Luna Alexandra, gadis cantik berumur 20 tahun, seorang Mahasiswi semester 5 di Universitas XX.
Putri dari Wyman Alexander seorang pengusaha restoran yang sukses.
Ia tidak menyangka ayahnya meminta izin untuk menikah lagi setelah 10 tahun hidup menyendiri sepenigggal ibunya.
Apakah Luna mengizinkan Ayahnya untuk menikah lagi? Lalu siapa wanita yang ingin dinikahinya? bagaimana pula dengan kehidupan cinta Luna?
ikuti kisahnya.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syauqi Namaria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27
Saga hanya berdiri mematung di tempatnya memijakkan kaki, ia merasa bersalah karena sudah berprasangka buruk pada Luna.
Luna yang sedang berjalan tiba-tiba menghentikkan langkahnya dan membalikkan badannya menengok kearah Saga yang masih berdiri mematung di depan pintu.
“Ngapain bengong di situ, tutup pintunya” Luna berlagak seperti tuan rumah.
Saga menutup pintu dan berjalan mengikuti Luna, “kamu habis dari mana?”
“Nggak lihat nih aku bawa tentengan plastik” Luna mengangkat kedua plastik di tangannya dan menunjukkannya pada Saga.
“Aku kira kamu pergi nemuin Adrian” ujar Saga sembari melihat Luna yang sedang meembereskan barang belanjaannya.
“Aku nggak sejahat itu Mas ninggalin orang sakit sendirian di rumah” Luna masih terlihat sibuk memasukkan barang belanjaannya ke dalam lemari pendingin dan juga lemari kitchen set.
“Mas Saga nggak pernah makan di rumah ya? Bisa-bisanya dapur kosong mlompong nggak ada bahan makanan apapun”
“seharian aku sibuk di kantor, pulang-pulang udah malem lanjut istirahat, terus pagi-pagi udah berangkat lagi ke kantor, tiap hari aktifitas aku kayak gitu, monoton” ujar Saga menjelaskan panjang lebar.
“Pantesan aja Tante sonya pernah bilang kalau dia itu gila kerja, kasian juga ya, bahkan mungkin aja dia nggak punya waktu untuk nyenengin dirinya sendiri” begitulah yang Luna pikirkan di benaknya tentang Saga.
“Mau makan buah nggak?” Luna memegang buah apel dan menunjukannya pada Saga.
Saga mengangguk dan meminta Luna memotongkan sebagian untuknya. Selagi mengunyah buah yang ada di mulutnya Saga tidak berhenti menatap Luna yang tengah asyik memotong buah apel dengan di bentuk menyerupai
kelinci.
“Buahnya di potong imut kaya gini jadi sayang kalau di makan” Saga terus memandangi potongan buah apel yang ada di tangannya.
“Ya nggak usah di makan jadiin pajangan aja”
“Kok kamu bisa punya ide potong apel di bentuk kelinci, dapet inspirasi darimana?”
Luna tersenyum “aku pernah nonton anime Jepang, ada adegan dimana MC cewek lagi motong buah apel terus di bentuk kelinci, aku nyoba ikutin deh”. Saga menggeleng-gelengkan kepalanya ia tak habis pikir
dengan apa yang dikatakan Luna.
“Udah minum obat mas?” tanya Luna yang sedang menyimpan sebagian buah apel yang belum di potong ke dalam lemari pendingin.
“Belum” Saga menyahuti, “lagian perutnya juga udah enakan nggak perlu minum obat lagi” ujarnya lagi menambahkan.
“Aku mandi dulu ya” Saga meninggalkan Luna yang masih sibuk di dapur sedangkan ia berjalan menuju kamarnya untuk mandi.
Beberapa menit kemudian Saga keluar dari kamarnya memakai kaos hoodie berlengan pendek yang di padu padankan dengan celana jeans pendek, mendapati Luna tengah duduk di sofa sambil sibuk memainkan ponselnya.
“Kamu nggak mandi Lun” tanya Saga yang memposisikan dirinya duduk di samping Luna.
“Nggak” Luna menyahut cepat, “bentar lagi aku mau pulang, lagian Mas Saga juga udah nggak sakitkan?" imbuhnya lagi.
Saga mulai berpikir keras menggunakkan kecerdasan otaknya agar Luna tidak pulang dan menemaninya di apartemen. Ia bangkit dari duduknya dan kembali ke kamarnya untuk mengambil ponsel yang ia letakkan di atas
ranjang.
Tangan Saga mulai berselancar memainkan layar ponsel menggunakkan jari jemarinya yang lentik mencari nomor kontak Sonya lalu ia duduk di tepi ranjang.
Ponsel Sonya berdering sesaat setelah ia keluar dari mobil, lalu tangannya merogoh masuk ke dalam tas untuk mengambil ponsel.
“Halo sayang, gimana udah sembuh belum?” tanya Sonya yang khawatir.
“Masih nggak enak mah perutnya” sahut Saga sembari merintih kesakitan, akting Saga benar-benar totalitas agar Sonya percaya bahwa ia masih sakit.
“Mah, boleh nggak Luna nginap di tempatku? Kalau aku butuh apa-apa ada yang bantuin, semalam aja ya?” pinta Saga dengan suara yang memelas.
“Bentar yah mamah tanya Om Wyman dulu”
“Sayang, Luna boleh nginap di tempat Saga nggak?” tanya Sonya pada suaminya yang sedang berdiri di sampingnya. Wyman menganggukkan kepalanya menyetujui permintaan istri tercintanya.
“Boleh katanya Ga”
“Mamah ngomong langsung sama Luna ya, takutnya dia nggak percaya kalau aku yang ngomong”, Saga kemudian berjalan menuju ke tempat Luna yang masih duduk manis di sofa.
“Nih mamahku mau ngomong sama kamu” Saga memberikan ponselnya kepada Luna.
“Halo tante ada apa?”
“Lun malam ini kamu nginap di tempat Saga ya, dia tadi bilang perutnya masih nggak enak, tante lebih tenang kalau ada yang jagain dia, ayah kamu juga udah ngijinin” Luna tercengang membulatkan matanya lebar, ia tak percaya dengan apa yang di dengarnya, Luna menatap wajah Saga yang terlihat sedang tersenyum licik sembari mengedipkan sebelah matanya.
“I… iya tante” sahut Luna terbata-bata. Lalu Sonya menutup sambungan teleponnya.