NovelToon NovelToon
Pewaris Dendam

Pewaris Dendam

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Kembar / Balas dendam pengganti / Nikah Kontrak
Popularitas:291
Nilai: 5
Nama Author: Lautan Ungu_07

Tujuh belas tahun lalu, satu perjanjian berdarah mengikat dua keluarga dalam kutukan. Nadira dan Fellisya menandatangani kontrak dengan darahnya sendiri, dan sejak itu, kebahagiaan jadi hal yang mustahil diwariskan.

Kini, Keandra dan Kallista tumbuh dengan luka yang mereka tak pahami. Namun saat rahasia lama terkuak, mereka sadar… bukan cinta yang mengikat keluarga mereka, melainkan dosa yang belum ditebus.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Ungu_07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab: 26 Hari Pertama Di Kampus

Satu bulan berlalu...

Pagi itu Iangit cerah, suasana kampus ramai. Gedung menjulang tinggi. Menjadi tempat banyaknya impian yang akan mereka perjuangkan di sana.

Alka berdiri paling depan, tali tas nyangkut asal di satu bahu. Rambutnya masih sedikit berantakan, gayanya sok santai.

Athar sibuk baca setiap informasi di mading kampus. Cakra berdiri di sampingnya, tangan di lipat, ekspresi datar tapi serius.

Lista dan Liona berdampingan, tapi mata mereka sibuk dengan ponselnya masing-masing. Sementara Alesha dan Jehan berada di belakang mereka.

"Ini kampusnya gede banget," Athar menghela napas. "Nyari kelas aja berasa cardio dulu."

Cakra melirik sekilas. "Bagus, sekalian olahraga. Biar sehat."

"Enak lo ngomong," Athar nyengir lebar. "Lo aja sebenarnya malas, kan?"

Alka tertawa kecil, lalu melirik ke arah Liona. Matanya menyipit nakal.

"Liooo," panggilnya santai.

Liona langsung nengok. "Kenapa, Ka?"

Alka melangkah mendekat. "Kalau kamu nyasar pas nyari kelas, cari gue aja, oke. Gue jago jadi penunjuk arah hidup."

Lista langsung terkekeh, memutar bola matanya malas. "Hidup lo aja kehilangan arah, Ka."

"Lo..." Alka langsung maju setengah langkah, menatap Lista lama. "Tapi bener."

Liona tertawa kecil. "Gimana kalau gue aja yang bantu tunjukin arah hidup lo, ka?"

Wajah Alka di buat kaget dramatis, tangan menutup mulut. "Mau banget, beneran."

"Lo hidup yang bener dulu!" Liona nepuk lengan Alka sambil tersenyum.

"Siap!" Alka mengacungkan ibu jarinya, dengan senyum yang tak kalah lebar.

Dari belakang, tatapan Alesha langsung mengeras. Tangannya ngepal di sisi tubuh, rahangnya sedikit menegang.

Dari sampingnya Jehan langsung paham perasaan Alesha. Ia menatapnya bergantian dengan Alka. Sekilas. Dingin.

Alesha batuk kecil, Alka langsung noleh ke arahnya. Alesha tersenyum tipis, tapi sorotnya tajam.

"Alka," panggilnya lembut. "Hari ini jadwal gue terapi, temenin ya!"

Alka ngangguk. "Iya, kan itu tanggung jawab gue. Lagian, biasanya juga gue yang nemenin."

Tatapan Jehan makin gelap, napasnya berat. Lista menangkap itu. Ia melirik Liona, lalu kembali menatap ponselnya.

Alka dan teman-temannya masih berdiri di hadapan mading kampus. Sesekali ia berdesakan dengan mahasiswa lainnya.

Suara langkah sepatu, dan suara riuh orang-orang perpaduan jadi satu. Hembusan angin membawa suara itu ke segala arah.

Ting.

Ting.

Ting.

Ponsel mereka berbunyi hampir bersama.

"Eh," Lista menatap mereka bergantian."Pembagian kelas udah di kirim, coba kalian cek!"

Semua mengeluarkan ponsel masing-masing, lalu menekan aplikasi gmail. Beberapa detik hening diantara mereka.

"Gue... keuangan kelas B!" Athar membacanya dengan suara keras.

"Gue kedokteran. Kelas A," Cakra menyusul.

Liona berdecak kecil, matanya menatap Cakra. "Dokter... kelas A juga." katanya malas.

"Kenapa natap gue kayak gitu?" tanya Cakra dengan nada di buat tinggi.

