Musuh tapi menikah?
Itulah yang terjadi pada Essa dan Maureen, menjadi rival sejak kecil membuat hubungan mereka seperti Tom and Jerry, bertengkar dan selalu bertengkar tiap kali bertemu. Namun sebuah insiden yang terjadi membuat hubungan mereka seketika berubah dari musuh menjadi sepasang pasutri, padahal Maureen sudah punya kekasih yang akan melamarnya namun semuanya gagal akibat insiden ini.
Mampukah mereka mengarungi bahtera rumah tangga tanpa cinta ini sebagai mana mestinya? Atau kah pernikahan ini akan berakhir begitu saja?
Simak terus ceritanya ya. Boleh kasih like, komen, vote, dan Rate bintang 5 nya jika kalian suka. Segala bentuk dukungan kalian adalah penyemangat bagi author. Terima saran dan komentar membangun, tapi tidak hate komen ya, jika tidak suka skip saja, terimakasih 🙏😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Whidie Arista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 - Pikiran-pikiran Maureen
Kini Maureen sudah terbiasa dengan keberadaan Essa, bahkan kebiasaannya pun Maureen sudah hapal. Sebelum tidur dia akan membuka laptopnya sampai jam sembilan malam, setelah itu bermain ponsel selama setengah jam dan di pukul 21:30 dia akan tidur. Pagi-paginya dia selalu bangun lebih dulu dari Maureen, kemudian membantu Ibu mertuanya beberes dan memasak sarapan di dapur.
‘Kalau di pikir-pikir semuanya kebalik ya. Bukannya harusnya gue kan yang ngelakuin itu semua, tapi ini Essa yang notabenenya laki-laki dan suami gue, hah?’
Maureen melirik kearah Essa yang tengah fokus menatap layar laptopnya, sejujurnya dia juga pernah sekolah di perguruan tinggi tapi dia tak mau kerja kantoran dan malah buka usaha sendiri ya bengkel kecil itu. Kalau menurut Maureen sih itu menyia-nyiakan pendidikannya, buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau ujung-ujungnya jadi mekanik bengkel kecil, tapi tentu saja tidak bagi Essa. Karena selain hobi dia juga tidak suka pekerjaan yang terikat, dia ingin bebas dan mencoba usaha sendiri.
‘Tapi sedang apa dia, dari tadi fokus ama liat laptop, apa jangan-jangan dia nonton film biru?’
‘Laki-laki emang gak bisa di percaya,’ batin Maureen menyimpulkan sendiri, padahal belum tentu Essa sedang nonton atau justru melakukan hal lain.
‘Atau jangan-jangan dia lagi video call ama si Sasya? Wah kampret memang,’ Maureen meremas ujung selimutnya, kesal dengan dugaan di pikirannya sendiri.
Maureen pura-pura bermain dengan ponselnya, namun matanya melirik kearah Essa, jam sudah hampir menunjukkan pukul 21 kurang lima menit, sebentar lagi Essa akan menyudahi bermain laptopnya dan beralih memainkan ponsel dan benar saja dia melakukan itu seperti tebakan Maureen.
Essa merebahkan diri sambil bermain dengan ponselnya. Sedang Maureen justru bangun, dia duduk sambil bersandar di kepala ranjang, karena posisi mereka sejajar itu memungkinkan untuk Maureen bisa mengintip layar ponsel Essa, dia ingin melihat apa saja yang laki-laki lihat di ponselnya sampe anteng banget, dan ternyata laki-laki itu hanya melihat gambar-gambar motor dan onderdilnya yang ada di toko oren.
‘Oh, ternyata cuma nyari onderdil motor doang, kirain apa,’ ada perasaan lega dihatinya saat tahu Essa tak melihat yang aneh-aneh.
‘Tapi ngomong-ngomong kenapa gue kepo banget ya ama urusan si Essa, astaga Maureen elu pasti udah gila. Ngapain juga kepo terus ama dia, jangan bilang kalau lu udah nganggap Essa kaya laki lu beneran?’
Maureen mengurut kepalanya, ternyata pening juga saat pikiranmu bermain dengan sendirinya dengan praduga-praduganya yang terkadang sulit di terima oleh hatimu sendiri.
Tak berselang lama Essa sudah tampak tertidur dengan posisi memunggung. Maureen menatap kosong punggung itu, lagi-lagi perasaan itu, kenapa?
‘Apa semudah itu aku bisa lupain Arkan dan beralih menyukai Essa? Atau perasaan ini ada karena dia sudah terbiasa bersamaku? Tapi gimana kalau ternyata Essa gak suka sama aku dan memilih untuk tetap bercerai walau setelah dia tahu kalau aku suka dia?'
Ahhh....
Pikiran demi pikiran itu terbawa hingga ke tempat kerja, membuat Maureen sakit kepala, apa lagi sekarang dia harus membuat laporan untuk diserahkan ke Manager barunya.
Argghh...
‘Essa nyingkir lo dari kepala gue!’ teriaknya dalam hati, karena gak mungkin Maureen teriak disini di ruangan yang penuh dengan pekerja lainnya.
“Kenapa lu Reen, lagi sakit?” tanya Vanya saat mereka berjalan keluar dari gedung perkantoran, sengaja ingin mendinginkan kepala dengan suasana Kafe yang lebih tenang.
“Gak ko, cuma pusing dikit mikirin laporan,” dustanya, padahal isi kepalanya saat ini hanya tentang dia, Essa.
hubungan mereka jln di t4 aja...
😀😀😀❤❤❤❤
gak usah pakai kode apa2..
pasti Essa langsung ngerti klao kmu mau diunboxing ama essa..
Mauteen..
😀😀😀❤❤❤❤
daripada penasarannn..
😀😀😀❤❤❤❤❤
cari keeja di tempat lain..❤❤❤❤❤
❤❤❤❤
😀😀😀❤❤❤❤
apa dia niat ceraikan Maureen pas udah setahun..
❤❤❤❤❤
dikit amat .....
btw vanya ngetik apa buat Essa....
terus dibalas apa ya ama Essa...
❤❤❤❤❤
ayo akui kalo syka ama essa..
biar dia gak lari..
❤❤❤❤
segera buka hatimu buat Essa..
kalo gak keburu diembat oeang..
😀😀😀❤❤❤
❤❤❤❤
moga2 hati maureen segera terbuka buat Essa..
❤❤❤❤
mantan nempel Mulu kah kalau iya bagus tapi ga bagus jg sih
kalo gak gtu..
mqireen gak cemburu..
😀😚😀❤❤❤
kalo maureen gak mau..
vanya siqp nampung..
😀😀😀❤❤❤❤❤
kapok ketahuan..
❤❤❤❤❤❤
❤❤❤❤❤❤❤