NovelToon NovelToon
HUJAN DI REL KERETA

HUJAN DI REL KERETA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Romantis
Popularitas:870
Nilai: 5
Nama Author: Toekidjo

Hujan..
Semua pasti pernah mengalaminya..

Ada banyak cerita dibalik hujan, ada cerita bahagia dan tidak sedikit juga yang menggambarkan hujan sebagai cerita sedih..


Hujan..
Yang pasti adalah sesuatu yang menyebalkan..


Tapi arti sesungguhnya dari hujan adalah anugerah TUHAN


HUJAN DI REL KERETA ini adalah sebagian kecil cerita dari yang terjadi dibalik hujan..


Hujan yang awalnya membawa bahagia…
Tapi hujan juga yang merenggut kebahagiaan itu..

Akankah hujan mengembalikan kebahagiaan yang pernah direnggutnya?


Sebuah kisah sederhana, berlatar belakang di sebuah desa terpencil, dengan kehidupan pedesaan pada umumnya.


Semoga bisa menambah pengalaman membaca dan menemani waktu teman-teman semua.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Toekidjo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Garasi Selesei

Di Area dapur para ibu-ibu dan cewek-cewek juga tidak kalah sibuk.

Dengan asap yang mengepul pekat karena dapur menggunakan kayu bakar.

Terlihat bibi Tasmun sedang menggoreng ayam di penggorengan yang nampaknya tinggal sedikit lagi akan selesai, terlihat dari tumpukan ayam yang berada di tempayan berwarna coklat mengkilat dan nampak begitu lezat, menandakan ayam sudah digoreng.

Alfiah terlihat sedang mengulek sambal disebuah ulekan yang berukuran cukup besar, juga nenek Fatia yang sedang memegangi papan ulekan.

Sedangkan Fatia sedari tadi hanya mondar-mandir keluar masuk, seakan gak bisa duduk.

Sehingga sering diledekin baik oleh bibi Tasmun maupun Alfiah 

“Kayaknya calon pengantin wanitanya hanya bisa duduk kalau di kursi pelaminan”

Hahahaha

Membuat tawa bergemuruh, seisi ruang dapur.

“Fatia, daripada kamu mondar-mandir gitu, mending itu sayuran buat lalapan dicuci kemudian ditaruh di nampan” ucap bibi Tasmun

“Iya, Bi” jawab Fatia kemudian mengambil beberapa sayuran yang ada di meja untuk dicuci.

Setelah Fatia selesai mencuci semua lalapan kemudian meletakkannya di tempat yang sudah disiapkan sebelumnya.

“Sepertinya semuanya sudah siap, kalian segera menyajikannya” ucap bibi Tasmun

“Baik Bi” jawab Fatia

Kemudian Fatia dibantu sama Alfiah membawa semua makanan nya ke meja depan dan menata di atas meja.

“Ayah, Eris dan semuanya makan siang sudah siap, silahkan” ucap Fatia

“Ayo semuanya mari-mari” ucap ayah Fatia mempersilahkan

Sebelum kembali masuk kedalam rumah, Fatia yang sedari tadi sudah memperhatikan Eris dan menyadari Eris terus menatap ke arahnya.

Berjalan kearah Eris untuk menghampiri

“Kamu juga harus segera makan” ucap Fatia sambil berbisik, karena kekasihnya tersebut masih dalam kondisi duduk terbengong..

“Eh, iya” jawab Eris dengan terbata-bata

Seusai makan siang, semuanya beristirahat sejenak. Ada yang tiduran, ada yang duduk sambil mengobrol ada juga yang menikmati minuman.

Sedangkan Eris sendiri memilih duduk di dekat pintu dapur ditemani pujaan hatinya Fatia.

