WARNING!!! BIJAKLAH MEMBACA!!! NOVEL 21+!!! JIKA TIDAK SUKA SKIP SAJA . MARI SALING MEMPERMUDAH URUSAN ORANG LAIN MAKA HIDUP ANDA PASTI JUGA AKAN DI MUDAHKAN OLEH TUHAN.
Laura Elsabeth Queen tidak menduga ia akan bertemu kembali dengan Zafran Volkofrich mantan kekasihnya, di acara ulang tahun teman sekelas mereka, 10 tahun yang lalu mereka berpisah dengan tidak damai, orang tua Laura menentang keras hubungan mereka karena Zafran pria miskin. Zafran masih sakit hati pada Laura dan ingin membalas dendam.
Di sisi lain Laura mengetahui rahasia kedua orang tuanya setelah mereka meninggal, dan kini beban berat berada di pundak Laura.
Sedangkan Zafran pria miskin itu kini telah berubah menjadi penguasa dunia bisnis.
Bagaimana kisahnya yuk baca kelanjutannya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 27
Wajah Laura memucat, bibirnya terkatup rapat, matanya tertunduk pertanda gadis itu sedang berusaha membuka gerbang ingatannya yang sudah tertutup oleh tidurnya yang nyenyak hingga tidak bermimpi apapun, dan Laura menarik kesimpulannya bahwa mungkin malam itu ia terlalu lelah dan tidak memperhatikan dengan benar.
Namun gadis itu masih belum menyerah, ia dengan keras menelusuri kembali rekaman di dalam ingatan nya, menelisik jauh ke dalam memori otaknya ketika Stark mengantarnya ke kamar.
"Stark sengaja membuatku salah memasuki kamar." Kata Laura pelan, kepala nya masih di penuhi teka-teki.
"Sekarang kau menyalahkan orang lain?" Zafran masih duduk menyandarkan punggungnya dan menyedekapkan tangan, seperti biasa setiap kali tidur pria itu tidak memakai baju dan hanya memakai boxer hitam.
"Kau juga, kenapa tidak tidur di kamarku sementara waktu dan justru tidur di sini, padahal kau tahu aku salah kamar." Kata Laura memicingkan matanya.
Zafran dengan cepat menyapu wajah Laura dengan lembut menggunakan tangan kanannya yang kokoh dan besar. Pria itu tidak suka dengan tatapan mata Laura.
"Aku juga tidak tahu kau salah masuk kamar, semalam aku sangat lelah, kau mematikan lampu dan aku juga tidak menyalakan lampu, aku membuka baju ku dan langsung tidur, sekarang kau masih mau menyalahkan siapa lagi?" Kata Zafran datar dan penuh kesabaran.
"Baiklah, jadi ini semua hanyalah salah paham, sekarang saatnya aku kembali ke kamarku, dan kurasa itu adalah pintu penghubung kamar kita bukan?" Kata Laura pelan sembari menunjuk kecil, pintu yang berada di tengah kamar.
Wajah dan tatapan Zafran masih datar, ketika Laura hendak bergerak untuk pergi dengan cepat kaki besar Zafran mengapit tubuh Laura. Kaki kokoh dan berotot itu terasa besar dan berat di tubuh Laura yang memiliki tubuh lebih kecil dari Zafran.
"Apa yang kau lakukan." Laura meringis kesakitan.
Dengan gerakan cepat Zafran menarik pergelangan tangan Laura, membuat gadis itu mendekat beberapa cm dengan Zafran.
"Apa?!!" Tantang Laura.
Zafran mendekatkan wajahnya pada wajah Laura, gadis itu membalas memundurkan wajahnya namun kaki dan tangan kokoh Zafran telah merantai tubuh Laura agar tidak dapat bergerak.
"Apa saja yang sudah kau lakukan dengan Edward semalam." Tanya Zafran dengan serius.
"Edward? Kenapa tidak kau tanyakan sendiri padanya, bukankah kalian berteman baik." Jawab Laura.
Zafran semakin mendekatkan bibirnya menelusuri leher jenjang Laura yang putih.
"Apa saja yang kau lakukan dengan Edward semalam." Zafran kembali menayakan hal yang sama.
"Kau sudah gila Zafran, lepaskan!!!" Bentak Laura.
Namun semakin Laura memberontak, Zafran semakin merantainya dalam pelukannya, tubuh berotot Zafran menegang, pria itu membuka 1 kancing baju tidur Laura, dengan lembut Zafran mencium bahu depan bagian kiri yang membuat Laura menggigit bibirnya, gadis itu berusaha untuk tidak memgeluarkan suaranya, ciuman Zafran membuat bahu laura memiliki tanda merah.
"Aku tidak akan mengulangi pertanyaanku lagi." Kata Zafran dengan suara yang parau kemudian bibir pria itu menyapu bahu Laura dengan lembut, dan sedikit demi sedikit turun ke bawah hingga hampir menyentuh sesuatu yang sangat membuat Laura sensitif.
