"inget, ini rahasia kita!. ngga ada yang boleh tau, sampai ini benar benar berakhir." ucap dikara dengan nafas menderu.
"kenapa? lo takut, atau karna ngerasa ngga akan seru lagi kalau ini sampai bocor. hm?." seringai licik terbit dari bibir lembab lengkara, pemuda 17 tahun yang kini sedang merengkuh pinggang gadis yang menjadi rivalnya selama 3 tahun.
Dan saat ini mereka sedang menjalin hubungan rahasia yang mereka sembunyikan dari siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mian Darika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PESTA
Lampu sorot berwarna warni tampak berkelap kelip menyoroti siapa saja yang datang di pintu masuk, termasuk lengkara yang juga di undang untuk menghadiri pesta ulang tahun dari kakak kelasnya itu.
Padahal mereka tidak dekat, apa lagi di bilang akrab.
Lengkara tak datang sendiri, dia bersama sahabatnya yang memang bersekolah di SMA lain.
"Gila, ini sih udah kayak pesta anak kuliahan aja. Gue baru pertama kali masuk ke tempat kayak gini secara mulus, kemarin kemarin kan harus pake orang dalam dulu." Seru ian dengan decak kagum yang tak henti.
Lengkara tak merespon, pemuda itu sebenarnya tidak ingin datang karna khawatir jika aryan mengetahuinya.
Sebab saat kelas 9 dulu, ia sering keluar masuk ke tempat tempat seperti ini hanya untuk bersenang senang sewaktu menginap di rumah ian. Maklum, dulu kedua orang tuanya sering menginap di rumah eyang lembu karna simbah yang saat itu sedang sakit keras.
Dan ian, sahabatnya ini memiliki paman yang merupa kan pemilik club malam. Maka dari itu jika sedang bosan mereka datang ke sana, dengan catatan hanya berada di lantai 3 tempat pamannya ian sering menginap, dan di sana lah ian dan lengkara diam diam memesan minuman dengan tingkat alkohol yang paling rendah karna khawatir akan ketahuan.
Dan ada juga yang di nama kan hari sial, di mana lengkara di susuli oleh aryan ke salah satu club malam. Di mana keadaan lengkara saat itu sedikit mabuk, dan itu karna aduan satu orang. Yaitu dikara, gadis menjengkel kan yang sudah membuatnya tak bisa lagi masuk ke sana.
Walau pun di larang, tapi terkadang lengkara masih ke tempat tempat seperti itu secara diam diam, tapi tidak sesering dulu dan itu harus mencari moment yang sangat pas.
"Habis ngasih kado kita balik!." Ucap lengkara dengan kepala celingak celinguk mencari keberadaan si tuan pesta.
Namun hampir 15 menit berada di sana, arnav belum juga keliatan.
"Sttt..kar." lengkara menoleh, mengikuti arah tunjuk ian. Dan di sana, tepatnya di depan pintu masuk. Dua orang gadis melangkah maju dengan pakaian yang meyesuai kan tema pesta malam ini, yaitu 'growing up' di mana para tamu seumuran mereka dan juga arnav, akan berpenampilan dewasa di atas umur.
"Ck, dia juga di undang?!." Decaknya tidak suka melihat dikara datang dengan penampilan yang tak biasa.
"Eh ian kan?." Kaena melihat mereka, dan lebih memilih menyapa ian di banding kan dengan lengkara yang tatapan tajamnya tidak lepas dari dikara.
"Hai, kalian apa kabar?." Ian pun membalas, menjabat tangan kedua teman satu sekolahnya dulu.
"Baik kok, kita berdua baik. Btw, kok lo bisa ada di sini sih? Lo sama kak arnav udah saling kenal ya?."
"Ah itu, lumayan. Gue sama arnav ada di tempat les yang sama, makanya gue juga di undang ke sini." Kaena mengangguk, lalu berusaha mencari topik obrolan lain mengingat dikara sudah mulai tidak betah berada di sana, lebih tepatnya di dekat lengkara.
Sebab gadis dengan dress hitam tersebut sudah mewanti wanti tidak ingin bertemu lengkara di pesta ini.
"Kalian mau minum ngga?." Itu suara ian, pemuda itu menyeringai kecil karna teringat sepertinya mereka akan lama berada di sini. Jadi kalau ada kesempatan, ya kenapa tidak di guna kan?.
Pemuda itu memang sengaja tak menatap ke arah lengkara, sebab tau akan di larang untuk itu.
"Boleh boleh, lo mau ngga kar? Kita pesan yang alkoholnya rendah aja biar ngga pusing sebelum potong kue." Kaena tampak bersemangat, sama halnya dengan ian.
"Mocktail ada?."
"Yah ngga ada lah kar, sayang nya arnav ngga nyediain itu di sini." Lagi lagi ian menjawab, membuat bahu dikara merosot namun tidak terlihat jika saat ini merasa kecewa.
Dia tidak mau terlihat cupu di sini, apa lagi ia tau lengkara dulu sering datang ke tempat tempat seperti ini, apa lagi ian salah satu teman lengkara yang bisa di bilang cukup brengsek.
Dan dikara pun memesan itu bukan tanpa alasan, sebab ia pikir bisa minum minum tanpa harus mabuk, karna jika sekali mabuk dia benar benar menjadi orang lain.
"Moscato aja deh kalau gitu."
"Serius? Masa datang ke pesta kayak gini pesannya moscato sih kar, ngga enak dong sama arnav yang udah nyediain minuman yang enak enak. Kalau ngga, gimana kalau gue aja yang pesenin kita?. Vodka? Gimana, setuju kan? Oke." Ian pun pergi dari sana ke arah bartender setelah mengatakan itu tanpa menunggu persetujuan dari teman temannya, termasuk dikara yang memang tidak begitu suka dengan teman lengkara satu itu, yang selalu saja meremeh kan di saat saat seperti ini.
"Kar, gue ke toilet bentar ya? Gue kebelet." Pamit kaena yang merasa jika kantung kemihnya sudah terasa penuh.
"Gue ikut!." Dikara hendak bangkit, namun dengan segera kaena tahan.
"Eh ngga usah, lo di sini aja biar nanti kalau kak arnav nya udah datang lo bisa langsung kasih kado kita."
Dikara pun mengangguk, dan membiar kan kaena pergi dari sana jadi tersisa dia dan lengkara saja yang masih berada di sofa itu.