THE ORIGINAL adalah sekuel dari Novel "Are You a Mermaid?"
Terbit : Di usahakan seminggu 3-4 kali.
Karya ini murni dari imajinasi penulis, tidak ada unsur plagiat atau sejenisnya. Dimohon untuk tidak melakukan plagiat ataupun spam di dalam Novel ini, Terima kasih!
Sinopsis :
Kisah seorang pria dengan kelebihan "Tidak bisa mati" bertemu dengan gadis Werewolf yang amat sombong! Pertemuan mereka berdua yang tak disengaja itu, malah membuat si pria semakin penasaran dengan sosok gadis yang begitu angkuh tersebut. Kedua remaja yang nyatanya reinkarnasi dari suatu kehidupan di masa lalu! Bagaimana kah kisah mereka??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nessa Cimolin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GALAU
Keesokan harinya, kantung mata Pink terlihat menghitam. Penyihir cantik itu menatap lurus ke arah saudarinya dengan mata yang kendur, bisa-bisanya Peach tertidur pulas dengan adanya tamu tak diundang di dalam kamar mereka. Tentu saja, tamu itu adalah Winter. Untuk sementara, sepertinya Winter tidak diperbolehkan pergi keluar asrama oleh Landon, mengingat Winter adalah makhluk supernatural, catatan pentingnya bahwa Winter adalah reinkarnasi dari seseorang yang selama ini Landon cari.
Suasana kelas begitu ramai, namun Pink tidak terlalu peduli. Gadis cantik itu lebih memilih untuk mengistirahatkan kedua matanya terlebih dahulu, ketimbang mengurusi para siswa yang nakal. Belum lama Pink memejamkan kedua matanya, seorang guru datang ke kelas tersebut. Peach yang mengetahui saudarinya kesusahan istirahat di malam sebelumnya, memberanikan diri untuk bertukar tempat duduk dengan seorang siswa yang duduk di depan Pink.
SRAKKK!!!
Peach menarik kursi untuknya duduk, tentu saja hal itu membuat Pink terkejut. Tanpa bicara apapun, Peach langsung duduk di depan Pink. Gadis itu berusaha menutupi keberadaan Pink dengan sebaik mungkin, merasa tahu apa yang sedang dilakukan saudari kembarnya itu, Pink tersenyum lembut. Jemari lentik Pink menepuk bahu Peach pelan dan memberikan sedikit sihir pada meja Peach, yang bertuliskan 'Terima kasih, aku sangat menyayangimu'.
Senyum tipis terukir di wajah Peach, kedua pipinya bersemu merah membaca pesan sihir yang ditulis oleh saudari kembarnya itu. Peach kembali fokus untuk memandang ke depan kelas, gadis cantik itu mendengarkan penjelasan sang guru dengan wajah yang berseri-seri.
Di lain tempat, tepatnya di depan sebuah danau buatan. Seorang gadis mengenakan setelan celana pendek, dengan jaket denim oversize untuk menutupi kaos tipis yang membalut tubuh bagian atasnya. Dengan rambutnya yang terurai panjang, gadis itu terlihat begitu menggemaskan meskipun tak ada senyuman di bibirnya.
Winter merasa marah kepada Landon yang tidak mengijinkannya pergi meninggalkan asrama, sebenarnya bukan hanya itu permasalahan Winter. Sejak semalam gadis itu menginjakkan kakinya untuk memasuki asrama, dia tidak melihat keberadaan Arthur dimanapun. Jauh di dalam hatinya, Winter ingin bertemu Arthur dan menceritakan segalanya kepada pria culun yang mampu membuatnya merindu.
"Sendirian??"
Suara seorang pria dengan nada yang menggoda, membuyarkan lamunan Winter. Gadis itu lantas berdiri dan berbalik untuk melihat siapa yang saat ini sedang berdiri di belakangnya. Merasa tak mengenali sosok pria itu, alis Winter terangkat sebelah dengan pandangan dingin khas miliknya.
"Oh, maafkan aku!" Sang pria berjalan mendekati Winter. "Namaku Justin, si Vampir"
"Winter tahu, tapi--- Winter hanya tidak terlalu mengenalmu"
"Ngomong-ngomong, kenapa ada seekor serigala berkeliaran disaat siklus purnama masih berlangsung?"
Lirikan mata Winter hampir mengiris seluruh keberanian Justin. Gadis itu memilih untuk memgacuhkan Justin dan kembali duduk di tempatnya semula. Tak mau tinggal diam, Justin malah mengikuti aksi Winter dan duduk tepat disebelah gadis itu.
"Pergilah, Winter tidak ingin Justin berada disini"
"Hei, ini tempat umum!" Celetuk Justin sewot, "Kau tidak bisa mengusirku seenaknya"
"Oke, baik!" Winter beranjak berdiri dari posisinya duduk, namun belum sempat ia berdiri sempurna, Justin sudah menarik lengan gadis cantik itu.
"Memangnya kau mau kemana??" Tanya Justin dingin, dari sorot matanya terpancar rasa ketertarikan pria itu kepada Winter.
"Jika Justin tidak ingin pergi, maka Winter yang akan pergi!"