Seluruh tubuh Laura merinding dan menegang, gadis itu semakin keras menggigit bibir bawahnya, karena ia sedikit mendesis, akal sehatnya bertarung dengan reaksi tubuhnya yang seolah ingin tenggelam dalam sentuhan Zafran.
"Zafran hentikan... Tidak ada yang terjadi antara aku dan Edward, dia hanya mengembalikan ponselku yang terjatuh di pantai." Kata Laura dengan mulut bergetar dan lemah, terlihat setitik air ada di pelupuk matanya.
Zafran menerima pengakuan Laura, dengan perlahan pria itu mengakhiri permainannya, kemudian membenarkan kancing baju Laura.
"Jika terjadi lagi kau berdekatan secara intens dengan...." Kalimat Zafran belum selesai namun dengan cepat Laura menjawabnya.
"Tidak akan pernah terjadi lagi... Aku akan menjaga jarak pada pria manapun, termasuk kau juga!!!" Kata Laura dengan kasar, dan dengan cepat pergi dari atas ranjang berlari ke arah pintu penghubung dan masuk ke dalam kamarnya sendiri.
Laura menutup pintu dengan keras dan menahannya dengan punggungnya, gadis itu menangis hingga dadanya bergemuruh dan terasa sesak, Laura memutup wajahnya dengan kedua tangannya, tubuhnya merosot dan terduduk tepat di depan pintu penghubung antara kamarnya dan kamar Zafran.
Laura menangis karena merasa ia telah melakukan dosa dan malu telah mengkhianati mendiang orang tuanya, ia mengutuki tubuhnya yang berkhianat pada akal sehatnya, bahkan sepersekian detik akal sehat Laura sempat ingin menyerah dan melebur dengan gejolak hasrat yang ia rasakan karena sentuhan Zafran.
Sedangkan Zafran masih berada di atas ranjangnya menyandarkan punggung dan menekuk sebelah kakinya, pria itu meremas tengkuk lehernya, memejamkan matanya dan membuang nafas dengan kasar.
"Sial, dia hanya memakai piyama ku yang kebesaran tapi kenapa justru membuatnya tampak lebih menggoda." Kata Zafran dengan nada datar.
***
Kapal pesiar sudah berada di tengah samudra, sepanjang mata memandang yang terlihat hanyalah air laut, burung dan sesekali lumba-lumba yang terlihat kecil dilihat dari atas dek kapal, mereka berenang di sekitar kapal pesiar.
Sesaat yang lalu Stark sudah menjemput Laura dari kamarnya untuk mengikuti meeting bersama Zafran dan juga Carlos seorang pebisnis yang juga di undang oleh Philip.
Tempat meeting itu berada di dalam ruangan kapal pesiar yang mewah, dengan beberapa hidangan lengkap, dan para pelayan siap melayani.
Tak berapa lama Philip dan juga Edward datang, kemudian mereka memulai meeting dengan cepat. Laura dengan cermat menulis poin-poin pentingnya, setelah selesai membahas pekerjaan mereka saling berbincang santai.
Zafran menyadari bahwa Carlos terus saja menatap Laura, dan itu membuatnya jengah.
"Laura kau sangat pintar dan juga cantik, aku yakin banyak pria yang bersedia mempertaruhkan apapun yang mereka miliki untuk mendapatkanmu."
"Terimakasih. Tapi tidak. Itu terlalu berlebihan." Laura menjawab seperlunya, ia sadar wajah Zafran mulai terlihat kesal.
"Jika sudah tidak ada yang perlu di bahas aku akan pergi." Kata Zafran sembari mengajak Laura pergi dengan menggandeng tangan gadis itu.
"Ayolah, kita mengobrol santai dulu, jangan terlalu keras dengan pegawaimu Tuan Zafran, dia harus sedikit di berikan kesenangan, aku bisa membantunya bersenang-senang." Protes Carlos pada Zafran.
"KAU INGIN BERSENANG-SENANG DENGAN SIAPA!" Kata Zafran dengan aksen menekankan kalimat nya dan penuh tatapan mengintimidasi.
Carlos yang saat itu masih duduk hanya bisa menelan ludah dan mendongakkan kepalanya memandang Zafran yang berdiri di sampingnya, ia tak percaya Zafran sangat sentisif, Carlos melihat bagaimana Zafran menyimpan Laura, mengarahkan gadis itu dengan tangan kekarnya untuk berada di belakang punggungnya.
Padahal, perjalanan bisnis seperti ini biasanya para atasan justru akan memberikan assisten wanita mereka untuk menemani dan untuk bersenang-senang dengan para relasi bisnis mereka namun Zafran justru sebaliknya.
"Carlos, sebaiknya kau jangan menyulutnya." Kata Philip.
"Oke... Oke aku mengerti, maafkan kelancanganku Tuan Zafran." Kata Carlos mengangkat kedua tangannya dengan tersenyum.
Zafran kemudian mengajak Laura meninggalkan tempat meeting dan Edward memandangi kepergian mereka.
Kamar Zafran
Ruang meeting
bersambung~