Safira Maharani hanyalah gadis biasa, tetapi nasib baik membawanya hingga dirinya bisa bekerja di perusahaan ternama dan menjabat sebagai sekretaris pribadi CEO.
Suatu hari Bastian Arya Winata, sang CEO hendak melangsungkan pernikahan, tetapi mempelai wanita menghilang, lalu meminta Safira sebagai pengantin pengganti untuknya.
Namun keputusan Bastian mendapat penolakan keras dari sang ibunda, tetapi Bastian tidak peduli dan tetap pada keputusannya.
"Dengar ya, wanita kampung dan miskin! Saya tidak akan pernah merestuimu menjadi menantu saya, sampai kapanpun! Kamu itu HANYA SEBATAS ISTRI PENGGANTI, dan kamu tidak akan pernah menjadi ratu di istana putra saya Bastian. Saya pastikan kamu tidak akan merasakan kebahagiaan!" Nyonya Hanum berbisik sambil tersenyum sinis.
Bagaimana kisah selanjutnya, apakah Bastian dan Safira akan hidup bahagia? Bagaimana jika sang pengantin yang sebenarnya datang dan mengambil haknya kembali?
Ikuti kisahnya hanya di sini...!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27
...***...
Tuan Gustav menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Beliau bisa memahami situasi yang dihadapi Farah saat itu. Sebagai seorang dokter, dia memang dituntut harus profesional dalam bekerja karena telah terikat sumpah.
Dan Tuan Gustav bisa memaklumi akan hal itu. Kini yang menjadi masalah adalah, bagaimana caranya memberitahu bahwa Bastian telah menikah dengan wanita lain sebagai pengganti dirinya, demi menghindarkan keluarga mereka dari rasa malu. Bagaimanapun juga Farah harus tahu kebenarannya.
"Mari, silakan dicicipi hidangan ala kadarnya," tawar Tuan Gustav dengan ramah, ketika asisten rumah tangga datang dan menyuguhkan minuman serta kudapan kepada tamu seperti yang telah diperintahkannya sebelumnya.
Tuan Gustav berusaha menciptakan suasana sehangat mungkin, agar tamunya tidak merasa canggung. Pada dasarnya meskipun kaya raya, tetapi beliau adalah seseorang yang sangat membumi alias rendah hati dan tidak memandang orang lain berdasarkan kasta.
"Di mana Mami, Pi?" tanya Farah pada Tuan Gustav karena tidak melihat kehadiran Nyonya Hanum yang selama ini sudah dianggapnya seperti ibunya sendiri.
"Sepertinya mamimu ada di kamar," jawab Tuan Gustav, beliau lantas meminta ART yang tadi menyuguhkan minuman, untuk memanggil Nyonya Hanum.
Sementara di dalam kamarnya, Nyonya Hanum tampak duduk melamun sambil memegangi sebuah foto usang, yang mana di dalam foto itu tampak dirinya dengan seorang pria. Pintu kamarnya diketuk dari luar, seketika membuyarkan lamunannya.
Tok tok tok...
"Maaf, Nyonya Besar. Tuan Besar memanggil Anda dan diminta untuk datang menemui beliau di ruang tamu," beritahu ART dengan sopan.
Nyonya Hanum mendengarnya, tetapi beliau enggan untuk menyahut apalagi membukakan pintu sebab dirinya masih dalam mode marah pada suaminya.
"Tumben ada tamu? Kira-kira siapa mereka?" gumam Nyonya Hanum seraya memegang dagunya sambil memainkan keduanya jarinya, seperti sedang memikirkan sesuatu.
Pada akhirnya, karena merasa penasaran, beliau memutuskan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri, lalu berdandan ala kadarnya. Kemudian menyusul ke bawah untuk melihat siapa tamunya.
Ketika berada di ujung tangga bawah, Nyonya Hanum mengernyit begitu menangkap siluet dari tamunya. Beliau merasa seperti tidak asing dengan sosok tersebut.
Hingga sesaat kemudian netranya membulat sempurna, disertai pandangan tak percaya. Wanita paruh baya itu terpaku di tempatnya, tatkala melihat sosok seorang gadis yang selama ini dicari dan dirindukannya.
"Fa-Farah...!" serunya dengan mata berbinar, kemudian menutup mulutnya, masih belum percaya dengan apa yang dilihatnya.
Bagai gerakan slow motion, Farah menoleh ke arah sumber suara, lantas bergegas mendekati Nyonya Hanum dengan sedikit berlari, hingga akhirnya keduanya berpelukan dengan erat melampiaskan kerinduan di hati masing-masing.
