Andre baru saja membeli rumah yang letaknya bisa di bilang antara kota dan juga kampung, dan di sinilah dia merasa nyaman dengan harga rumah yang tidak seberapa mahal.
sedikit terpencil namun di bagian depan begitu asri karena ada pohon rambutan yang menaungi rumah tersebut, tapi ketenangan menunggu rumah ini tidak bertahan lama karena sebulan setelah tinggal di sana. Andre kerap kali menemukan jejak kaki berlumpur.
semula di abaikan saja karena dia tidak berpikiran macam-macam, namun itu terus terjadi sehingga rasa curiga pun mulai muncul.
Ada apakah dengan rumah ini?
Apakah ada sesuatu sehingga rumah di jual dengan harga murah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26. Mayat menghilang
"Astaghfirullahaladzim!" Andre kaget sekali ketika membuka pintu yang hadir justru Purnama.
"Kaget sekali kau tampaknya! kau berpikir aku ini setan?" Purnama menyeringai di depan Andre.
"Ah tidak, aku hanya kaget saja karena Mbak Pur mendadak ada di depan rumah ku." Andre memang agak gugup karena tahu sendiri bahwa dia telah kabur dari kampung membawa banyak uang.
Jadi jelas saja sekarang dia merasa tidak enak dan sungkan untuk bertatapan langsung dengan Purnama yang telah mengurus Pak Min untuk mengungkap kasus pesugihan tersebut, lalu sekarang Andre malah bertatap muka hanya berdua saja membuat ada rasa takut di dalam hati pemuda ini.
Andre tahu betapa galak dan ganasnya wanita satu ini saat dia berbicara dengan orang yang telah melakukan kesalahan, meski Andre tidak tahu pasti siapa pemilik uang yang dia bawa kabur itu dan sekarang uang nya juga telah hilang tidak ada lagi pada diri nya, tapi masih ada rasa sungkan dan tidak enak pada Purnama.
Ini jantung langsung berdebar keras karena Andre tidak tahu ada apa Purnama datang menemui diri nya secara mendadak, kalau tidak ada yang salah jelas Purnama tidak akan mungkin datang untuk menemui Andre, jadi pemikiran pemuda ini telah ke mana-mana dan di susul kemudian Bima juga datang melihat kehadiran ratu ular.
Bima menatap Andre yang masih melongo karena dia tidak tahu juga harus bagai mana, akar permasalahan keluarga Andre tidak diketahui secara jelas dan bagai mana kelanjutan kisah itu dan sekarang malah di datangi pula oleh Purnama sehingga timbul tanda tanya sangat besar dalam diri Bima yang bisa dikatakan hanya sebagai penumpang di sini.
"Mau masuk ke dalam, Mbak?" tanya Bima sopan.
"Tidak usah, aku hanya datang menyampaikan kabar bahwa Pak Min meninggal dunia! Arman bingung untuk menghubungi mu karena kau memutus hubungan dengan dia." Purnama menatap Andre.
"Innalillahi!" Bima tersentak kaget dan langsung menoleh pada Andre.
Yang diberi kabar masih melongo karena dia tidak percaya bahwa orang tua yang telah dia tinggalkan justru sekarang meninggal dunia, campur aduk juga perasaan pemuda ini untuk menerima kenyataan bahwa Pak Min telah tidak ada lagi di muka bumi ini. walau yang di lakukan dulu Pak Min adalah sebuah kesalahan, namun Andre tahu bahwa orang tua nya sangat sayang pada dia.
Pak Min sama sekali tidak pernah melibatkan Andre dalam urusan pesugihan yang telah di anut, dengan kata lain dia tidak mau apa bila anak nya ikut dalam urusan yang dilaknat oleh Tuhan sehingga hanya cukup diurus Pak Min dan Bu Endah saja.
"Silakan segera pulang karena akan di kubur hari ini juga orang tua mu." suruh Purnama dan segera berbalik pergi.
Belum sempat Andre memberi respon atau menjawab ucapan Purnama, wanita ini telah hilang dari pandangan mata mereka sehingga membuat keduanya agak merinding karena mengira tadi hanya lah hantu. tapi tak lama mereka segera kembali ingat kalau ada yang menunggu untuk segera pulang, Andre pun tidak banyak berpikir lagi segera mengambil kunci mobil dan masuk kamar mengambil uang.
