🌹Sebastian & Nana 🌹
Sebastian, seorang pengusaha kapal pesiar yang mendunia. Seluruh hidupnya dia curahkan untuk gairah dan kesenangan. Dia dikenal sebagai pemain wanita, lady killer dan pria berhati dingin.
Memiliki rahasia menyakitkan di masa lalu, seorang gadis desa yang rencananya akan dia permainkan merubah segalanya.
Apa yang sebernanya terjadi? Mengapa Sebastian tergila gila pada gadis desa yang pernah melemparinya sandal?
P.S : Merupakan Buku Kedua Serries David - Sebastian dan Luke
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red Lily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Beberapa pertanyaan
🌹Jangan lupa yakkk kasih emak vote sebelum membaca.🌹
🌹Jangan lupa juga ajak yang lain, kek mantan mantan kalian, Nak. Rekomendasikan novel ini yak.🌹
🌹Terus follow igeh emak juga di @RedLily123. Gak bales bukan berarti sombong ya, emak kalau sekali buka DM-an suka gak bisa berhenti, akhirnya dimarahin suami. Nanti kalau ada waktu luang pasti Emak bales kok ya.🌹
Resepsi pernikahan yang sangat mewah, Nana bertemu beberapa orang asing. Dia tidak mengerti bahasanya, tapi Sebastian dengan baiknya berkata kepada mereka, “ (Maaf, istriku tidak terlalu paham bicara bahasa Inggris. Kalian bisa bicara denganku.)”
Dan beberapa tamu di sana memahami. Mereka tidak merendahkan, malah sangat menghormati Nana mengingat bagaimana Sebastian memperlihatkan jelas cintanya.
Sepanjang resepsi dan menemui beberapa tamu, tangan Sebastian senantiasa melingkar di pinggang istrinya.
“Apa kau ingin istirahat sebentar?” tanya Sebastian.
Nana yang memang merasa lelah itu mengangguk, membuat Sebastian membawanya ke ruangan tertutup, dimana mereka juga akan berganti kostum.
Di ruangan itu, Nana menjatuhkan bokongnya di kursi dengan suara lelahnya.
“Ini minumlah.”
“Terima kasih.”
Nana menerima botol itu. Namun, saat meminumnya dia merasa sangat pahit, membuatnya menatap Sebastian. “Apa ini, Kang Mas?”
“Itu adalah jamu agar kau tidak lelah, Sayang.”
Nana terdiam, dia agak asing mendengar nama panggilan itu, tapi dia mencoba terbiasa. “Adakah air mineral, Kang Mas?”
“Ingin air mineral?” tanya Sebastian, dia menyerahkan botol yang lain.
Dan saat Nana sedang minum, Marylin masuk. Membuat Sebastian memberi isyarat kalau mereka berdua meminta ruang.
“Sayang?”
“Iya?” jawab Nana dengan suara yang agak berat, dia berdehem karena telinganya masih merasa asing menangkap kata itu.
“Jangan panggil aku Kang Mas.”
“Lalu? Tapi Kang Mas lebih tua dariku.”
“Aku tahu, hanya saja kata Kang Mas seperti rempugan. Sudah Akang, Mas pula. Jadi panggil Mas saja ya.”
Nana berfikir sebentar sebelum akhirnya mengangguk.
Melihatnya seperti itu membuat Sebastian gemas, dia mencubit ujung hidung istrinya. “Kamu gemes banget sih.”
“Kapan Mas akan memberitahuku?”
“Tentang apa?”
“Penyakit Mas.”
Sebastian tertawa, mungkin ini saatnya dia memberitahu semuanya. “Baiklah, sebenarnya aku tidak sakit.”
“Tidak sakit?” tanya Nana dengan alis yang terangkat.
“Tidak, aku hanya ingin punya banyak anak.”
“Baiklah.”
“Baik?” tanya Sebastian merasa heran dengan Nana yang tidak berfikir panjang dengan perkataannya. “Kau menyanggupinya, Sayang?”
“Tentu saja, Mas adalah suamiku. Kenapa kita tidak bisa membuat anak?”
“Nanti malam?”
Sebenarnya Nana agak gugup membicarakan ini, dia juga sedikit takut. Tapi demi pria yang telah menolong keluarganya, Nana mengangguk.
“Asyik,” ucap Sebastian kemudian melayangkan kecupan di bibir sang istri.
CUP.
Nana kembali terdiam kaget, yang mana membuat Sebastian segera berucap, “Kau harus terbiasa dengan itu. Oke, Sayang?”
“Baik.”
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Lia dan Rina begitu menikmati pesta dengan makan makanan yang ada di sana. Bahkan tanpa ragu mereka meminta dibungkus untuk dibawa pulang. Selain itu, Rina juga tidak lupa memperhatikan suaminya.
“Kau mau makan apa, Mas?”
“Tumben sekali kau perhatian.”
“Anakmu telah mencukupiku, tentu saja aku baik.”
Rina merawat ayahnya Nana dengan baik meskipun itu berdasarkan pada uang.
Saat Lia sedang sibuk makan, tetangganya datang yang tidak lain adalah Yumna.
“Lia!”
“Mbak Yumna? Diundang juga?”
“Iya dong, aku kan selalu bantu Nana.”
Lia berdecak tidak suka, dia memang selalu iri dengan kehidupan Yumna yang serba berkecukupan.
“Jangan iri sama adikmu, Lia.”
“Gak iri, Mbak. Lagian udah punya pacar, emang sih harta menggiurkan, tapi aku tetep cinta sama pacarku.”
Yumna berdecak.
“Eh, Yumna datang,” ucap ayahnya Nana yang melihat.
“Hallo, Pak. Kau terlihat lebih sehat.”
“Terima kasih, ini semua karena pengorbanan Nana.”
“Ya, aku dengar rumah sakit memperlakukanmu dengan special. Apa dokter Deri juga masih ada di sana?”
Ayahnya Nana menggeleng. “Dia pindah entah kemana tanpa memberitahuku, sama seperti adikku Entis.”
“Jangan khawatir, yang penting sekarang kau sudah sehat dan berkecukupan.”
Dan saat Yumna dengan ayahnya Nana sedang berbincang, Eve sang pelayan pribadi Nana mendekat.
“Nona Yumna?”
“Iya?”
“Nyonya Nana ingin bertemu,” ucapnya kemudian memandu arah.
Yumna diarahkan ke ruangan di mana Nana sendirian di sana, dia baru saja berganti pakaian.
“Ya Tuhan Nana, lihat dirimu,” ucap Yumna melihat Nana secara langsung dan lebih dekat. “Kau sangat cantik.”
“Terima kasih, kemarilah, Kak.”
“Kenapa kau memanggilku? Aku melihatmu sibuk dengan orang orang bule tadi.”
“Maaf, aku tidak bisa menolak suamiku yang ingin memperkenalkanku pada mereka.”
“Santai saja,” ucap Yumna duduk di samping Nana. “Kenapa memanggilku?”
“Aku ingin menanyakan sesuatu.”
“Tentang apa?”
Nana sedikit ragu. “Tentang Malam pertama.”
“Oh my god.”
🌹🌹🌹🌹
To Be Continue….