"Nggak!" jawab Liona cepat sambil buang muka.

Alka melirik mereka cepat. "Berarti kalian sekelas?"

"Iya," jawab Liona.

Alka kini natap Cakra, maju satu langkah. "Titip Liona ya. Jangan lo godain, jangan sampai kenapa-napa." katanya santai.

Cakra membalas tatapan Alka datar. "Lo pikir gue tempat penitipan? Lagian ogah banget gue, belajar sambil ngasuh bocil."

"Siapa juga yang mau di asuh sama, lo." jawab Liona cepat, nadanya tinggi.

Lista sontak tertawa, menepuk pundak Liona. "Gue, Bisnis. Kelas C." sahut Lista di sela tawanya.

Alesha langsung nyahut. "Ta, kita sekelas lagi. Gue juga Bisnis, kelas C."

"Sama dong, kita bertiga kumpul lagi nih?" timpal Jehan sambil menunjukkan ponselnya.

Mereka bertiga saling pandang. Tak menyangka akan satu kelas lagi.

Alka menghela napas dalam. "Gue, Hukum, kelas D." katanya malas. "Beda semua!"

Athar langsung nepuk bahu Alka. "Santai aja kali, kita masih bisa ketemu di kantin."

Bel kampus kini berbunyi nyaring, panjang. Suasana mendadak berubah. Mahasiswa mulai bergerak. Langkah cepat. Wajah tegang.

Sebelum pergi, Cakra noleh ke Liona. "Kita bareng, lewat sana."

"Iya," jawab Liona cepat. Ia hendak melangkah tapi tangan Alka menariknya.

"Na," panggilnya. "Jangan lupa sarapan, otak dokter butuh asupan." katanya ringan.

Liona berhenti sebentar, noleh ke Alka. "Lo juga ya, Hakim butuh tenaga."

Alka mengangguk pelan, melepaskan Liona.

Athar melangkah pergi juga. "Gue duluan, do'ain jangan sampai nyasar."

Alesha melihat itu semua. Ia diam. Tapi dadanya bergemuruh sesak.

Jehan melirik Alka sekali lagi, sebelum akhirnya ia melangkah pergi, sambil me dorong kursi roda Alesha. perasaannya juga sesak, ia memegang erat gagang kursi roda itu.

Alka masih berdiri di sana. Kampus terasa terlalu besar. Dan entah kenapa, pagi itu terasa awal dari jarak-jatak baru. Ia membuang napas pelan, wajahnya terlihat lesu.

Lista melangkah mendekat. "Pasti nggak enak ya, masuk jurusan yang memang bukan kemauan sendiri."

Alka noleh, terkekeh pelan. "Ya gitulah," ia tersenyum getir. "Gue iri sama kalian, bisa ambil jurusan dan kejar impian masing-masing."

"Tapi, jurusan Hukum juga bagus." jawab Lista pelan.

Alka nunduk, tatapannya jatuh ke tanah. "Gue maunya Koregrafi."

"Ka," panggil Lista. "Lo masih bisa ambil jalur komunitas luar kampus, buat ngejar impian, lo."

Alka tersenyum samar, menatap Lista cukup lama dari biasanya. "Ta, lo masuk kelas sana, udah bel."

"Yaudah, gue duluan. Lo juga, jangan mematung di sini." Lista nepuk lengan Alka, sebelum akhirnya ia pergi dari sana.

Alka membuang napas kasar. Tatapannya kembali jatuh pada bangunan yang berdiri kokoh itu.

"Mereka bisa hidup dengannya hobinya, dan ngejar impiannya. Cakra, Lista. Mereka jago bermain musik, tapi impiannya berbeda. Karena musik cuma hobi mereka."

Alka berhenti berbicara, membetulkan tali tas yang hampir merosot. "Sementara gue, hobi dan impian adalah dance. Tapi takdir malah nempatin gue di jalur Hukum." gumamnya sekali lagi, sebelum ia benar-benar melangkah dari sana.

Sinar matahari semakin terik, cahayanya memantul di setiap jendela kampus. Perlahan koridor kampus mulai sepi, satu persatu mahasiswa masuk ke dalam kelasnya masing-masing.

1
Apaqelasyy
Keren banget plotnya.
Lautan Ungu_07: Awww makasih udah baca🎀 seneng banget ada yang notice alurnya.💝💝
total 1 replies
Willian Marcano
Buatku melek sepanjang malam.
Lautan Ungu_07: Aduhh, kasihan matanya... tapi makasih loh, udah baca cerita ini.😅🥰🎀
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!