Dilarang Boom Like !!!
Zulaikha Al-Maira. Wanita yang sudah berstatus seorang istri itu harus terpaksa menelan pil pahit kebohongan dan pengkhianatan.
Awalnya, Zulaikha mengira kalau pernikahannya baik-baik saja, tapi semua berubah saat dia mendapati kebenaran tentang pernikahan pertama suaminya.
Zulaikha merasa hancur, dia tidak terima dan memilih untuk pergi dari sisi suaminya.
Zulaikha pergi dan memilih untuk melupakan semua hal tentang suaminya, tapi saat dia ingin memulai. Tiba-tiba, sang suami datang dan kembali mengejar cintanya.
Bagaimanakah kisah Zulaikha selanjutnya ?
Akankah Zulaikha kembali pada suaminya, atau malah membuka lembaran baru dalam hidupnya ?
Ikuti perjalanan cinta Zulaikha yang penuh dengan perjuangan dan air mata.
Follow IG Author ayu.andila 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Andila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 27. Keterkejutan Defin
Setelah menemui pengacara, Zulaikha dan Ridwan kembali pulang ke rumah Ridwan karna memang mobil Zulaikha masih ada di tempat itu.
Sepanjang perjalanan, tidak ada yang bersuara di mobil itu. Semua larut dalam pikiran masing-masing tentang masalah yang sedang terjadi saat ini, sampai mobil mereka tiba dihalaman depan rumah Ridwan.
"Mas, aku langsung pulang saja ya. Kasihan Sita sendiri," pamit Zulaikha yang langsung di balas dengan anggukan kepala Ridwan.
Dia bergegas keluar mobil dan masuk ke dalam mobilnya sendiri, lalu beranjak pergi dari rumah sang kakak.
Setelah beberapa saat, akhirnya Zulaikha sampai dirumah orangtuanya. Dia bergegas keluar dan langsung berjalan ke arah toko yang tampak ramai.
"Mbak Zulaikha," seru seorang gadis berseragam putih abu-abu, dia berlari ke arah Zulaikha yang akan masuk ke dalam toko.
"Mawar? kamu enggak sekolah?" tanya Zulaikha saat melihat gadis itu ada di depan tokonya.
"ini mau ke sekolah Mbak, tapi ditelpon sama Buk Rima untuk ambil pesanannya di toko Mbak," jelas Mawar, dia berjalan di samping Zulaikha yang akan masuk ke dalam toko.
"bentar ya, Mbak ambil dulu," ucap Zulaikha, dia mengambil pesanan bunga yang telah dia siapkan untuk pelanggannya. Kemudian Zulaikha memberikan bunga itu pada Mawar.
Sita yang baru melihat keberadaan Zulaikha langsung mendekat ke arahnya, dia menempelkan tubuhnya ketubuh Zulaikha.
"Mbak, aku capek!" keluh Sita, sejak pagi pelanggan mereka sangat ramai hari ini.
"Maaf ya Dek, pasti kau kerepotankan," ucap Zulaikha dengan rasa bersalah.
"enggak sampai merepotkan kok Mbak, tapi ya lumayan capek," bantah Sita sembari menampilkan deretan giginya yang putih.
Kemudian mereka kembali melayani pelanggan yang masih memenuhi toko itu, Zulaikha dan Sita bergerak ke sana ke mari untuk menyiapkan pesanan para pembeli.
Tidak terasa, waktu berlalu dengan sangat cepat. Waktunya para pekerja untuk mengistirahatkan tubuh mereka sejenak sembari menikmati menu makan siang pada hari ini.
"Mbak, kita makan siang dulu," seru Sita, dia sudah menyelesaikan orderan dari pembelinya.
Zulaikha menganggukkan kepala untuk menjawab ajakan Sita, dia kemudian menggantungkan sebuah tulisan di pintu untuk memberitahu para pelanggan bahwa mereka sedang istirahat.
"di mana barang-barang Mbak?" tanya Sita, dia melihat ke kanan dan kiri tapi tidak menemukan barang-barang Zulaikha.
"barang apa Dek?" tanya Zulaikha dengan bingung, dia tidak mengerti dengan apa yang gadis itu ucapkan.
"barang-barang Mbak yang ada di rumah Mas Defin!" jawab Sita sembari menyiapkan makan siang mereka.
Zulaikha terkesiap saat mendengar ucapan Sita, dia baru ingat kalau tadi pagi dia ingin mengambil barang-barangnya di rumah Defin.
"Mbak tadi gak jadi pergi ke sana Dek, tapi pergi ke tempat lain," jawab Zulaikha, dia terpaksa berbohong pada Sita perihal kejadian dirumah suaminya.
"syukurlah Mbak, aku tadi merasa sangat khawatir," seru Sita, dia merasa lega karna sang kakak tidak jadi berkunjung ke rumah Defin.
Sementara Zulaikha memalingkan wajahnya ke arah samping, dia terpaksa berbohong pada Sita karna tidak bisa menceritakan pemandangan sempurna yang dia lihat dirumah suaminya.
