Mengandung adegan 21+ harap bijak membaca.
Lanjutkan dari Hot Mother And The Bos Mafia
Sebuah lahan panti asuhan menjadi perebutan dua orang,yang satunya ingin membangun real estate dilahan itu sedangkan yang satunya lagi ingin mempertahankan hak anak-anak dari tangan kejam sipemilik tanah yang memang ingin membangun sebuah real estate disana.
Bisakah Silvia Smith memperjuangkan hak anak-anak dari tangan Ambraham Achilles yang terkenal tidak memiliki belas kasihan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pusing tujuh keliling
Abraham tampak frustasi didalam kantornya, semua ini karena ucapannya sendiri yang mengatakan kepada ibunya jika dia sudah menyukai seseorang.
Dia kira dengan begitu ibunya tidak akan memaksanya untuk menyukai Jenny, tapi ternyata ibunya malah memintanya untuk membawa wanita yang dia sukai malam ini dan wanita itu tidak ada.
Dia hanya bisa menghembuskan nafasnya dengan berat berkali-kali, dia benar-benar sedang pusing saat ini. Siapa yang harus dia pakai untuk menjadi pacar pura-puranya?
Karyawannya banyak wanita yang cantik tapi ibunya pasti tidak akan percaya karena ibunya mengetahui semua karyawannya.
Abraham benar-benar pusing,jika dia tidak membawa seorang wanita ibunya pasti akan memaksanya untuk mendekati Jenny bahkan dia khawatir ibunya meminta Jenny untuk tinggal dirumahnya.
Jika sampai hal itu terjadi maka habislah sudah, dia tidak suka ada orang yang tinggal dirumahnya.
Abraham segera meraih ponselnya yang berada diatas meja saat benda itu berbunyi, begitu melihat orang yang menghubunginya Abraham langsung menarik nafasnya dengan berat, ibunya!
Pasti ibunya menghubunginya untuk mengingatkan dirinya jika dia harus datang nanti malam untuk menemui Jenny disebuah restoran, tentu ibunya juga akan pergi dengan Jenny.
"Ada apa sih mom? Aku sedang sibuk." ujarnya dengan malas.
"Mommy tahu! Mommy hanya mengingatkanmu supaya jangan lupa untuk datang nanti malam dan jangan lupa juga membawa pacarmu!"
"Aku tahu, aku pasti datang dengan pacarku."
"Bagus! Mommy tunggu."
"Ck!" Abraham berdecak kesal dan menyimpan ponselnya kembali keatas meja setelah ibunya mematikan ponselnya.
Dia segera bangkit berdiri dan menuangkan minuman kedalam gelas, dia bahkan meneguk minumannya dengan cepat.
Kepalanya mulai sakit memikirkan wanita mana yang harus dia bawa, mungkin dia harus meminta Nick untuk mencarikan seorang wanita untuknya.
Ini bukan ide yang buruk jadi dia mulai meraih telephone yang ada diatas meja untuk menghubungi Nick.
Tidak lama kemudian asisten pribadinya itu masuk kedalam ruangannya, siap mendapatkan perintah.
"Bos, apa yang harus aku kerjakan?" tanyanya.
"Nick, aku ingin kau mencarikan seorang wanita yang mau menjadi pacar pura-puraku malam ini." perintahnya.
Nick terperanjat kaget, seorang wanita untuk dijadikan pacar pura-pura? Apa dia tidak salah dengar?
"Baik bos, wanita seperti apa yang kau inginkan?"
Abraham tampak berpikir sejenak, untuk meyakinkan ibunya dia harus membawa seorang wanita yang sopan dan anggun, yang pasti wanita cantik dan bersih.
Lagi pula walaupun hanya pura-pura dia tidak mau membawa sembarangan orang, dia harus membawa wanita yang lebih baik dari pada pilihan ibunya.
"Kau tahu bukan? Aku tidak suka wanita yang kotor! Aku ingin wanita yang terlihat anggun, tentu juga harus canitk. Aku juga ingin rambutnya hitam lurus!"
Nick mengangguk tanda mengerti, entah kenapa jadi mirip seseorang.
"Soal penampilan tidak perlu khawatir, aku akan mengubah penampilannya nanti dan ingat, sikapnya harus sopan. Temukan wanita seperti itu untukku supaya ibuku percaya jika aku sudah punya pacar."
"Baik bos, tapi kenapa kau tidak meminta nona Chen saja untuk berpura-pura menjadi pacarmu?"
"Apa kau bilang?" Abraham memandagi Nick dengan tajam.
"Menurutku orang yang tepat untuk menjadi pacar pura-pura bos ya nona Chen. Dia cantik dan penampilannya selalu anggun, dia juga bersih dan paling cocok dijadikan seorang pacar." jelas Nick.
"Jangan asal bicara, aku tidak suka dengannya jadi pergi sana dan segera carikan aku seorang wanita yang mau jadi pacar pura-puraku untuk satu malam." perintahnya dengan sinis.
"Baik bos." jawab Nick dengan cepat.
"Jika memang hanya untuk pacar pura-pura saja kenapa tidak meminta bantuan nona Chen saja?" kata Nick dalam hati.