"Sayang, mami sangat merindukanmu, Nak!" ujar Nyonya Hanum dengan suara bergetar.
Namun, kemudian otak cerdasnya seolah menemukan ide yang cemerlang dengan kedatangan Farah. Nyonya Hanum tersenyum penuh arti dan sayangnya tidak ada yang menyadari akan hal itu.
"Kebetulan macam apa ini? Sepertinya semesta memang sedang berpihak padaku, hhhah... Terima kasih ya Tuhan."
Semua yang melihatnya hanya berpikir bahwa Nyonya Hanum sangat bahagia bisa bertemu kembali dengan Farah. Padahal kenyataannya di dalam benaknya telah tersusun rencana untuk menekan Bastian agar bersedia menikahi Farah, dan menyingkirkan Safira menantu yang tak diinginkannya.
"Farah juga kangen sama Mami," balas Farah. Gadis itu semakin mengeratkan pelukannya.
Keduanya melerai pelukannya setelah puas melepaskan rindu. Nyonya Hanum membelai wajah Farah yang tampak tirus. Wanita paruh baya itu begitu terharu dan bahagia, akhirnya bisa bertemu kembali dengan calon mantu kesayangannya.
Sekali lagi, Nyonya Hanum membawa Farah ke dalam pelukannya, seakan ingin menyampaikan bahwa perasaannya kini dipenuhi kebahagiaan.
Farah lantas membimbing Nyonya Hanum menuju kursi, setelah melepas pelukannya. Namun Nyonya Hanum sedikit terkejut dan mengernyit bingung ketika mendapati pasangan suami-istri yang berpenampilan sederhana tampak terduduk dengan santai, tengah mengobrol hangat bersama Tuan Gustav tanpa ada jarak, seolah mereka adalah teman lama.
Nyonya Hanum yang sangat anti dengan orang miskin, tentu saja merasa tidak nyaman dengan apa yang tersaji di depan mata. Apalagi Tuan Gustav sang suami terlihat begitu menikmati obrolan itu hingga tercipta tawa dari keduanya.
"Siapa mereka, Sayang?" tanya Nyonya Hanum dengan mata memicing.
"Oh ya, Mi. Perkenalkan mereka adalah Abah Unang dan Emak Entin. Mereka berdua yang telah menolong dan merawat Farah selama ini," terang Farah memperkenalkan orangtua barunya.
Nyonya Hanum memaksakan senyumnya kepada kedua pasutri tersebut, dan hanya menangkupkan kedua telapak tangannya di dada enggan bersentuhan dengan pasangan tersebut.
Kini, mereka telah duduk bersama di ruang tamu, dan Nyonya Hanum tidak mau jauh dari Farah. Beliau terus merangkul lengan Farah seakan takut jika gadis itu akan pergi lagi.
"Oh ya, Kak Tian mana, Mi, Pi? Apa dia masih di kantor?" tanya Farah dan disambut oleh helaan napas panjang dari Tuan Gustav.
"Farah, sebenarnya ada sesuatu yang ingin papi sampaikan padamu," ucap Tuan Gustav.
"Apa itu, Pi? Apa itu mengenai Kak Tian?" tanya Farah penasaran.
"Oooh... Sayang! Bagaimana jika kita pergi ke salon saja?" cetus Nyonya Hanum, mengalihkan pembicaraan.
"Sebelum bertemu dengan Bastian, sebaiknya kamu harus melakukan perawatan terlebih dulu. Mami tidak ingin kamu bertemu Bastian dengan penampilan seadanya," sambungnya.
"Kamu harus terlihat cantik dan elegan, seperti biasanya, Farah! Kamu harus bisa membuat Bastian terpikat olehmu. Dengan begitu dia akan perlahan-lahan meninggalkan perempuan kampung yang miskin itu, dan berpaling padamu. Yesss...sempurna!" batin Nyonya Hanum.
"Aku tidak akan membiarkan perempuan kampung yang miskin itu dan bayinya merebut semua perhatian Bastian. Tidak akan...!"
Nyonya Hanum tersenyum dan menatap Farah dengan pandangan penuh arti seolah menaruh harapan besar pada gadis itu untuk menyingkirkan Safira dari sisi Bastian.
***
Bersambung
Cinta boleh, tapi segitunya banget sampai ngemis dan menawarkan diri jadi simpanan. Tobat deh Hanum😞😞