Tiba-tiba, dering ponsel Zulaikha mengagetkan mereka yang tengah menikmati makan siang. Zulaikha segera mengambil benda pipih itu dari dalam tas sandangnya.
Kening Zulaikha berkerut saat melihat nama seseorang yang menelponnya, dengan cepat Zulaikha mengangkat panggilan dari Yusuf.
"assalamu'alaikum, Zulaikha," ucap Yusuf disebrang telpon.
"wa'alaikum salam Mas," jawab Zulaikha dengan senyum tipis yang terbit disudut bibirnya.
"ada apa Mas?" tanya Zulaikha dengan bingung.
"apa kau sudah sampai rumah?" tanya Yusuf, dia juga ikut tersenyum walau Zulaikha tidak bisa melihatnya.
"sudah Mas, sekitar 2 jam yang lalu," jawab Zulaikha.
"ya sudah, aku cuma ingin memberitahukan padamu kalau beberapa hari ke depan kita harus datang ke pangadilan," ucap Yusuf, dia sudah memasukkan berkas gugatan Zulaikha pada pengadilan agama.
"baik, Mas," jawab Zulaikha, dia sudah siap jika harus bertemu langsung dengan orang-orang besar dipengadilan agama.
"baiklah, aku hanya ingin memberitahu soal itu saja. Emm dan jangan lupa makan, supaya kamu tetap sehat sampai proses ini selesai," ucap Yusuf kemudian.
"baik Mas, aku akan selalu menjaga kesehatan," balas Zulaikha.
Kemudian panggilan itu terputus setelah Yusuf mengucapkan salam dan dibalas oleh Zulaikha, dia kembali meletakkan ponsel itu dan beranjak duduk di samping Sita.
"telpon dari siapa Mbak?" tanya Sita dengan mulut yang penuh dengan makanan.
"makan itu gk boleh bicara Sita, habiskan dulu!" seru Zulaikha tanpa menjawab pertanyaan Sita, sementara Sita hanya cengengesan dan cepat-cepat menghabiskan makanannya.
Setelah selesai makan, mereka beranjak ke kamar untuk menunaikan kewajiban seorang muslimah. Zulaikha menumpahkah segala keluh kesahnya dihadapan Allah untuk masalah yang sedang dia hadapi saat ini.
"Ya Allah, aku serahkan semuanya padaMu. Hidupku, matiku, rezekiku dan juga jodohku. Aku serahkan semua takdirku padaMu. Mudahkanlah proses perceraian hamba ini, dan lapangkanlah hati hamba untuk menerima dan mengikhlaskan semua suratan takdir yang telah Engkau gariskan. Sesungguhnya Engkau lah yang Maha mengetahui, lagi Maha Segalanya." Zulaikha mengusapkan kedua tangannya ke wajah, dengan lelehan air mata yang masih selalu menetes dari kedua matanya.
Zulaikha beranjak bangkit, dan melipat sajadah serta mukenah yang tadi dia pakai. Zulaikha lalu kembali memakai hijab dan berlalu keluar untuk kembali membuka toko bunganya.
Ditempat lain, terlihat seorang lelaki sedang uring-uringan dikursi kebesarannya. Dia sedang pusing memikirkan masalah rumah tangganya dengan Zulaikha yang sudah berada di ujung tanduk.
"kenapa aku jadi seperti ini? bukannya dari dulu aku ingin menceraikan Zulaikha, tapi kenapa sekarang aku merasa tidak rela?" gumam Defin yang sedang bingung dengan perasaannya sendiri.
Saat ini dia bahkan selalu memikirkan Zulaikha, terkadang dia akan berhalusinasi melihat keberadaan istrinya itu padahal Zulaikha tidak pernah muncul lagi dihadapannya.
Dia juga selalu emosi saat bersama dengan Agnes, terkadang hatinya sangat merindukan perilaku lemah lembut yang selalu Zulaikha lakukan padanya.
"Sial! sebenarnya ada apa denganku?" Defin mengacak-acak rambutnya merasa frustasi melihat dirinya sendiri.
Drt, drt, drt. Tiba-tiba, getaran ponsel disaku jasnya menghentikan kegalauan lelaki itu, Defin segera mengambilnya dan mengangkat telpon dari salah satu temannya.
"halo," ucap Defin pada sang penelpon.
"Defin, apa kau akan bercerai dengan Zulaikha?" tanya Rangga tiba-tiba membuat Defin mengerutkan keningnya, dia merasa heran karna Rangga bisa berkata seperti itu sedangkan dia tidak pernah menyinggung soal perceraian pada orang lain.
"apa maksudmu?" tanya Defin, dia memilih untuk bertanya langsung pada temannya itu.
"hari ini, Zulaikha menjatuhkan gugatan perceraiannya ke pengadilan agama,"
"apa?"
•
•
•
TBC.
Terima kasih buat yang udah baca 😘
intinya goblok.
untung ridwan pria tegas!