“Kamu terlihat jauh lebih cantik dengan penampilan seperti ini” ucap Eris

“Semalem katanya juga cantik” jawab Fatia

“Memang, tapi dengan baju yang seperti sekarang dua kali lebih cantik” ucap Eris

“Gombal” jawab Fatia

“wew, Ya udah aku lanjut dulu ya, kamu segera makan” ucap Eris

“Iya setelah ini aku makan, kamu yang semangat” ucap Fatia

Eris segera bangkit dari duduknya kemudian berjalan ke arah rangka bangunan yang hampir selesai kemudian segera naik ke atas 

Bersama Johan dan Ujang mereka bertiga berada di posisi atas, sedangkan di bawah ada Umar dan Koimang yang nantinya bertugas mengulurkan balok-balok reng keatas.

“Mulai naikan reng nya” ucap Eris

Satu persatu balok-balok kayu yang berukuran paling kecil, biasanya disebut reng yang fungsinya sebagai penahan genteng. Dinaikan dan dipaku, jarak antar reng disesuaikan dengan panjang genteng. 

Mas Edi terlihat sibuk dengan pembuatan siku di setiap tiang. Sepertinya sedikit mengalami kesulitan karena posisi tiang sudah berdiri, jadi ruang geraknya terbatas.

Terlihat mas Edi sedang membuat lubang coakan pada tiang-tiang utama menggunakan palu dan pahat.

“Gimana mas Edi, aman?” Tanya Eris

“Ya, pelan-pelan” jawab mas Edi

Setelah pemasangan reng selesai, terlihat mas Edi masih disibukan dengan palu dan pahatnya disalah satu tiang kecil.

“Mas yang dicoakin tiang utama saja, terlalu banyak kalau yang tiang kecil juga” ucap Eris 

Trus siku tiang yang kecil gimana?” Jawab mas Edi

“Dipaku saja, nanti ujung lobang paku di bor, setelah paku masuk ditutup pakai dempul biar pakunya gak kelihatan” ucap Eris menyarankan

“Boleh juga itu, gas lah” jawab mas Edi

Setelah semua siku dipasangkan, menandakan proses pembuatan semua bagian rangka bangunan telah selesai.

Langkah terakhir adalah memasang genteng sebagai atap bangunan.

Untuk pemasangan genteng ini dilakukan secara estafet, ayah Fatia dan wak Rakim ikut membantu.

Pemasangan genteng dilakukan dari satu sisi terlebih dahulu setelah selesai baru pindah ke sisi lainya. Disertakan juga genteng bagian atas atau yang biasa disebut wuwungan ikut dipasangkan.

Setelah semua genteng terpasang, kini tampaklah jelas didepan mata bangunan joglo limasan yang begitu megah, dengan ke enam belas tiang yang berdiri kokoh, semua balok yang sudah diserut halus sehingga menghasilkan sebuah susunan yang begitu presisi dan rapi.

“Ini jauh melebihi dari yang ayah harapkan” ucap ayah Fatia yang terlihat sedang berdiri di salah satu sudut 

“Benar paman, untunglah semuanya berjalan lancar” jawab Eris

“Ini lebih mirip sanggar tari, dari pada sebuah gudang garasi” ucap ayah Fatia

“Bisa dibilang seperti itu paman, tapi menurut saya tidak ada salahnya juga untuk menyimpan sesuatu dengan segala kenangan indah di tempat yang indah juga” jawab Eris

“Benar, ayah hanya bisa mengucapkan terima kasih kepadamu dan tidak tahu harus dengan apa membayarnya” ucap ayah Fatia

“Saya hanya melakukan sebisa saya paman” jawab Eris

“Oh iya paman, rencana awal, rak dibuat di bagian belakang. Tapi saat bangunan sudah berdiri seperti ini kalau ditaruh dibelakang mengganggu pemandangan” ucap Eris

“Gimana kalau ditaruh sebelah sini” ucap ayah Fatia sembari menunjuk ke satu titik yang dekat dengan tembok rumah

“Sepertinya bagus disini paman, tidak menghalangi pandangan” jawab Eris

“Mas Edi, sepertinya rak nya tidak jadi di belakang. Kita pindah kesini” ucap Eris kearah mas Edi yang terlihat sedang mengamati gambar denah dan memilah-milah balok kayu