"Aku tidak usah mandi lah siapa tahu nanti di sana menggali kuburan juga." Bima hanya memakai peci.
"Ayo, Bim." Andre memanggil temannya.
"Biar aku saja yang bawa mobil kalau kau tidak sanggup." Bima tahu kalau Andre juga terguncang.
Tanpa banyak bicara lagi mereka pun segera meninggalkan kawasan rumah ini untuk menuju kampung halaman tempat mereka berada dulu, kali ini pulangnya membawa duka yang sangat besar karena Andre harus menjadi yatim piatu setelah Pak Min juga meninggal dunia menyusul Bu Endah yang telah pergi terlebih dahulu.
Bima melirik Andre yang sedang menunduk dia tahu bahwa teman nya ini ingin menangis, bohong bila Andre mengatakan dia tidak sedih atas kematian Pak Min karena biar bagaimanapun pria itu adalah orang tua nya dan ada juga rasa sayang di dalam hati.
"Tidak usah malu, menangis saja bila kau memang ingin menangis." Bima berucap pelan.
"Aku sama seperti dirimu sekarang!" Andre tersenyum getir.
"Kau masih punya Bang Arman, dia saudara mu." sahut Bima.
"Aku berniat hidup sendiri dan sekarang malah di kabulkan Tuhan untuk hidup sendirian." Andre berucap lirih.
Bima tidak menjawab lagi karena dia juga merasakan kesedihan sekarang, walau Pak Min bukan orang tuanya tapi dia tahu bagaimana rasa kehilangan orang tua yang telah membesarkan kita selama ini, mau orang lain mengatakan buruk seburuk nya tapi tetap saja ada rasa sedih dan nelangsa ketika orang tua kita menderita.
...****************...
"Angkat jenazah nya di depan sini saja." Bu Sarti memberitahu Arman.
"Iya, Buk! saya akan angkat ke depan sini." Arman pun meminta tolong pada yang lain untuk membantu dirinya.
"Ayo, kita angkat jenazah Pak Min." Amir sigap membantu karena dia memang teman dekat Arman.
Mereka berdua pun segera masuk di dalam kamar yang paling belakang untuk membawa jenazah Pak Min di bagian ruang tamu karena sekarang para pelayat telah tiba di hadapan mereka semua, baik pria ataupun wanita mereka memang kalau di suruh melayat paling cepat karena itu bersangkutan dengan kematian, yang bagian menggali kubur pun sudah mencari tanah yang siap untuk menampung tubuh bagi yang meninggal.
"Loh kok tidak ada!" Arman kaget karena jenazah Pak Min tidak ada di dalam kamar itu lagi.
"Apa nya yang tidak ada? kau jangan macam-macam, Man!" Amir juga ikut panik melihat nya.
"Mayat Ayah ku tadi ada di sini, kenapa sekarang sudah tidak ada?!" Arman agak panik juga di buat nya
"La Ilaha illallah!" Amir kaget mendengar ucapan Arman.
Kedua nya sama sama tegang karena ini mulai timbul keanehan yang tidak bisa di terima oleh nalar manusia, bagaimana bisa mayat menghilang dari dalam kamar sedangkan Arman sendiri sudah sangat yakin bahwa Pak Min telah tidak bernyawa lagi. sedangkan ketika masih bernyawa pun dia tidak bisa kemana-mana, lalu sekarang setelah menjadi mayat malah menghilang begitu saja.
"Okta, Okta!" Arman mencari istrinya.
"Iya, ada apa?" Okta mendekati Arman yang nampak panik.
"Ayah tidak ada di dalam kamar, Kamu tadi ke mana?" sampai gemetar tangan Arman ketika memegang lengan Okta.
"Bagai mana kok tidak ada di dalam kamar!" Okta pun ikut panik.
Bagai mana bisa mereka tidak panik karena yang hilang ini adalah seonggok mayat, kalau anak yang masih hidup mungkin mereka tidak akan panik dan juga ketakutan, ini sudah beda kasusnya karena mayat lah yang hilang dari dalam kamar.
Selamat siang besty, jangan lupa like dan komen nya ya.