Setelah 3 tahun berpisah, takdir kembali mempertemukan Rexi dengan cinta pertamanya, Rania, yang kini tengah dilanda ujian dalam prahara rumah tangganya bersama sang suami, Raffael Senzio.
Dari pertemuan itu, Rexi mulai menyelidiki kehidupan Rania, wanita yang masih bertahta kuat di dalam hatinya. Melihat ada kesempatan, akhirnya Rexi memutuskan untuk merebut kembali cinta pertamanya.
Sementara di sisi lain, ada Raffael yang berusaha keras memperbaiki hubungannya bersama Rania dan mempertahankan keutuhan rumah tangga mereka.
Akankah cinta pertama mendapatkan kesempatan kedua? atau Rania akan memberikan kesempatan itu pada suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26. Rexi Dicurigai.
Rania dan Rexi meninggalkan kediaman Opa Jon. Di dalam mobil, Rania terlihat bungkam, ia melamun sampai tidak sadar saat Rexi memanggilnya.
"Sayang?" panggil Rexi lagi, tapi kali ini ia meraih tangan Rania untuk ia genggam dan memberikan remasan pelan.
"Ya..." Rania menoleh pada Rexi yang kini menurunkan sedikit kecepatan mobilnya.
"Ada apa?" tanya Rexi. "Kau terlihat sedih karena berpisah dengan kadal gurun itu?" Ekspresi Rexi masam saat mempertanyakannya. Yang benar saja jika Rania bersedih, bukannya sudah ada dirinya, yang jauh jauh jauh jauhhhhhh lebih baik dari si kunyuk penjahat kelamin itu.
Rania tersenyum melihat sikap cemburu Rexi. Sekilas, ia melirik tangannya yang digenggam, kini bertengger di atas paha pria itu.
"Maaf, karena kita tidak bisa bertemu Opa." Wajah cantiknya terlihat sendu.
Sebelum meninggalkan kediaman Joni Raksa dan setelah bicara dengan Raffael, Rania mencari kakeknya. Namun, pengawal mengatakan bahwa Opa Jon sudah beristirahat di dalam kamar. Rania menduga bahwa sang kakek pastilah marah dengannya, sehingga menghindar dan tak ingin bertemu ia dan Rexi. Ia telah mengecewakan Opa Jon.
"Kenapa meminta maaf, Sayang? Kita sudah bertemu dengan opamu. Beliau juga sudah tahu semuanya. Dan aku, sudah menyampaikan keinginanku."
Berbeda dengan kaum hawa, Rexi lebih realistis dan memikirkan apa yang terlihat oleh matanya saja. Tidak seperti Rania, yang lebih membatin, memikirkan bagaimana perasaan kakeknya. Bahkan Rania merasa, jalannya akan sulit untuk kembali bersama Rexi.
Rania hanya tersenyum kecil. Ia tidak menanggapi ucapan Rexi terlalu jauh, juga tidak mungkin memberi tahu pria itu tentang perasaan cemasnya.
"Apa yang membuatmu tidak tenang, Sayang?" Meski Rania tidak mengatakannya, Rexi tahu kegusaran wanitanya. "Tentang Opa? Kau takut dia bersedih? Kau takut dia tidak memaafkanku dan tidak mengizinkan kita kembali bersama?" Semuanya sudah dapat Rexi tebak, hanya dari melihat wajah sendu Rania.
Rania tidak menjawab, ia menunduk. Rexi memilih menepi, ia perlu menenangkan wanitanya.
"Dengarkan aku, Sayang." Rexi meraih kedua tangan Rania dan menggenggamnya. "Aku tahu kau lelah dengan permasalahan rumah tanggamu. Tapi semuanya sudah aku selesaikan, kau sudah resmi berpisah dari kadal gurun itu," ucap Rexi begitu serius, ia bahkan menatap netra Rania lekat.
"Tentang Opa, ada aku, Sayang. Aku akan mengusahakan segalanya agar Opa memaafkanku, menerimaku, dan mengizinkan aku untuk menikahimu. Kau tidak perlu khawatir, aku tidak lupa bagaimana sayangnya kesayanganku ini pada keluarganya." Rexi mengusap wajah Rania.
Cantik, cerdas, sederhana, dan penyayang keluarga. Itulah mengapa Rexi begitu menyukai Rania. Diputuskan dan ditinggal menikah tidak masalah bagi Rexi, pria gila itu bahkan sabar menunggu Rania menjanda untuk mendapatkan kesempatan kedua. Kalau dipikir-pikir, Rexi jadi bodoh karena cintanya.
"Percayalah, opamu jauh lebih menyayangi cucu cantiknya ini. Dia pasti ingin sekali melihatmu bahagia." Rexi menarik gemas pipi Rania, yang seketika membuat Rania mendengus dan memukul tangan Rexi.