Lagi pula untuk mencari wanita seperti yang diinginkan bosnya tadi tidaklah mudah, tapi walau begitu dia tetap akan berusaha mencarinya.
Setelah Nick keluar dari ruangannya, Abraham segera menjatuhkan diri diatas kursinya. Kenapa Nick berkata untuk orang yang cocok menjadi pacarnya adalah Silvia?
Tidak mungkin wanita itu cocok dengannya dan lagi pula, mereka tidak akan pernah bertemu lagi sampai kapanpun juga!
Lebih baik dia menunggu kabar dari Nick tanpa banyak berpikir dan jika tidak ada maka dia akan memberikan alasan lain kepada ibunya nanti.
Waktupun terus berputar, dari waktu yang masih siang kini waktu sudah semakin beranjak sore.
Abraham semakin pusing karena Nick tidak menemukan wanita yang mau menjadi pacar pura-puranya untuk malam ini.
Bukannya tidak ada yang mau juga sih, tapi Nick tidak menemukan wanita seperti yang dia inginkan.
Waktu sudah menunjukkan pukul lima dan dalam dua jam lagi dia harus segera menemui ibunya.
Sepertinya tidak ada solusi yang lain selain memberikan alasan atau membohongi ibunya nanti.
Dengan pikiran kusut Abraham segera pulang, dia harus bersiap-siap untuk menemui ibunya dan Jenny disebuah restoran.
Pada saat waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam, dia pergi sendiri tanpa membawa siapapun disampingnya.
Biarlah apa yang akan terjadi nanti, yang pasti dia akan menolak Jenny didepan ibunya dan memberikan sebuah alasan pada ibunya supaya ibunya percaya jika dia sudah punya pacar.
Saat Abraham masuk kedalam sebuah ruangan private Monica melihat putranya dengan heran, mana pacar yang putranya katakan?
"Hei kenapa kau datang sendiri?"
"Pacarku sedang ada urusan." dusta Abraham.
"Jangan menipu mommy, aku tahu kau hanya berbohong." ujar ibunya tidak percaya.
"Ck, aku tidak bohong."
"Sudahlah, aku tahu kau hanya menipu mommy saja. Ini Jenny, kenalkan."
Abraham melirik seorang wanita cantik yang duduk disamping ibunya sejenak sedangkan wanita itu tersenyum manis padanya.
"Jenny." Jenny mengulurkan tangannya tapi Abraham cuek saja tanpa menyambut tangan Jenny.
"Tidak perlu basa basi aku tidak suka!" ujar Abraham dengan sinis.
"Abraham kau ingin aku pukul ya?" sela ibunya kesal saat melihat Jenny menarik tangannya dan menundukkan kepalanya.
"Ck!" Abraham hanya berdecak kesal.
"Maaf sayang, dia memang begitu karena dia tidak suka bersentuhan dengan sembarangan orang." jelas Monica kepada Jenny.
"Tidak apa-apa aunty." jawab Jenny sambil tersenyum.
Abraham kembali melihat Jenny dengan teliti, memang cantik tapi terus terang Jenny bukan tipenya.
"Abraham mommy harap setelah ini kalian bisa menjalin hubungan dengan serius."
"Mom, aku sudah bilang, ada seseorang yang aku sukai saat ini."
"Jangan berbohong, jika memang ada sekarang hubungi dia dan suruh dia datang kemari."
"Astaga mom, sudah aku katakan pacarku sibuk."
"Tidak bisa, sana panggil dia datang. Jika tidak maka kau harus segera menikah dengan Jenny."
"Apa?" Abraham kehabisan kata-kata. Dia tidak mau membantah perkataan ibunya karena dia hanya punya ibunya saja sedangkan ayahnya sudah tidak ada.
"Baiklah, aku akan menganggilnya!" Abraham bangkit berdiri dan berjalan keluar dari ruangan itu, siapa tahu diluar sana dia bisa menemukan seseorang yang mau berperan sebagai pacarnya.
Setelah kepergian Abraham,Monica mengusap tangan Jenny dan berkata:
"Tenang saja sayang, dia tidak punya pacar dan hanya menipu kita, kau harus berusaha mendekatinya dan mendapatkannya."
"Baik aunty,aku akan berusaha." jawab Jenny sambil tersenyum manis.
Tentu dia akan berusaha mendapatkan Abraham karena dia punya tujuan, oleh sebab itu dia mau dikenalkan kepada Abraham yang memiliki OCD.
Sementara diluar sana,Abraham sedang pusing tujuh keliling, dia harus membawa seorang wanita kalau tidak ibunya akan memaksanya menikah dengan Jenny.
Tapi kenapa semua yang datang kerestoran malam itu adalah pasangan?
"Oh sial, siapa yang harus aku bawa?" ujarnya frustasi.
Selagi dia sedang memandangi tamu-tamu restoran matanya menangkap dua orang yang baru masuk kedalam restoran.
Mata Abraham terbelalak sedangkan rahangnya mengeras. Silvia dengan seorang pria!
Abraham mengepalkan tangannya, siapa pria itu?