harun.

"Kamu bersihkan lah, takut nya nanti ada ular pula." ucap Lisa.

"Nanti kalau aku udah hilang ngantuk nya baru ku lihat, sekarang mau istirahat dulu." jawab Harun tanpa menoleh dan memilih tidur dengan putri nya.

"Dasar tukang tidur, ada saja yang untuk alasan!" rutuk Lisa menuruni tangga.

Baru saja turun tangga dia sudah terpana melihat wanita cantik di dalam sebuah foto, baru dia sadar kalau itu foto nya Bu Sri. di sebelah nya ada foto yang lebih tua lagi, pasti itu yang menjadi Eyang nya Harun.

Lisa tidak tau karena dia belum sempat ketemu dengan Eyang, dua tahun sebelum mereka menikah Eyang sudah meninggal dunia dan rumah ini memang tidak terawat lagi oleh siapa pun, karena mereka kaya sehingga punya banyak rumah lain.

"Dia berfoto dengan menantu kesayangan nya." gumam Lisa..

Setelah itu Lisa melirik di mana kuburan berada, rasa berdebar kembali bersarang di dalam hati. andai saja bisa maka dia akan mengangkat kuburan itu dan memindahkan nya, aneh sekali karena kuburan di letakan di dalam rumah.

"Hahhh, semoga saja Eyang tidak mengganggu kami. kasihani lah kami yang sudah tidak punya rumah, Eyang!" ujar Lisa pelan dan penuh harap.

Hanya rumah ini yang bisa mereka tinggali dan bila di sini tidak betah mau tinggal di mana lagi, ngontrak pun pasti nya tidak akan ada uang, Harun juga belum kerja karena selama ini dia tidak pernah kerja ikut orang.

Selamat hari sabtu dan terima kasih buat yang udah dukung othor, novel yang judul nya DENDAM SUKMA dapat juara dua alhamdulilah ya.

jangan lupa like dan comen nya terus, semoga nanti di bulan agustus bisa menang lagi ya guys, terima kasih buat teman teman semua dan semoga kalian sehat selalu.