"Apa kau tak memiliki sedikit rasa tertarik kepadaku??"
Kedua mata Winter mendelik, entah mengapa ada rasa jijik dan menggelikan di dalam hatinya mendengar Justin berkata seperti itu.
"Tidak"
Winter menepis tangan Justin dengan kasar, melihat sang gadis yang menolak dirinya, Justin hanya tersenyum lebar sambil melempar sebuah batu ke dalam danau. Tanpa sepengetahuan Justin, rupanya Winter memutar arah dan berjalan kembali mendekati Justin.
"Hei, ada yang ingin Winter tanyakan...." Ucap Winter lembut.
"Kau harus membayarnya untuk itu" ceplos Justin tanpa menoleh menatap Winter. "Apa kau sanggup??"
"Membayarnya?!"
"Jika kau tidak punya uang, kau bisa membayarnya dengan tubuhmu" celetuk Justin, pria itu menengadahkan kepalanya hanya untuk melihat raut wajah Winter.
Tak sesuai dugaannya, Winter justru menendang punggung Justin dengan kuat yang mengakibatkan Vampir itu jatuh tercebur ke dalam danau. Senyuman tipis terbentuk di bibir lembut Winter, gadis itu melangkah ke tepi danau dan berjongkok disana untuk memandang Justin.
"Sebelum menyentuh tubuh Winter, Justin harus mati terlebih dahulu" ledek Winter lalu tersenyum licik. "Jangan coba-coba untuk menggoda Winter!!"
Gadis cantik itu melotot pada Justin dan menunjukkan jari tengahnya pada Vampir itu, tak lama setelah itu, Winter berjalan pergi meninggalkan danau tersebut. Dibalik sebuah pohon yang tak jauh dari tepi danau, Arthur keluar dari sana dan menghampiri Justin yang masih berendam di dalam danau.
"Perlu bantuan??" Ucap Arthur sembari mengulurkan tangan kanannya.
Tanpa basa-basi, Justin langsung meraih tangan Arthur dan segera mengeringkan diri di tepi danau. Tentu saja dengan dibantu Arthur, mengingat Arthur adalah Phoenix, secara tidak langsung tubuh Arthur sangatlah panas. Bahkan pria itu bisa mengeluarkan api dari semua ujung jarinya.
"Gadis itu benar-benar gila" omel Justin kesal.
"Maksudmu Winter??"
"Tentu, siapa lagi?" Vampir itu mencoba melepas sepatunya yang basah. "Bagaimana mungkin profesor menerima murid nakal seperti itu?"
"Bukankah seharusnya kau tahu, bahwa kaulah yang salah dalam kejadian ini?" Arthur berjalan menjauhi Justin, tampang pria itu sangat kesal mengingat ulah Justin yang mencoba mencumbui Winter. "Jika saja kau tidak bertingkah rendah, mungkin gadis itu tidak akan menyakitimu"
"Wah-wah!" Justin tertawa sambil bertepuk tangan. "Kenapa dengan nada bicaramu itu? Apa kau menyukai gadis itu??"
Tanpa menjawab pertanyaan dari Justin, Arthur segera pergi. Pria itu menatap sekeliling jalanan yang menuju asramanya, dia tidak melihat tanda-tanda dari Winter di sekitar sana, jadi Arthur memutuskan untuk kembali ke dalam asrama dengan wajah yang murung.
Ini aneh, seharusnya Arthur bahagia mengingat Winter adalah Fuu, yang tak lain adalah jodohnya. Tapi sayangnya, Arthur tak merasa senang karena Winter hanya menyukai dirinya yang culun. Kini Arthur tengah memikirkan sebuah cara, agar Winter mau menerima dirinya apa adanya. Di dalam perjalanannya menuju asrama, Arthur mendengar suara seorang gadis yang tengah berbicara.
Suara itu berasal dari balik dedaunan semak yang tumbuh secara liar di tepi kanan-kiri jalan itu. Karena penasaran, Arthur mendekati sumber suara dengan amat hati-hati. Dia sangat terkejut ketika melihat bahwa gadis itu adalah Winter, gadis cantik itu seolah sedang berbicara dengan seseorang. Namun entah mengapa, Arthur tidak bisa melihat orang yang sedang berbicara dengan Winter.
Seketika, Arthur melihat Winter yang terkejut dengan apa yang gadis itu lihat. Arthur tidak bisa melihatnya dengan jelas, karena ia tidak berani untuk mengintip lebih dari ini. Pria itu sangat takut, jika nanti Winter mengetahui posisinya saat ini.
Rupanya, suatu hal yang membuat Winter terkejut adalah kehadiran Peach di tempat itu. Peach sengaja mengacungkan jari telunjuknya tepat di depan bibir, agar Winter tak berbicara. Lalu dengan gerakkan matanya, Peach melirik ke arah persembunyian Arthur. Seakan mengerti bahwa ada seseorang yang melihatnya berbicara sendiri, Winter segera menyebut nama Peach dan bersikap seolah tak terjadi hal aneh di tempat tersebut.
Oh, dia berbicara dengan Peach?? - Arthur.
...BERSAMBUNG!!...
Maaf, ada sedikit hambatan yang membuat author jarang update! 🙏🙏