“Wah, berarti ukuranya beda dong” jawab mas Edi

“Iya mas, kita ukur ulang, bentuknya tetap sama tapi ukuranya saja yang disesuaikan” jawab Eris sembari melangkah ke arah titik yang baru dan mulai mengukurnya

Setelah pengukuran ulang selesai dan digambar juga sudah dirubah, mereka mulai memasang rangka rak, selanjutnya memasang galar dari bambu sebagai dinding belakang dan alas rak.

Saat mendapati galar penuh serabut, terpikir oleh Eris untuk menghaluskannya terlebih dahulu menggunakan mesin serutan.

Setelah dirasa cukup, galar-galar tersebut mulai dipasangkan

Waktu menunjukan jam tiga sore, teman-teman Eris, wak Rakim dan juga ayah Fatia terlihat sedang beristirahat di teras sambil menikmati minuman dan camilan

“Saya ucapkan terima kasih wak Rakim, nak Eris dan semuanya saja. Hari ini telah membantu saya membuat gudang garasi ini. Ini saya ada rezeki sedikit yang nilainya tidak seberapa, sebagai ucapan terima kasih saya” ucap ayah Fathia sembari mengulurkan sebuah amplop ke arah wak Rakim

“Serahin ke Eris saja, dia yang mengkoordinasikan teman-temanya. Aku cuman ikut ngumpul saja” ucap wak Rakim sambil menunjuk ke arah Eris

“Tidak perlu paman, kami sudah biasa melakukan seperti ini saat membangun gubuk atau kandang kambing. Jadi ya gotong-royong saja saling membantu” ucap Eris

“Terima saja, ayah jadi merasa gak enak nantinya” ucap ayah Fatia

“baiklah jika begitu paman, nanti saya akan membaginya ke teman-teman. Terima kasih paman” jawab Eris sambil menerima amplop tersebut

“Kalau begitu kami pamit dulu paman, uda sore ada beberapa teman yang harus mencari rambanan buat pakan kambing” ucap Eris

“Baiklah kalau seperti itu, sekali lagi terima kasih semuanya” ucap ayah Fatia

Setelah semuanya bersalaman dengan ayah Fatia, dan mengemasi barang-barang rombongan pun beranjak pergi.

“Jo, lu ke kantor dulu apa langsung kerumah” tanya Eris ke arah Johan

“Ke Kantor dulu lah, balikin mobil sama ambil motor kamu kan disana” jawab Johan

“Ok kalau gitu sampai ketemu di rumah yak” ucap Eris

“Ok” jawab Johan, kemudian masuk ke mobil dan memacunya

Dari arah rumah terlihat Fatia sedang berjalan menghampiri Eris yang sedang berdiri di halaman persis di depan gudang garasi yang baru selesai mereka bangun.

“Eris kamu uda mau pulang?” Tanya Fatia

“Iya dong, kan uda selesai. Emang ada yang perlu dibangun lagi?” Tanya Eris menggoda

“ada, kamu belum bikin tangga” ucap Fatia

“Tangga buat apa” tanya Eris

“Rumah tangga kita” jawab Fatia manja

Ciee… glodakk..

“Kamu bisa lihat sendiri kan, aku bikin gudang garasi aja sudah sekokoh ini. Apalagi untuk rumah tangga kita nanti, pasti aku akan membangunnya lebih kokoh dan megah dari ini” jawab Eris

“Masak sih” jawab Fatia dengan ekspresi lucu

“Udah ah, aku ditinggal rombongan neh. Bye sampai ketemu besok di tempat kerja ya” ucap Eris sembari melangkah pergi dan melambaikan tangan

“Bye, I LOVE YOU” ucap Fatia dengan suara pelan seakan berbisik kemudian melambaikan tanganya

1
Astarestya
/Sob/
Astarestya
/Smile/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!