Rexi terkekeh, ia mengelus pelan kepala Rania. "Beri Opa waktu. Aku akan bicara langsung dengan Opa nanti agar secepatnya kita bisa menikah."
"Secepatnya?" ulang Rania dengan kaget dan dahi mengernyit.
"Hm. Aku sudah meminta Jack mempersiapkan pernikahan untuk kita dua minggu lagi," ucap Rexi enteng, seenak jidatnya.
"Tidak bisa seperti itu, Rex!" tolak Rania langsung. Ia terkejut karena Rexi ternyata sudah mempersiapkan pernikahan mereka? Astaga! Yang benar aja T-rex, Rania itu baru hitungan hari menjanda.
"Kita belum bisa menikah secepat itu," terang Rania pada Rexi.
"Kenapa tidak bisa? Pernikahanmu dengan kadal gurun itu sudah berakhir. Jangan membuatku gila untuk kedua kalinya, Rania. Aku akan tetap menikahimu secepatnya."
Rania menarik napas. Ia sudah terbiasa menghadapi sifat Rexi yang sat set seperti ini. Seakan semuanya bisa terwujud dengan hanya mengedipkan mata. Tapi memang benar, Rexi bisa melakukan segalanya yang ia inginkan.
"Bukan begitu, Sayang."
Rexi langsung membidik netra Rania saat wanita itu sudah menggunakan panggilan lama mereka. Sudut bibirnya tanpa sadar tertarik, tapi begitu tipis, tetap ingin menyembunyikannya dari Rania. Ia harus bersikeras, jika memang menginginkan pernikahan secepatnya.
Namun, Rexi salah, Rania sangat tahu caranya, bagaimana membujuk T-rex sebelum berubah menjadi toddler.
"Aku belum bisa menikah dalam kurun waktu tertentu setelah perceraian ini, Sayang," ujar Rania mencoba memberi penjelasan kepada Rexi. Dengan hati-hati, Rania menjelaskan alasannya serta waktu yang sudah ditentukan untuknya.
Rexi menyipitkan mata, memperhatikan wajah Rania sedikit memerah, tapi tetap mempertahankan keseriusan ketika bicara padanya. Setelah itu Rexi berdecak kesal.
"Aku bukan tidak tahu kalau kau masih belum tersentuh, Rania." Suara Rexi berat dan dalam. "Aku mengawasimu dengan sangat baik saat bicara dengan si kadal gurun itu."
Seketika wajah Rania berubah merah padam. Ia menghindari tatapan Rexi, merasa malu perkara sensitif itu diketahui oleh mantan kekasihnya. Ternyata Rexi menguping pembicaraannya dengan Raffael.
"Tapi... Aku tetap belum bisa menikah, Rex. Harus tunggu masa iddah dulu," tambah Rania, suaranya lirih tanpa menatap Rexi.
"Berapa lama?"
"Tiga bulan."
"What?!" kaget Rexi dengan menahan diri untuk tidak mengumpat.
Rania menoleh pada Rexi dengan tatapan tidak nyamannya. Mau bagaimana lagi, memang begitu aturan dan hukum untuk dirinya yang berpisah karena perceraian.
"Sabar, ya," cicit Rania pelan. Ia mengusap tangan Rexi. "Tiga tahun saja bisa sabar, masa tiga bulan tidak bisa." Rania tersenyum manis saat Rexi menoleh masam ke arahnya.
Rexi terpaksa pasrah. Ternyata keinginannya tidak bisa terwujud dalam waktu dekat. Harus tertunda beberapa bulan lagi. Ia begitu berharap, agar Author bisa sesegera mungkin mempercepat langkahnya menuju pernikahan.
Sebenarnya, Rexi ingin mempercepat proses pernikahan karena ia ingin langsung memboyong Rania sebagai istrinya kembali ke New York. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri; tidak akan meninggalkan Rania lagi.
Hubungan jarak jauh yang dulu mereka jalin, hingga menyebabkan kesalahpahaman besar, membuat Rexi trauma dan tak ingin mengulanginya. Dan sekarang dia harus masih bersabar menunggu, Rexi memutuskan untuk tetap tinggal. Tentang pekerjaan yang ia tinggalkan, Rexi akan mencoba menghubungi ayahnya nanti.
Namun, belum lama niat Rexi itu tercetus, ponsel pimpinan Rykhad Holdings itu berdering pelan, Rexi mendapat panggilan dari ayahnya, Reagan Slade Rykhad.
"Ya, Dad?"
"Dimana kamu? Jangan bikin Daddy dan Mommy was-was! Kamu benar menjadi selingkuhan istri orang?!"
Hah? Rexi sampai melotot mendengar ucapan ayahnya. Entah berita jenis apa yang Daddy dan mommynya sudah terima.